Selasa, 10 Desember 2019

Konser Ke-93 Surabaya Symphony Orchestra

Sudah lama saya tidak mengikuti kegiatan konser Surabaya Symphony Orchestra (SSO) pimpinan Dr HC Solomon Tong. Orkestra ini biasa bikin konser besar 3 kali setahun di Surabaya. Konser Natal, Konser Paskah, dan Konser Kemerdekaan.

Rutinitas itu dilakukan Pak Tong sejak Desember 1996. Itulah konser perdana sekaligus hari lahir SSO. "Kota sebesar Surabaya harus punya symphony orchestra yang bagus," kata Solomon Tong kepada saya.

Biasanya pekan pertama bulan Desember SSO bikin konser Natal. Bagaimana dengan tahun 2019?

Apakah SSO masih punya energi?
Apakah Pak Tong masih semangat dan... sehat?

Asal tahu saja, Solomon Tong belum lama ini merayakan ulang tahun ke-80. Meskipun rajin olahraga, banyak berdoa, rajin bermusik, minum jamu-jamu Tiongkok, kondisi beliau tentu tidaklah sebugar saat berusia 70 atau 60 tahun.

Maka, saya pun iseng mengirim salam dan pertanyaan singkat via WA. Apa kabar Pak Tong? Selamat ulang tahun ke-80. Kapan SSO bikin Christmas Concert?

Tak sampai 5 menit, Bapak Solomon Tong menjawab.

"Terima kasih... saya baru ulang tahun ke 80, dan tgl 10 Desember ada konser SSO di Hotel Swissbell Jl. Manyar Kertoarjo No 100 jam 18.00. datang ya," tulis dirigen sekaligus pendiri SSO itu.

Luar biasa!

SSO ternyata masih eksis. Masih bikin konser musik klasik di akhir tahun. Pak Tong juga masih punya energi untuk membina orkestra yang sangat langka itu.

Hanya saja, tempatnya bukan lagi di Shangri-La atau Westin (sekarang jadi JW Marriott) atau Sheraton tapi di Swissbell. Hotel baru ini tentu tidak sementereng tiga hotel yang selalu jadi jujukan SSO itu.

Apakah pertimbangan biaya? Atau pertimbangan lain? Saya belum tanya.

Mbak Mimin, sekretaris SSO yang asal Waru, Sidoarjo, kemudian mengirim sedikit informasi tentang Christmas Concert 2019. Judulnya Glory to God. Tema yang cocok dengan visi dan misi Solomon Tong yang dikenal sebagai pendiri sejumlah gereja Tionghoa di Surabaya.

Wow... konser ke-93!

Ternyata SSO sudah 93 kali bikin konser besar di bawah pimpinan Solomon Tong. Artinya, setiap tahun SSO bikin 4,04 kali konser skala besar dan sedang. Belum termasuk konser-konser kecil yang sifatnya internal atau ditanggap sejumlah perusahaan.

Pak Tong juga memanfaatkan konser-konsernya untuk regenerasi pemusik, penyanyi, dirigen dsb. Karena itu, di semua konser SSO selalu ada penampil anak-anak, remaja belasan tahun, dewasa, hingga lansia.

Penyanyi lao ren itu biasanya dari Tiongkok. Bisa juga pengusaha atau pejabat yang doyan menyanyi. Salah satunya, dulu, Jenderal Pur Wiranto.

"Kita harus mengakomodasi banyak selera dan kepentingan," kata Pak Tong.

Resep itulah yang membuat SSO masih bertahan sampai sekarang. Masih bikin konser natal sekaligus merayakan ulang tahun ke-23.

1 komentar:

  1. Meskipun rajin olahraga, banyak berdoa, minum jamu2, kondisi laki2 tua tidak lagi sebugar saat usia 60-70 tahun.
    Membaca itu saya terkenang kepada salah satu mantan pegawai wanita saya, yang paling semok dan paling jenaka, matanya jeli berwarna biru bak warna air lautan teduh, namanya Gisela.
    Dia sering meng-olok2 para lelaki yang sudah tua sbb.:
    Kalian laki2 tua pensionan, selalu mengeluh tidak punya waktu,
    kalau kencing tidak sanggup lagi berdiri, harus duduk, tidak terdengar lagi bunyi kucuran air-seni kalian, kapan selesai pun kalian tidak merasa, kalian goyang-goyang, pijat-pijat, toh tidak ada gunanya, REMBES-an terachir nyangkut-nya di celana dalam. Para bapak2 tua hanya nyengir mendengar ocehan nyeleneh si Gisela. Saya pun ikut tertawa, tanpa mengerti apa maksud ocehan cewek jenaka itu. Ketika itu usia saya masih 40-50 tahun. Sejak usia berkepala 7, barulah saya ngerti makna ocehan itu.
    Saya beruntung bisa bekerja disebuah desa petani, rakyatnya lugu, lucu, suka bergurau. Semua pegawai saya yang berjumlah 5 orang wanita, adalah anak2 petani. Mereka sejak kecil sudah biasa membanting tulang, jadi tidak pernah mengeluh kalau bekerja. Batara Kala lah yang paling ditakuti oleh orang Bali.

    BalasHapus