Rabu lalu, 18 September 2019, saya menemui Liem Ou Yen di Jalan Kembang Jepun 46 Surabaya. Tokoh Tionghoa ini baru saja pulang dari Tiongkok. Mendampingi beberapa doktor dan profesor pakar Islam untuk konferensi internasional tentang Islam di Tiongkok.
"Biasalah... saya jadi penerjemah bahasa Mandarin. Tapi seminar juga pakai bahasa Inggris," kata pengusaha yang aktif mengurus paguyuban dan organisasi sosial Tionghoa di Surabaya itu.
Liem Ou Yen lantas bercerita banyak tentang sejumlah situs menarik di Tiongkok yang ada kaitan dengan Islam. Maklum, selama ini Liem selalu menemani para kiai atau ulama NU, Muhammadiyah, MUI, PITI dsb untuk studi banding di Tiongkok. "Masjid di Tiongkok itu besar-besar dan bagus-bagus. Sangat modern," katanya.
Tapi saya lebih tertarik pada sempoa. Alat hitung khas Tionghoa ini selalu ada di depan bos UD Gunung Mas itu. Unik dan menarik. Di era digital ini, ternyata pengusaha Tionghoa sekelas Liem Ou Yen masih menggandalkan sempoa ketimbang kalkulator, komputer, atau aplikasi kalkulator di ponsel dalam mengelola bisnisnya.
"Saya punya kalkulator, tapi saya lebih suka pakai sempoa. Menghitung pakai sempoa itu pasti lebih cepat dan akurat," ujar Liem seraya tersenyum.
Liem kemudian meminta seorang tamunya menghitung dengan kalkulator. Liem juga menghitung pakai sempoa kesayangannya. Hasilnya, dalam waktu singkat Liem sudah menyelesaikan hitungannya. Sementara sang tamu baru selesai beberapa menit kemudian.
"Singkatnya, kalau kita sudah tahu cara pemakaiannya, maka menghitung dengan sempoa itu pasti lebih cepat dan hasilnya benar. Kemungkinan salah sangat kecil karena bilangan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, ratusan ribu, bahkan jutaan bisa kita lihat di sempoa," ujarnya.
Liem Ouyen sendiri tidak menafikan kecanggihan kalkulator dan alat hitung modern lain, termasuk komputer. Hanya saja, menurut dia, hasil hitungan bisa keliru jika entry datanya salah. Belum lagi kalau terjadi gangguan (error) atau baterai lemah.
"Sempoa tidak pakai baterai atau listrik. Jadi, kemungkinan keliru hampir tidak ada," katanya.
Selain alasan praktis, menurut koordinator Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya ini, alat hitung tradisional sempoa ini bisa membantu meningkatkan kualitas memori seseorang. Orang tidak cepat lupa atau pikun. Dan, itu dirasakan betul oleh pria kelahiran Muara Teweh, Kalimantan Tengah, 31 Juli 1945, itu.
"Saya ini walaupun sudah tidak muda, tapi tidak cepat lupa. Saya bisa mengingat dengan cepat, ya, antara lain karena tiap hari menggunakan sempoa," katanya.
Karena itu, Liem mengusulkan agar para pelajar, khususnya murid sekolah dasar, diberi pelajaran berhitung dengan sempoa. Jangan membiarkan anak-anak termanja dengan kalkulator. Apalagi cuma main copy paste di internet.
"Waktu kami sekolah dulu, sempoa ini menjadi alat peraga dalam pelajaran berhitung. Dan saya masih merasakan manfaatnya sampai sekarang," katanya.
"Biasalah... saya jadi penerjemah bahasa Mandarin. Tapi seminar juga pakai bahasa Inggris," kata pengusaha yang aktif mengurus paguyuban dan organisasi sosial Tionghoa di Surabaya itu.
Liem Ou Yen lantas bercerita banyak tentang sejumlah situs menarik di Tiongkok yang ada kaitan dengan Islam. Maklum, selama ini Liem selalu menemani para kiai atau ulama NU, Muhammadiyah, MUI, PITI dsb untuk studi banding di Tiongkok. "Masjid di Tiongkok itu besar-besar dan bagus-bagus. Sangat modern," katanya.
Tapi saya lebih tertarik pada sempoa. Alat hitung khas Tionghoa ini selalu ada di depan bos UD Gunung Mas itu. Unik dan menarik. Di era digital ini, ternyata pengusaha Tionghoa sekelas Liem Ou Yen masih menggandalkan sempoa ketimbang kalkulator, komputer, atau aplikasi kalkulator di ponsel dalam mengelola bisnisnya.
"Saya punya kalkulator, tapi saya lebih suka pakai sempoa. Menghitung pakai sempoa itu pasti lebih cepat dan akurat," ujar Liem seraya tersenyum.
Liem kemudian meminta seorang tamunya menghitung dengan kalkulator. Liem juga menghitung pakai sempoa kesayangannya. Hasilnya, dalam waktu singkat Liem sudah menyelesaikan hitungannya. Sementara sang tamu baru selesai beberapa menit kemudian.
"Singkatnya, kalau kita sudah tahu cara pemakaiannya, maka menghitung dengan sempoa itu pasti lebih cepat dan hasilnya benar. Kemungkinan salah sangat kecil karena bilangan satuan, puluhan, ratusan, ribuan, ratusan ribu, bahkan jutaan bisa kita lihat di sempoa," ujarnya.
Liem Ouyen sendiri tidak menafikan kecanggihan kalkulator dan alat hitung modern lain, termasuk komputer. Hanya saja, menurut dia, hasil hitungan bisa keliru jika entry datanya salah. Belum lagi kalau terjadi gangguan (error) atau baterai lemah.
"Sempoa tidak pakai baterai atau listrik. Jadi, kemungkinan keliru hampir tidak ada," katanya.
Selain alasan praktis, menurut koordinator Paguyuban Masyarakat Tionghoa Surabaya ini, alat hitung tradisional sempoa ini bisa membantu meningkatkan kualitas memori seseorang. Orang tidak cepat lupa atau pikun. Dan, itu dirasakan betul oleh pria kelahiran Muara Teweh, Kalimantan Tengah, 31 Juli 1945, itu.
"Saya ini walaupun sudah tidak muda, tapi tidak cepat lupa. Saya bisa mengingat dengan cepat, ya, antara lain karena tiap hari menggunakan sempoa," katanya.
Karena itu, Liem mengusulkan agar para pelajar, khususnya murid sekolah dasar, diberi pelajaran berhitung dengan sempoa. Jangan membiarkan anak-anak termanja dengan kalkulator. Apalagi cuma main copy paste di internet.
"Waktu kami sekolah dulu, sempoa ini menjadi alat peraga dalam pelajaran berhitung. Dan saya masih merasakan manfaatnya sampai sekarang," katanya.