Minggu, 06 Desember 2020

Erupsi Berlanjut, Romo Ajak Pulang

Erupsi Gunung Lewotolok atau Ile Ape di Pulau Lembata sudah berlangsung selama tujuh hari. Puncak erupsi sepertinya sudah terjadi pekan lalu. Saat itu semburan material vulkanik menjulang hingga 5.000-an meter.

Saya pantau terus kondisi Ile Ape. Maklum, kampung halaman tempat saya dilahirkan. Ribuan warga dari 26 desa juga masih berada di tenda-tenda pengungsian.

Minggu pagi ini, 6 Desember 2020, pukul 07:36 Wita dilaporkan erupsi masih terjadi di Gunung Lewotolok. Tinggi kolom abu teramati ± 900 m di atas puncak (± 2323 meter di atas permukaan laut). Kolom abu teramati berwarna putih hingga kelabu dengan intensitas tebal ke arah timur.

Bagaimana dengan kondisi pengungsi? Media-media online tidak lagi melaporkannya. Mungkin dianggap sudah aman. Tidak segawat pekan lalu yang benar-benar mengerikan.

Tapi rupanya ada masalah dalam tanggap darurat. Pemkab Lembata sepertinya kewalahan menangani pengungsi dari dua kecamatan itu: Ile Ape dan Ile Ape Timur. Bisa dimaklumi karena pemkab tidak punya pengalaman menangani ribuan pengungsi.

Kelihatannya Romo Laurensius Yatim Muda berang. Melihat penanganan para pengungsi yang tak lain umat parokinya sengsara di lokasi pengungsian.

Romo Laurens Yatim Muda menulis:

"SAYA... RM LORENS YATIM MUDA PR. PASTOR PAROKI TOKOJAENG MEMINTA UMAT SEPAROKI TOKOJAENG UNTUK KEMBALI KE TEMPAT ASAL KITA MASING2. BIAR KITA MATI TERTIMPA GUNUNG DALAM WAKTU SEKEJAP DARI PADA KITA HARUS MATI PERLAHAN-LAHAN ATAS CARA SEPERTI INI."

Kaget juga membaca kata-kata yang sangat keras ini. Kelihatannya Romo Laurens memandam amarah selama sepekan ini. "Semoga ada solusi yang baik," kata saya menanggapi pernyataan Romo Laurens.

Tidak hanya di Lembata. Di mana-mana selalu begitu. Pemerintah pasti kewalahan menyediakan dapur umum, makanan minuman, dan sebagainya. Di lokasi bencana alam di Jawa pun sama saja.

Dulu pengungsi semburan lumpur Lapindo di Sidoarjo juga unjuk rasa hampir tiap hari. Ada saja keluhannya. Karena itu, semua pihak perlu membantu Pemkab Lembata dan instansi terkait.

Mengecam keras pemerintah yang dinilai tidak becus menangani ribuan pengungsi tak akan menyelesaikan masalah. Apalagi nekat pulang kampung di saat erupsi masih terjadi.

Sabar... sabar... sabar... dan tunggulah petunjuk pihak vulkanologi kapan waktu yang tepat. Keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi.

Salus populi suprema lex!

5 komentar:

  1. Ingat kata Ama Paul, kembali kepada budaya asli para leluhur, Gotong Royong !
    Hilf dir selbst, dann hilft dir Gott.
    Bantulah diri mu sendiri, barulah Tuhan mau turun tangan.

    Jika ada bencana, yang pertama datang membantu adalah pasukan pemadam kebakaran, polisi, dokter, perawat dan tentara.
    Tentara punya banyak truck, tenda, bahan makanan, dapur darurat, personil yang nganggur. Kita anak2 muda yang bertugas di militer, lebih senang berjerih-payah membantu rakyat, jika ada bencana, daripada di tangsi diperintahkan nyemir sepatu, membersihkan senjata yang sudah kinclong, baris berbaris, menata lemari pakaian, dll., pokoknya diberi kesibukan, supaya tidak merasa bosan.
    Ketika tahun 1976 di Tangshan-Tiongkok ada bencana gempa-bumi yang sangat dahsyat, 700000 korban jiwa, 5 juta lebih rumah hancur, banyak pemerintah negara2 asing yang ingin membantu, tetapi paman Mao yang sudah tua, menolak semua bantuan. Ketika itu dia banyak dikecam oleh rakyatnya sendiri. Alasan Mao; aku sudah kapok, kalian bilang mau membantu, achirnya daerah2 kami kalian caplok !
    Sejak itu orang China belajar berdikari menanggulangi semua bencana.
    Semoga rakyat Lembata mau belajar dari rakyat China, walaupun mereka atheis. Apakah mereka sungguh Atheist ??? Saya yakin tidak.
    Orang Cina hanya kritis, tidak mudah percaya mentah-mentah bualan orang lain. Bagaimana aku orang cina, mau percaya dongengan orang gurun atau orang bule, tentang seseorang yang belum pernah aku lihat dan kenal. Kalau aku disuruh percaya kepada seseorang, maka aku akan pilih engkoh-ku yang tertua, Toako ku. Dia baik dan berjasa kepada ku.
    Ketika duduk di bangku sekolah rakyat THHK sampai kelas 3, matapelajaran yang diajarkan adalah : 国语 (bahasa mandarin), Bahasa Indonesia, 算数 (berhitung), 常识 (pengetahuan umum, common sense, nalar sehat), 公民 (kewajiban berbangsa, civics), Menyanyi, Menggambar. Senam setiap pagi, sebelum pelajaran.
    Karena kita diajari Common sense, nalar sehat, maka para missionaris bangsa bule pusing sama orang cina. Mereka maki2, wong cino iku kristen-sego, Reiskristen. Disediakan makanan-gratis, mereka datang ke gereja, kalau tidak ada nasi-gratis, mereka kembali ke kelenteng.
    Orang eropa masih mending lah, mentraktir makan nasi. Amit-amit orang gurun cuma kasih abab, kita malah disuruh jihad.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sangat menarik kisah dari Tiongkok berikut pandangan Paman Mao yang sangat berdikari dan antiasing. Bantuan dari orang lain memang sifatnya sementara.

      Pandangan Ama (Bapa) Paul itu memang mewakili sebagian besar orang Lamaholot sesuai dengan ajaran agama asli para leluhur itu. Kalau ada bencana macam ini, selain berdoa, orang2 kampung minta bantuan para leluhur agar persoalan cepat selesai.
      Kamsia dan salam sehat untuk Xiansheng yang selalu kasih masukan yang bagus... meskipun agak kontroversial.

      Oh ya.. soal kristen sego itu menarik.

      Hapus
    2. Kontroversial bisa benar, bisa salah. Sebab itu si-Tua, Laotse, mengajarkan keseimbangan antara Im dan Yang. Kompromi, Toleransi, tidak Hitam atau Putih, Abu-abu juga bolehlah. Orang Jawa juga kenal ilmu Im-Yang, hanya namanya berbeda.
      Ilmu Jawa namanya : Ilmu Othak-Athik Gathuk, Cocokologi.

      Dulu saya pernah jalan2 ke Cambridge. Di etalase sebuah toko kecil, dekat University Cambridge, saya melihat baju kaos yang ada tulisannya, sangat kontroversial, tetapi benar 100 % bagi kami, orang2 Geriatrie, Methusalem, manusia yang usianya sudah lewat dari 70 tahun. Manusia2 yang namanya sudah tercatat dalam buku undangan Petrus, Giam-lo-ong dan Batara Kalla.
      Bunyi text itu :
      The more you study, the more you know,
      The more you know, the more you forget,
      The more you forget, the less you know,
      So, why you study.

      Hapus
  2. Semoga bencana alam gunung meletus di Lembata segera berakhir dan tidak ada korban jiwa. Aamiin aamiin aamiin!

    BalasHapus
    Balasan
    1. insya allah.. kita serahkan kepada sang penguasa alam raya. semoga bencana ini lekas berlalu.

      Hapus