Natal 2020 ini sedikit lebih baik ketimbang pekan suci Paskah lalu. Paling tidak masih ada segelintir umat yang diperbolehkan hadir dalam misa kudus secara langsung di dalam gereja. Sekitar 20 persen dari kapasitas gereja.
Beda dengan pekan suci yang benar-benar 100% ekaristi live streaming. Namun, pandemi korona yang sudah berlangsung selama sembilan bulan membuat kita makin terbiasa dengan streaming, online, daring, virtual, work from home (WFH), dsb.
Malam Natal kemarin saya berada di Malang. Kota yang tak asing bagi saya. Ikut misa atau ekaristi live streaming dari Gereja Katedral, Jalan Ijen, yang lumayan terkenal itu. Uskup Malang Mgr Henricus Pidyarto Gunawan, OCarm yang pimpin misa didampingi dua reverendus dominus (RD) alias rama diosesan.
Bapa Uskup Pidyarto ini juga tak asing lagi. Dulu para mahasiswa dan umat Katolik di Jember sangat sering mengundang Rama Pidyarto sebagai pembicara seminar. Beliau pakar kitab suci yang sangat produktif menulis buku.
Mulai buku-buku teks yang berat untuk para seminaris dan pastor hingga buku-buku populer yang mirip katekismus. Buku Mempertanggungjawabkan Iman Katolik karya Rama Pydiarto (sekarang Monsinyur Pydiarto) sangat sangat populer. Khususnya yang sampulnya merah.
Ketika sudah jadi bapa uskup pun gaya Monsinyur Pidyarto tidak banyak berubah. Homilinya seperti saat Misa Malam Natal kemarin seperti pengajaran seorang guru besar di kampus. Monsinyur ini memang menyandang gelar profesor jauh sebelum ditahbiskan sebagai Uskup Malang di Stadion Gajayana.
Sudah sangat lama saya tidak pernah dengar khotbah atau ceramah Rama/Monsinyur Pydiarto. Mungkin sekitar 20 tahun. Karena itu, saya langsung terkenang masa lalu ketika sering mengikuti seminar atau pendalaman iman bersama Rama Pydiarto.
Saat khotbah di Katedral Malang pun beliau mengutip kata-kata asli Alkitab kemudian menjelaskannya secara padat dan sederhana. Kemampuan seperti itu yang membuat beliau sering diundang ke mana-mana.
Meskipun suasana pandemi, misa malam Natal di Malang berlangsung relatif normal. Sekitar 1 jam 40 menit. Kita tidak kehilangan nuansa malam kudus meskipun tidak bisa lagi ke gereja sejak akhir Maret 2020 lalu.
Semoga pandemi Covid-19 bisa diatasi tahun 2021. Sudah terlalu lama kita menderita.