Jumat, 27 Desember 2019

Hidup sebagai Sahabat! Selamat Natal!

Selalu tidak enak menjelang Natal di Indonesia. Polemik lawas soal halal haram mengucapkan selamat Natal selalu muncul.

Selalu ada jumpa pers seminggu atau dua tiga hari jelang Natal. Isinya mengingatkan kembali fatwa MUI tentang larangan itu. Belakangan ada ribut-ribut soal tulisan di kue atau roti.

Di televisi pun polemik soal Natal ini jadi bahan diskusi. Aku malas. Ganti channel. Ada berita tentang larangan mengadakan kebaktian atau misa Natal di wilayah Sumatera Barat.

Ya.. sudahlah. Biarkan saja mereka bicara berbusa-busa di televisi atau media sosial. Siapa saja bebas berpendapat sesuai alam pikiran dan ideologinya.

Aku lebih suka nonton diskusi atau debat di televisi-televisi internasional. Topik bahasan mereka sudah jauh ke depan. Amerika bahas impeachment. Ada lagi televisi yang bahas Brexit. Tiongkok bahas investasi dsb dsb.

Tidak ada yang bahas halal haramnya selamat Natal. Oh, ada juga di Malaysia. Tapi tidak seramai di NKRI.

Bagaimana ini Romo Benny? Polemik selamat Natal makin ramai? Ada kabar larangan kebaktian dan perayaan Natal di daerah tertentu?

"Biarkan saja. Orang Katolik itu sejak dulu tidak pernah minta dikasih ucapan selamat Natal. Gak penting. Gak perlu dibahas lagi," kata pastor yang sekarang jadi staf khusus BPIP.

Romo asal Malang ini tiap hari bicara Pancasila Pancasila Pancasila... Bhinneka Tunggal Ika dan sejenisnya. Romo Benny juga paling sering diwawancarai koran, televisi, media daring, radio tentang isu di Dharmasraya soal pelarangan itu.

"Masih banyak isu besar yang perlu dibahas untuk masa depan bangsa ini. Tidak perlu dibesar-besarkan soal selamat Natal dan sejenisnya," katanya.

Kalau begitu, Romo bikin renungan Natal untuk surat kabar. Tidak usah panjang-panjang. Temanya Hiduplah sebagai Sahabat bagi Semua Orang. Sesuai dengan pesan Natal bersama KWI dan PGI.

"Kamu nanya aja biar saya jawab. Jawabanku nanti kamu olah sendiri jadi artikel yang bagus," kata pastor projo Keuskupan Malang yang sudah lama "dikaryakan" di Jakarta itu.

Siaaaap!

Aku pun menulis 5 pertanyaan lewat WA. Tidak sampai 20 menit sudah dijawab semua.

Romo Benny antara lain menulis:

"Hidup sebagai sahabat berarti menjalankan perintah Tuhan mengasihi sesama. Siapakah sesama itu? Setiap manusia yang ada di bumi. Kita tidak membedakan suku, etnis, agama.

"Paus Fransiskus menekankan pentingnya membangun dialog antar umat Kristiani dan Muslim. Untuk mewujudkan aktualisasi agama menjadi rahmat perdamaian."

Kepingan-kepingan pendapat Romo Benny itu kemudian aku rangkai menjadi artikel untuk Renungan Natal 2019. Lalu dimuat di halaman 1. Lengkap dengan foto Romo Benny yang sejak frater suka potongan rambul gundul-gundul pacul.

"Ais ju Tuhan pung ana bua dong pulang kambali pi sorga. Ju itu gambala dong baźžŒomong bilang,

"We! Mari kotong pi Betlehem ko pi lia itu Ana dolo! Te Tuhan su kirim itu kabar kasi kotong.

"We! Mari kotong pi Betlehem ko pi lia itu Ana dolo! Te Tuhan su kirim itu kabar kasi kotong."

(Injil Bahasa Melayu Kupang, NTT)

Selamat Natal!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar