Shalat atau salat?
Sholat atau solat?
Masih banyak versi di Indonesia. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sudah lama pakai salat. Kamus yang lama juga salat. Tapi masih banyak orang Indonesia yang menulis atau mengucap shalat atau sholat (pakai h).
Koran-koran atau media cetak juga tidak seragam. Ratusan media Grup Jawa Pos sejak dulu pakai salat. Sebaliknya, Kompas dan koran-koran kelompoknya pakai shalat.
Kompas juga pakai hektar. Padahal KBBI pakai hektare.
Koran-koran memang tidak selalu ikut kamus resmi. Sebab tim editor bahasa media sering berbeda pandangan dengan pakar-pakar di Badan Bahasa dan KBBI.
Yang menarik, Kementerian Agama rupanya tidak sreg dengan salat. Maka kemenag mengusulkan agar salat diganti shalat. Alquran yang serapan diganti Al-Qur'an yang transliterasi bahasa Arab.
Tim ahli Badan Bahasa menerima usulan Al-Qur'an tapi menolak shalat. Sehingga kata baku bahasa Indonesia tetap salat. Silakan Kemenang, Kompas, dan pihak lain menggunakan shalat atau sholat.
Di pelosok NTT, kampung asal saya, umat Islam yang berbahasa Lamaholot di Kabupaten Flores Timur dan Lembata tidak biasa menyebut shalat atau salat atau sholat atau solat. Sehari-hari saudara-saudari muslim menggunakan kata SEMBEANG atau SEMBAHYANG.
"Mo tobo tepi, go sembeang ki," kata Mama Siti Manuk, bibi saya yang muslimah tulen, adik kandung mendiang ibunda saya. Artinya, Anda duduk sebentar, saya sembahyang (salat) dulu.
Kata sembeang hanya dipakai dalam konteks salat atau doa umat Islam di bumi Lamaholot. Umat Katolik di Lamaholot menggunakan kata sembahyang untuk misa atau ekaristi atau ibadat sabda tanpa imam. Kata sembeang dan sembahyang ini asalnya sama-sama sembahyang.
Pagi ini saya perhatikan sebuah foto menarik di koran Jawa Pos. Ada tulisan besar di proyek Teluk Lamong, Surabaya. UTAMAKAN SHOLAT DAN KESELAMATAN KERJA.
Pesannya bagus. Seberat-beratnya kerja proyek, kuli bangunan, sholat atau solat atau shalat atau salat tetap yang paling utama. Kuli-kuli dari Tiongkok yang ateis ya tidak perlu salat.
Bahasa Lamaholotnya:
AKE LUPANG SEMBEANG (SEMBAHYANG)!
Kuli-kuli dari Tiongkok yang ateis tidak perlu salat.
BalasHapusJustru sebalik-nya, kuli-kuli tiongkok paling suka makan Salat, tanpa Salat mereka beranggapan tidak bakal punya tenaga untuk bekerja.
Salat dalam arti lauk-pauk yang dibuat dari sayur-mayur, janganan.
Salat dalam arti ibadah atau sembahyang, para kuli tiongkok juga tidak percaya, sebab mereka manusia2 yang realistis.
Dulu sejak jaman Marco Polo sampai jaman Sun Yatsen banyak missionaris eropa yang datang ke Tiongkok, mengajari kuli-kuli disana beribadah dan sembahyang:
Wahai kalian orang-orang China, bersujud dan sembahyang lah kepada Tuhan-Allah dengan penuh keyakinan, sebab " Dengan Keyakinan Yang Teguh Kepada Nya, Gunung pun akan dapat engkau pindahkan " Surat Korintus 13,2.
Ternyata tanpa dipacul, pacul, pacul, gunungnya tetap nongkrong di tempat semula.
Dasar cino ateis, percaya-nya hanya kepada Renminbi.
Mr Yu bilang:
HapusAgamanya uang. Tuhannya angka-angka.
Agama Uang , istilah keren-nya, Religio Pecunia.
HapusSekarang masih jadi bahan olok-olok, suatu ketika, mungkin 500 tahun yang akan datang, bisa menjadi kenyataan. Mungkin Nabi-nya Ma Yun, alias Alibaba.
