Timnas Indonesia kalah lagi. Again again again again! Belum bisa dapat medali emas sepak bola SEA Games.
Indonesia U23 kalah 0-3 oleh Vietnam. Kalah segalanya. Fisik, taktik, mental, strategi. Apalagi setelah Evan Dimas, arek Suroboyo yang jadi motor serangan dibuat cedera berat. Harus keluar lapangan pada menit ke-20.
Suasana di warkop-warkop pun murung. Impian untuk meriah emas tingkat Asia Tenggara pun sirna. Sudah 28 tahun Indonesia tanpa medali emas sepak bola. Terakhir pada 1991 di Manila, di stadion yang sama.
Lumayanlah... dapat medali perak. Ketimbang timnas senior yang kalah kalah kalah 100%. Timnas U23 asuhan Indra Sjafri sebetulnya bagus di babak penyisihan dan semifinal. Tapi antiklimaks di final.
Pelatih Vietnam, Park Hangseo, saya lihat keras dan meledak-ledak. Memompakan semangat kepada para pemainnya untuk berperang. Semangat inilah yang menular ke anak-anak Vietnam. Mereka bisa bermain dengan nyaman dan enak.
Lantas, kapan Indonesia jadi juara sepak bola SEA Games atau Piala AFF? (Jangan mimpi juara Asia atau tembus Olimpiade atau Piala Dunia!)
Entahlah. "Semua itu atas izin Allah," kata Pelatih Indra yang sangat religius itu.
Saya jadi ingat kata-kata di kitab suci: "Ibu, panjenengan ngarsakaken punapa dhateng Kula? Dereng dumugi wekdal Kula."
Dereng dumugi wekdal.
Saatnya belum tiba.
Akan tiba saatnya timnas Indonesia jadi juara SEA Games atau Piala AFF!
Entah kapan.
Indonesia U23 kalah 0-3 oleh Vietnam. Kalah segalanya. Fisik, taktik, mental, strategi. Apalagi setelah Evan Dimas, arek Suroboyo yang jadi motor serangan dibuat cedera berat. Harus keluar lapangan pada menit ke-20.
Suasana di warkop-warkop pun murung. Impian untuk meriah emas tingkat Asia Tenggara pun sirna. Sudah 28 tahun Indonesia tanpa medali emas sepak bola. Terakhir pada 1991 di Manila, di stadion yang sama.
Lumayanlah... dapat medali perak. Ketimbang timnas senior yang kalah kalah kalah 100%. Timnas U23 asuhan Indra Sjafri sebetulnya bagus di babak penyisihan dan semifinal. Tapi antiklimaks di final.
Pelatih Vietnam, Park Hangseo, saya lihat keras dan meledak-ledak. Memompakan semangat kepada para pemainnya untuk berperang. Semangat inilah yang menular ke anak-anak Vietnam. Mereka bisa bermain dengan nyaman dan enak.
Lantas, kapan Indonesia jadi juara sepak bola SEA Games atau Piala AFF? (Jangan mimpi juara Asia atau tembus Olimpiade atau Piala Dunia!)
Entahlah. "Semua itu atas izin Allah," kata Pelatih Indra yang sangat religius itu.
Saya jadi ingat kata-kata di kitab suci: "Ibu, panjenengan ngarsakaken punapa dhateng Kula? Dereng dumugi wekdal Kula."
Dereng dumugi wekdal.
Saatnya belum tiba.
Akan tiba saatnya timnas Indonesia jadi juara SEA Games atau Piala AFF!
Entah kapan.
Waduh, mpun cocok njenengan dipun sebut: Raden Mas Lambertus Hurek.
BalasHapusAda satu pertanyaan saya. Mengapa dalam Bahasa Jawa ditulis "punapa" tetapi dibacanya "menapa"?
Ada pedoman transliterasi bahasa Jawa ke aksara Latin. Itu yg dipakai 2 majalah berbahasa Jawa di Surabaya, yakni Panjebar Semangat dan Jaya Baya. Kebetulan ada teman saya redaktur PS. Salah satunya Nana yg keturunan Tionghoa.
BalasHapusIntinya yg saya tangkap: bunyi O ditulis A. Makanya tulisannya harus JAWA dibaca JOWO. Tulis SURABAYA dibaca SUROBOYO. Tulis RAMA dibaca ROMO. Tulis KRAMA dibaca KROMO dst dst.
Masalahnya, aturan transliterasi Jawa ini bertolak belakang dengan sistem fonetik bahasa Indonesia yg intinya kata2 dibunyikan sesuai tulisan.
Karena itu, sebagian besar orang Jawa tetap menulis kromo inggil bukan krama inggil. Romo Suharto bukan Rama Suharta dsb.
Tapi hampir semua majalah bahasa Jawa atau kitab suci berbahasa Jawa (Alkitab maksudnya) menggunakan pedoman transliterasi bahasa Jawa yg dianggap baku.
Contoh:
Yohanes 1:6
Ana priya rawuh kautus dening Allah asmane Yohanes.
Bukan: Ono priyo....
Bahasa daerah memang unik, biasanya hanya pribumi atau orang asli yang mengerti maknanya.
HapusPada suatu hari, Jumat tahun 1976, seorang teman akrab sekantoran, orang pribumi Austria, namanya Wolfgang, berkata kepada saya : Du, gua baru kenal seorang cewek Inggris, dan gua sudah janji kepada-nya, Weekend besok akan mengajak dia jalan2 kerumah orangtua-gua ( letaknya dekat perbatasan Hungaria ), tetapi mobil-gua rusak, sedang direparasi di bengkel. Apakah gua boleh meminjam mobil lu ? Saya jawab, boleh ! Ayo lu antar gua pulang kerumah, setelah itu lu boleh pakai mobil-gua !
Sesampai di rumah, istri-saya sedang marah2. Saya tanya, kenapa lu muring2 ?
Istri-ku cerita; itu lho si-nyonya tetangga, bilang kepada anak-kita : Scheissl, Scheissl. Masakah anak kita disebut, Tai, tai, ( Scheisse bahasa Jerman artinya tai, Scheissl bahasa Austria artinya Tai kecil ).
Mendengar itu, si Wolfgang tertawa terpingkal-pingkal sampai mengeluarkan air-mata. Lalu dia bilang ke istri-ku : Lu jangan marah, Scheissl itu adalah idioma yang sangat baik artinya. Anak kecil yang kami sukai dan cintai, barulah kami sebut Scheissl di Austria.
Mungkin maksudnya anak yang masih ngantong di celana, kalau tidak cinta, mana mau kita mencuci pantatnya.
Nah, orang2 arab pendatang dari negeri jazirah yang lahir dan besar di Jakarta, tidak kenal dengan idioma Jawa-Timur, BOCAH REMBES. Mereka marah2, sama seperti bojo-ku. Untung bojo-ku kenal sama Wolfgang, jadi bisa dijelaskan. Kalau onta langsung lapor ke Kantor Polisi.