Selasa, 03 Desember 2019

Alquran atau Al-Qur'an?


Minggu lalu Badan Bahasa merevisi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Juga menambah lema-lema baru di senarai dalam jaring (jaring). Tentu saja KBBI Luring alias buku cetak belum bisa direvisi segera karena prosesnya panjang. Biaya cetak juga mahal.

Yang mengagetkan adalah Badan Bahasa mengakomodasi beberapa usulan Kementerian Agama soal kata-kata serapan dari bahasa Arab. Kata-kata itu sudah lama mengindonesia. Tapi bagi Kemenag dan sejumlah ormas dan aktivis Islam dianggap kurang pas.

Maka, atas permintaan Kemenag RI, Badan Bahasa mengubah ejaan enam kata serapan bahasa Arab. Enam kata itu:

1. Alquran → Al-Qur'an 
2. Baitulmakdis → Baitulmaqdis
3. Kakbah → Ka'bah 
4. Lailatulkadar → Lailatulqadar
5. Masjidilaksa → Masjidilaqsa
6. Rohulkudus → Ruhulkudus

Sebagai pengguna bahasa Indonesia sekaligus penyunting, saya tidak sepakat dengan perubahan Alquran menjadi Al-Qur'an dan Kakbah menjadi Kabah. Kalau penggunaan huruf 1 dalam Lailatulqadar dan Masjidilaqsa sih boleh saja.

Sudah lama isu ini dipersoalkan. Sangat sensitif karena menyangkut agama Islam. Tapi ini bukan masalah teologi atau doktrin agama. Ini masalah kata serapan dari bahasa asing. Khususnya bahasa Arab yang jadi rujukan Kemenag itu.

Rupanya banyak pihak di Indonesia yang gagal paham tentang kaidah penyerapan kata asing. Mereka tidak bisa membedakan kata serapan dan transliterasi.

Al-Qur'an itu transliterasi. Kata ini jelas bahasa Arab yang ditulis dengan aksara Latin. Karena itu, perlu bantuan apostrof atau koma ain.

Kalau diserap dalam bahasa Indonesia, maka kaidah fonetik bahasa Indonesia yang berlaku. Al-Qur'an yang bahasa Arab menjadi Alquran yang bahasa Indonesia. Sederhana. Tanpa apostrof.

Begitu pula Ka'bah jadi Kakbah, Jum'at jadi Jumat, ni'mat jadi nikmat, ma'ruf jadi makruf, dsb.

Kalau kata Alquran dan Kakbah yang sudah puluhan tahun jadi penghuni KBBI dikembalikan ke Al-Qu'ran dan Ka'bah maka kita mundur jauh ke belakang. Kembali ke kata asli alias hanya transliterasi atau cuma mengubah aksara Arab menjadi bahasa Latin.

Rupanya kegalauan saya ternyata dirasakan sejumlah pembina bahasa Indonesia di Jawa Timur. Seorang pakar bahasa Indonesia menulis begini:

 "Semestinya kalau Kemenag mau menulis Alquran dan Kakbah dengan Al-Qur'an dan Ka'bah ya silakan saja mengacu pada pedoman transliterasi. Namun, kalau ejaan kemudian ikut ditundukkan, itu berarti kembali ke masa lalu alias mundur. 

Penggunaan apostrof sebagai pengganti bunyi glotal tentu bertabrakan dengan PUEBI. Masyarakat baru saja paham bahwa Jum'at harus ditulis Jumat, eh tiba-tiba kebijakannya lentur."

Selasa pagi ini, 3 Desember 2019, saya baca Jawa Pos di warkop dekat Bandara Juanda. Ada kalimat berbunyi: "... dai diwajibkan fasih membaca Alquran dan memiliki wawasan Islam wasathiyah atau moderat."

Syukurlah, Jawa Pos masih taat asas dengan kaidah bahasa Indonesia sesuai dengan PUEBI dan KBBI yang lama. Bukan Al-Qur'an melainkan Alquran.

Saya pun menghubungi Mas Andri, koordinator editor bahasa Jawa Pos. Saya anggap Mas Andri ini yang paling paham kaidah-kaidah bahasa Indonesia yang benar.

Apakah Grup Jawa Pos akan menyesuaikan diri dengan keinginan Kemenag dan KBBI yang baru?