Semua Religion yang sekarang ada, asal mula-nya juga bahan olok-olok. Ada yang Nabi-nya diolok diberi mahkota duri dan digantung. Ada pula Nabi yang diusir dari kota tempat kelahirannya, karena dianggap ngoceh nyeleneh.
Masa depan siapa yang bisa tahu.
Sekarang sudah ada mantan guru yang menjadi Nabi, yaitu Konghucu. Ada pula mantan Jenderal yang jadi Dewa, yaitu Kwan Kong.
Sekarang sudah ada gejala, Mao Zedong dan Chiang Kai Shek, dipuja sebagai orang suci, 500 tahun yang akan datang bisa naik pangkat jadi Dewa atau Nabi.
Manusia menciptakan setan, sekarang dia takut setan.
Manusia menciptakan Bom Nuklir, sekarang dia takut sendiri terhadap ciptaannya. Keunggulan manusia daripada kera, hanya terletak pada ibu-jari tangan.
Agama Uang atau Agama Pecunia, simbol agama-nya SEMPOA.
HapusMakan salad atau selada itu bagus. Bikin badan sehat untuk kerja keras. Kerja kerja kerjaaa macam perintahnya Bapa Mao.
BalasHapusOrang Tionghoa / Cina Han sebenarnya punya keyakinan juga. Ada yang Buddha, ada yang Tao, ada yang Konghucu. Dalam perjalanan sejarah, terjadi sinkretisme antara ke-3nya. Di Indonesia, Kwee Tek Hoay yang prihatin dengan lunturnya keTionghoaan para Tionghoa di Indonesia, yg jadi kebelandabelandaan. Tuan Kwee mensintesa ke-3 keyakinan tersebut menjadi Tridarma atau Sam Kauw. Di Tiongkok sendiri, tidak ada Sam Kauw.
BalasHapusOrang Tiongkok jaman sekarang yang di kota besar, sudah lupa adat istiadatnya, krn berpuluh tahun di bawah Partai Komunis yang ateis. Terutama di jaman Ketua Mao, adat istiadat lama diberangus krn dianggap kontra-revolusioner. Ada bagusnya, tetapi banyak jeleknya. Bagusnya ialah persamaan antara lelaki dan perempuan pada kesempatan kerja. Agama tidak menjadi batu sandungan kemajuan. Jeleknya: begitu pintu kapitalisme dibuka lebar lebar, masyarakat Tiongkok menjadi penyembah Mammon. Bahkan spiritualitas pun dijual. Jika kita masuk ke kuil Buddha (atau apa pun) di Tiongkok, akan ada orang yang mendorong-dorong kita untuk dibaca nasibnya oleh sifu. Lalu dikasih kertas untuk penolak bala. Sifunya mengharapkan fulus. Seperti Paus yg diprotes Martin Luther krn menjual surat indulgensia.
Hao hao...
BalasHapusOrang tionghoa yg saya akrabi sejak kecil sampai sekarang sebetulnya sangat religius. Buktinya sejak dulu mereka bikin kelenteng dan rumah sembahyang di mana2 untuk menghormati kekuatan Yang Agung di langit (surga). Dewa-dewinya juga banyak sekali. Banyak suhu dan guru spiritual yg hebat.
Orang Tionghoa yg konversi ke katolik atau protestan atau islam pun banyak yg jadi pimpinan agama yg hebat. Contoh: 2 uskup di Jatim orang Tionghoa yakni Mgr Pidyarto di Malang dan Mgr Sutikno di Surabaya.
Pendeta2 yg mendirikan dan memimpin gereja2 aliran pentakosta atau karismatik dan sejenisnya 95% orang Tionghoa.
Belum lagi tokoh2 muslim tionghoa macam Karim Oei, Junus Jahja, Anton Medan... belakangan ada nama Felix Siauw.
Makanya guyonan Mr Yu bahwa orang Tiongkok atau Hongkong atau Taiwan itu agamanya uang dan tuhannya angka-angka sebetulnya tidak cocok.
Orang Tiongkok yg di kota besar, memang benar agamanya uang. Yang d Taiwan dan Hongkong lain sama sekali.
Hapus