 "Kami belum mengikuti perubahan itu Mas. Masih pakai kesepakatan sebelumnya," jawab Mas Andri.

Sepakat!

Penggunaan apostrof membuat bahasa Indonesia tidak sederhana lagi. Kata-kata bahasa Indonesia seharusnya bebas dari apostrof. Bahasa Indonesia sering dipuji orang asing justru karena kesederhanaannya itu.

14 komentar:

  1. Sejak kemarin warta berita di negara2 Uni-Eropa dihebohkan oleh hasil Survey tentang pendidikan di sekolah menengah mancanegara, yaitu Studi PISA-Test.
    Judul artikel-nya: Mengapa Tiongkok mengalahkan kita dalam bidang pendidikan.
    Biasalah, daripada introspeksi dan memikirkan solusi, lebih gampang mencari kambing-hitam. Alasan mereka : Ya, karena sekolah2 di Eropa dibanjiri oleh anak2 para pengungsi dari Timur Tengah dan Afrika.
    Aah, hasil studi tersebut tidak perlu di-besar2-kan.
    Kalau mereka menang, mereka bangga. Kalau kalah, ah PISA-Test tidak perlu. Padahal yang bikin test kan dari pihak orang bule.
    Hasil PISA-Test tahun 2019, Tiongkok menduduki ranking 1, dalam segala bidang, terutama dalam bidang mathematika.
    Sayang Indonesia menduduki ranking buncit, ditulis "ungenĂ¼gend", alias tidak lulus. Selamat demo berjilid.

    BalasHapus
  2. Luar biasa anak2 di Tiongkok. Mereka tidak bisa Yingwen tapi sangat jago matematika sains dsb. Selama puluhan tahun orang menganggap remeh kualitas pendidikan dsb di Tiongkok hanya karena sistem politiknya yg berbeda dengan demokrasi barat.

    Komunis kok bisa maju? Anak2 komunis yg mungkin ateis kok iso pinter sembarang iso?

    Kamis pagi ini 5 desember 2019 ada sedikit bahasan hasil pisa di koran Jawa Pos. Skor anak2 indonesia ternyata jauh di bawah rata2 dunia.

    Apa yg salah dengan sistem persekolahan di Indonesia?

    Saya kok lebih suka istilah "persekolahan" macam di Flores Timur sejak zaman pater2 londo ketimbang "pendidikan". Schooling vs education.

    Jadi ingat masa SMP di Larantuka. Saya sering mampir ke kantor yayasan persekolahan dioses larantuka. Pimpinannya Romo Yosef Bataona dari Lembata.

    Sekolah sekolah sekolah....

    Awal kemerdekaan kalau tidak salah ada menteri pendidikan dan pengajaran. Istilah bagus: education and teaching. Sekarang pendidikan dan kebudayaan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pernah ragu2, Kementerian PP&K atau P&K. Kamsia, sekarang saya baru ingat kembali, huruf P kedua adalah akronim dari pengadjaran. Dulu memang kita lazim menyebut PP&K.
      Zaman PP&K, kami menulis Al Kuran, Kaabah.
      Jaman Edan seperti sekarang, ejaan nya , sesukanya kadrun lah, salah ucap atau salah tulis, bisa-bisa kena pasal blasphemia.
      Soekarno sudah punya wahyu, Indonesia akan menghadapi masa-masa Vivere Pericoloso. Sekarang inilah masa yang diterawang oleh beliau, bukannya masa lalu, ketika Armada VII US putar-puter berkeliling di sekitar perairan RI, menakut-nakuti Soekarno.
      Sebab beliau tahu Amerika adalah macan-kertas, gertakan belaka.

      Hapus
    2. Pendidikan atau Persekolahan. Ternyata orang Flores Timur lebih mempunyai nalar daripada wilayah lainnya.
      Mendidik atau erziehen. Pendidikan atau Erziehung, adalah tugas orang-tua di rumah, bukan tugas seorang guru di sekolah.
      Persekolahan, agak susah mencari sinonim-nya. Tetapi saya paham apa yang dimaksudkan.
      Tugas guru di sekolah adalah mengajarkan ilmu pengetahuan kepada murid.
      Persekolahan yang dimaksud oleh orang Flores Timur, adalah Bildung, dari kata kerja bilden, membentuk, menciptakan. Oleh karena itu di Eropa dipakai istilah Bildung Ministerium atau Kementerian Persekolahan.

      Hapus
    3. Istilah2 lama macam persekolahan sepertinya dibuat oleh pater2 londo yg mendalami bahasa melayu sebelum kemerdekaan.

      Pater2 londo juga rupanya kesulitan menerjemahkan ucapan selamat dalam bahasa eropa ke bahasa melayu flores (indonesia).

      Makanya sampai sekarang orang Flores atau NTT selalu mengucapkan SELAMAT PESTA NATAL
      SELAMAT PESTA TAHUN BARU
      SELAMAT PESTA PASKAH

      Ada nyanyian liturgi yg sangat terkenal di Flores yg kita kenal sebagai Exultet:

      Bersoraklah segenap gereja kudus.. gembira sebab PESTA PASKAH.

      Istilah PESTA PESTA PESTA.. bagi kita yg tinggal di Jawa atau luar NTT terdengar tidak elok. Soalnya pesta itu kesannya hura-hura semacam party yg profan.

      Hapus
  3. Kembali saya Salut kepada orang2 NTT ! Jadi manusia seharusnya lah seperti orang NTT. Selalu bergembira, Selamat Pesta setiap hari. Jika hati gembira, tidak bakal manusia menjadi terroris.
    Jangan meniru kadrun yang setiap hari bermuram durja, selalu ngomel, selalu mencari kesalahan orang lain, selalu sirik melihat orang lain ber-senang2, selalu merasa benar sendiri, tidak sanggup membedakan antara baik dan buruk, kalau tidak dituruti kehendaknya lalu main bom, kalaupun tersenyum senyumnya terlihat di-buat2, terkesan licik dan culas, dll.

    Selamat Pesta Natal ( Frohe Weihnachten ). Bergembira lah, hura-hura, Sang Penebus telah lahir di Bethlehem, Adeste Fideles. Kok bisa kesannya tidak elok ? Apakah orang yang merasa terganggu telah terinfeksi penyakit kadrunitis.

    Selamat Pesta Tahun Baru ( Prosit Neujahr ). Hura hura, bukalah botol anggur champagne yang dingin. Prost ! Prost ! Marilah kita minum secangkir bersama, semoga selama tahun baru ini, dunia selalu damai, kami sekeluarga selalu sehat waalfiat, tidak ada lagi demo-demo menyusahkan orang lain, kasihan para pak polisi yang harus berjaga-jaga dan dilempari batu. Dimanakah ketidak-elok-an orang sorak-sorai bergembira, selama tidak menggangu tetangga yang sedang tidur. Kecuali itu, siapakah yang bisa tidur nyenyak di malam Silvester yang bising oleh bunyi mercon dan kembang-api. Setahun cuma sekali dan paling lama hanya satu jam.
    Kalau saya kebetulan pulang ke Jakarta pada bulan tertentu, dan menginap di rumah engkoh ke-lima, pagi harinya dia bertanya sambil tersenyum : Lu bisa tidur ? Kurang nyenyak, jawab-ku, suara loudspeakers-nya agak terlalu keras juga.
    Dia tertawa dan memberi nasihat kepada adik-nya : Salah lu sendiri ! Lu harus menganggap suara itu sebagai musik, maka tidur-lu takkan terganggu.

    Selamat Pesta Paskah ( Frohe Ostern ). Inilah pesta terbesar bagi mayoritas manusia diatas bumi. Seharus-nya hura-hura nya paling gegap gempita. Tak Ada Paskah, Tak Ada Agama Kristiani.

    Semoga di NTT tidak terjangkit wabah epidemi Kadrunitis.
    Lestarikan Kebudayaan Asli. Jangan Lunturkan Kepribadian Indonesia Kalian. Amin.
    Frohes Weihnachtsfest und Einen Guten Rutsch ins Neue Jahr !

    BalasHapus
  4. Haiya.. betul itu.
    Istilah selamat pesta itu memang sangat umum dan khas NTT khususnya Flores dan sekitarnya yg punya jejak pater2 eropa dan amerika.
    Selamat pesta sambut baru.
    Ada pesta nama.
    Pesta orang kudus dalam minggu ini.
    Pesta santo pelindung.
    Pesta kacang atau pesta panen.

    Kata PESTA ini nilai rasanya di Flores dan Lembata sangat berbeda dengan di Jawa atau luar NTT. Sebab di Jawa kata pesta biasanya ada tambahannya jadi PESTA PORA. Kalau pesta pora kesannya jadi kurang bagus. Hura-hura, senang-senang.. ngombe pisan sampe mendhem.

    Di Flores kata pesta dianggap netral dan tidak berkonotasi negatif. Makanya selalu dipakai untuk Selamat Pesta Natal atau Selamat Pesta Paskah atau Selamat Pesta Paroki atau Selamat Pesta Perak atau Selamat Pesta Emas dsb dsb.

    Pater-pater asal Flores yang bertugas di Jawa sering gagal paham dengan tradisi budaya dan diksi di Jawa. Pater-pater ini juga tidak tahu kalau orang katolik atau protestan di Jawa sangat jarang bikin pesta natal atau tahun baru. Kalau di Flores memang harus ada acara potong babi, kambing, sapi, ayam untuk pesta natal untuk makan-makan bersama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asal kata pesta = fiesta dari bhs Spanyol atau Portugis. Artinya perayaan, terutama hari raya orang kudus atau hari raya paska atau natal. Dalam bhs Inggris, diterjemahkan feast. The feast of St Aloysius, etc

      Hapus
    2. Nah, ini penjelasan yg betul tentang kata pesta yg dipakai di gereja katolik. Fiesta = feast = pesta.

      Namun, dalam konteks profan di luar gereja, kata pesta punya makna dan nuansa yg sangat berbeda.

      Di Flores dua macam pesta ini biasanya dijadikan satu. Pesta natal liturgi gereja dengan ekaristi dilanjutkan pesta biasa di luar gereja.

      Hapus
    3. Asal kata pesta = fiesta dari bhs Spanyol atau Portugis. Artinya perayaan, terutama hari raya orang kudus atau hari raya paska atau natal. Dalam bhs Inggris, diterjemahkan feast. The feast of St Aloysius, etc

      Hapus
    4. Setelah lelah Fiesta lalu orang Flores Siesta.
      Lacurnya mereka Siesta terus menerus tak sadar, bangun.
      Kalau saya tidak salah ingat, Bung Hurek pernah menulis, ketika Soekarno diasingkan oleh belanda ke Ende, disana beliau sering meminjam buku-buku dari perpustakaan gereja katolik. Setelah lelah membaca buku, beliau Siesta dibawah teriknya sang surya di Flores, sambil merenungkan, merumuskan Pantja-Sila sebagai Way of Life negara Indonesia yang akan dilahirkan.
      Saya yakin Bung Karno juga pernah membaca bukunya Friedrich Wilhelm Nietzsche, tentang Circulus vitiosus deus.
      Maka lahirlah Pantja-Sila yang asli, versi Soekarno.
      1. Nasionalisme
      2. Perikemanoesiaan
      3. Demokrasi
      4. Kesedjahteraan sosial
      5. Ketoehanan jang berkeboedajaan

      Susunan Pantja-Sila diatas, telah direnungkan dan dipikirkan masak-masak oleh Bung Karno. Seharusnya tidak boleh diubah.
      Ternyata Bung Karno adalah seorang Filosof yang sangat Genius. Dulu saya cinta membabi-buta kepada Beliau, kadang2 juga ikut-ikutan latah mengkritisi, kesukaan Beliau kepada konde-konde, saya lupa introspeksi diri sendiri yang dulu juga suka Blondinen ( nonik-nonik si rambut pirang ).
      Nasehat Beliau sejati-nya adalah : Wahai Bangsa Indonesia, setelah kalian sejahtera dan makmur, jangan lupa Beribadah, Bersyukur Kepada Allah !
      Beliau sadar betul, jika manusia2 sudah kaya dan makmur, contoh-nya negara2 Eropa yang makmur, manusia lupa kepada Tuhan-Allah, gereja2 kosong melompong. Mereka ke gereja hanya jika pesta perkawinan yang pertama dan pesta permandian anak2 mereka. Pesta perkawinan kedua, ketiga atau keempat, mereka hanya pergi ke Kantor Catatan Sipil.
      Asal muasal terbentuknya agama adalah kumpulan orang-orang yang tertindas, miskin, tersingkirkan, tidak berdaya, frustrasi. Maka muncullah orang yang menjanjikan kebahagiaan, kenikmatan abadi di Dunia Acherat yang lazim disebut Surga. Muncullah istilah: Orang miskin dicintai Tuhan, tetek bengek yang serupa.

      Jahat-nya banyak orang2 berjubah yang hidupnya makmur, tidak ingin rakyat menjadi pinter, makmur dan kaya. Sebab nanti dia-dia-nya akan kehilangan massa pengingkut yang setia. Biarlah bodoh dan menderita terus2-an, jadi lebih mudah dimanipulasi.
      Kok jadi ingat lagunya Tuty Subardjo : Percayalah, duhai pujaan-ku, di acherat kita kan berjumpa.

      Hapus
  5. Aduuh Mas, jangan menyalahkan Pater-pater asal Flores yang bertugas di Jawa, yang gagal paham sesungguhnya adalah manusia2 yang bermukim di Jawa. Tradisi dan budaya Jawa yang asli adalah TOLERANSI.
    Demi keselamatan nyawa dan harta, orang2 yang bermukim di Jawa telah menjadi bunglon, mentoleransi intoleransi.
    Semua Agama menfanatisasi. Jangan2 kalimat tulisan si-Marx yang terkenal, menjadi kenyataan.
    Saya setahun hanya minum miras sekali, seperempat glas champagne, itupun karena dipaksa istri, basa-basi minum ber-sama2 anak2 dan menantu, di-detik2 pergantian tahun.
    Pesta-pun sejak berkeluarga saya tak pernah, kecuali jika ada undangan yang sulit ditolak.

    In vino veritas. Kalau orang mendhem, kelihatan-lah jati dirinya. Bajingan mendhem akan memaki, merusak, memukul. Orang yang baik mendhem akan diam membisu atau cengengesan, menjawab sejujurnya jika ditanya. Mungkin itu sebabnya pemuka2 agama takut minum miras, supaya tidak ketahuan kemunafikannya.

    BalasHapus
  6. Haiya.. menarik refleksi Bung Karno itu. Nomor 1 nasionalisme, nomor 5 ketuhanan.

    Lagu lawas Kasih Tak Sampai itu masih sering diputar beberapa radio di surabaya spesialis tembang kenangan.

    Siesta... tidur siang itu semacam kewajiban pater2 dan suster2 di biara. Ada jam tidur siang yg tidak boleh diganggu gugat. Beda dengan orang Han yg kerja kerja kerja zonder fiesta.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lambertus, kita tidak boleh gebyah uyah semua orang Han seperti ini, atau seperti itu. Ingat bahwa yang disebut Orang Han itu seperti yang disebut Orang Melanesia, atau Orang Melayu. Ada berapa kerajaan2 di Indonesia dan Malaysia yang berumpun Melayu? Banyak, dari Aceh, Minangkabau, sampai ke Riau, Kedah, Perak, Johor, dll. Begitu juga yang disebut Han itu dulunya ada beberapa kerajaan, etnis tersendiri, yang berbahasa lain, beradat istiadat yang lain, walaupun kemudian bahasanya dipersatukan secara paksa oleh karena politik.

      Orang Taiwan hingga sekarang setelah makan siang harus siesta, minimal satu jam mereka menutup mata. Begitu juga pemilik2 toko di Surabaya jaman dulu, setelah jam makan siang mereka tutup toko, pulang ke rumah untuk tidur siang. Nanti jam 5 setelah matahari turun dan orang2 pulang kerja, mereka buka toko lagi.

      Hanya, memang kebiasaan ini berubaha karena kapitalisme global. Maka di Tiongkok ada istilah2 996: dari 9pagi sampai 9malam 6 hari seminggu. Itulah yang minimum dituntut oleh perusahaan2 seperti Alibaba. Ini mengakibatkan banyak orang stres, tidak mau punya anak, dan tingkat bunuh diri naik. Bahkan ada yang 007. Dari jam 0pagi sampai 0pagi berikutnya, 7hari seminggu, alias kerja tanpa ada waktu pribadi.

      Saya pribadi walaupun termasuk orang Han, gak pateken biarpun digaji berapapun. Jam kerja saya termasuk masuk akal. Saya kerja dari jam 8-9 sampai dengan 5-6, 5 hari per minggu. Tetapi, kadang2 saya harus ambil web conference pas malam atau pagi buta, agar bisa bicara dengan kolega di India atau Eropa. Itu sudah biasa, dan sekali2 tak apa.

      Hapus