Kamis, 16 Januari 2020

Jalan Tergenang atau Jalan Terendam?

Kemarin hujan deras di Surabaya. Tanpa angin kencang yang menyebabkan puluhan pohon tumbang seperti pada 5-6 Januari 2020.

Di Surabaya Utara, khususnya Jembatan Merah, Kembang Jepun, Kalimas dan sekitarnya hujan tidak begitu lebat. Bagus untuk menghalau debu-debu yang beterbangan di kawasan kota lama.

Kamis pagi, 16 Januari 2020, muncul berita di koran. Tentang banjir semalam. Nadanya positif. TERENDAM AIR PUKUL 17.20, SURUT 19.30".

Luar biasa. Cuma dua jam 10 menit saja beres. Air berlimpah itu mengalir lancar lewat salurannya hingga ke muara di kawasan Pelabuhan Kalimas yang terkenal itu.

Mengapa air hujan dibuang ke laut? Tidak diserap masuk ke dalam bumi? Kalau itu sih Gubernur Jakarta Anies Baswedan yang paling paham.

Saya cuma tertarik judul salah satu berita di koran. BEBERAPA JALAN PROTOKOL TERGENANG.

Hem... kata TERGENANG itu pernah saya tanyakan ke editor bahasa. Salah satunya Uu Suhardi dari majalah Tempo. Saat itu Jakarta sedang kebanjiran di awal tahun 2020.

Mana yang benar: jalan tergenang atau jalan terendam? Atau kedua-kedua-duanya benar?

Uu Suhardi kemudian menulis di Twitter:

< Ini keliru: "Sejumlah jalan tergenang." Kata yang tepat setelah "jalan" adalah "terendam". Airlah yang tergenang. >

Oh, mantap!

Saya mendapat afirmasi dan konfirmasi dari Mas Uu, salah satu editor bahasa Indonesia terbaik. Sebab selama ini saya pun punya pemahaman seperti itu. Bahwa yang terendam itu jalan. Airlah yang tergenang di jalan raya. Maka ada istilah genangan air.

Kita juga biasa merendam pakaian kotor dengan air (bukan bensin atau arak). Benda-benda padat direndam di dalam air atau zat cair lainnya.

Karena itu, saya agak geli membaca salah satu judul berita pagi ini. JALAN PROTOKOL TERGENANG.

Jalan kok bisa tergenang? Mestinya JALAN PROTOKOL TERENDAM.

8 komentar:

  1. Orang Indonesia banyak yang tidak mengerti kosakata Indonesia, karena dalam sehari-hari mereka menggunakan bahasa daerah. Mungkin kalau koran di Riau di mana Bahasa Melayu ialah bahasa sehari-hari, tidak terjadi salah kaprah seperti itu.

    BalasHapus
  2. Lebih jelas lagi kalau digunakan "Beberapa Jalan Protokol Kebanjiran"

    BalasHapus
  3. Orang Indonesia itu umumnya kurang peduli pada ketepatan diksi. Yang penting kata-katanya dimengerti orang lain. Nuansa-nuansa atau perbedaan tipis bukan masalah karena semua orang paham maksudnya.

    Beda dengan bahasa Mandarin yang sangat rumit fonologinya. Atau bahasa Inggris yang nuansanya sangat kaya. Ada error fault mistake wrong etc.

    Saya perhatikan bahasa Indonesia baru ditertibkan (pembakuan) mulai tahun 1980-an oleh Pusat Bahasa. Ada acara pembinaan bahasa Indonesia di TVRI oleh JS Badudu dan beberapa pakar bahasa Indonesia. Sejak itu pelan-pelan mulai ada pembakuan. Termasuk melalui pelajaran bahasa Indonesia di sekolah.

    Karena itu, buku-buku atau tulisan-tulisan sebelum tahun 1980an terasa lebih asyik dan liar. Wartawan atau penulis ngomong ngalor ngidul, sangat cair dengan campuran melayu pasar atau melayu Tionghoa atau oplosan bahasa Jawa sampai bahasa Belanda.

    Itu juga yang membuat Prof Ben Anderson selalu memuji-muji gaya bahasa Indonesia sebelum Orde Baru.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya pernah mendengar Ben Anderson kasih ceramah kpd mahasiswa Indonesia di kampus saya di salah satu universitas di Midwest America. Waktu itu 1990an awal. Kosakata beliau luar biasa. Dia berpidato dgn sedikit logat Jawa. Saya masih ingat dia menggunakan kata “pengejawantahan”, yg waktu itu dipopulerkan oleh Orde Baru. Aku kagum loh orang ini loncer sekali bhs Indonesia. Kemudian aku sadar, loh aku kan lancar berbahasa Inggris gak kalah dgn bahasa Indonesia dia, jadi seharusnya ga perlu kagum2 amat hehehehe

      Hapus
  4. Prof Ben memang luwes dan lincah kata2nya kayak penulis2 pra orde baru. Dia tekun mendalami literatur2 lawas di nusantara khususnya jawa dan tionghoa. Ben juga sangat konsisten menolak EYD yg dibuat oleh rezim orde baru pak harto. Dia ngotot dengan ejaan lawas dengan kalimat2 tempo doeloe yg dia anggap lebih sedap. Ben sangat gandrung bahasa melayu pasar atau melayu Tionghoa.

    Saya pun sangat kagum sama beliau. Makanya saya ikut menunggui jenazah Ben Anderson di Adi Jasa Surabaya sampai ke Kembang Kuning untuk dikremasi.

    Bahkan saya yg bantu frater saat pimpin liturgi pemakaman secara katolik di eka praya, kembang kuning.

    Luar biasa Prof Ben itu.

    BalasHapus
  5. Dua contoh kalimat / kata salah kaprah yang saya temukan di koran online Kompas.com baru-baru ini. "Virus lebih rentan di wanita hamil". Yang benar: Wanita hamil lebih rentan terhadap virus", atau "virus lebih menular di wanita hamil".

    Satu lagi. "Ketua DPP Gerindra minta maaf jika tindakan anggotanya itu membuat situasi tidak kondusif." Kondusif itu artinya bukan "nyaman". Kalau maksudnya nyaman, mengapa tidak menggunakan kata "nyaman" saja, atau "enak" dari awalnya? Kondusif itu artinya memungkinkan atau memudahkan terjadinya sesuatu. Dalam Bhs Inggris, selalu diikuti oleh apa yang mudah terjadi itu. Misalnya: "The school environment is designed to be conducive TO any burst of creativity by the students." Lingkungan sekolah didesain sedemikian rupa sehingga kondusif terhadap letupan kreativitas para murid.

    Kondusif terhadap [titik titik]. Tidak logis jika "kondusif" digunakan sendiri, melainkan harus diikuti kata sambung "terhadap" dan kata atau frasa apa yang dimudahkan.

    Misalnya sbb. Membaca koran online Indonesia itu kondusif terhadap sang pembaca geleng-geleng kepala menyayangkan pendidikan bahasa di Indonesia yang sangat jelek, sehingga wartawan Kompas dan ketua partai besar pun tidak mampu berbahasa dengan baik dan logis.

    BalasHapus
  6. Kamsia Cak Amrik.
    Walaupun sudah tinggal puluhan tahun di USA, kemampuan berbahasa Indonesia sampean jauh di atas rata-rata orang Indonesia yg tidak pigi ke mana-mana. Bahkan di atas kebanyakan reporter dan editor media massa di Indonesia.

    KONDUSIF itu termasuk kata yg overused di Indonesia. Dan sudah lama salah kaprah meskipun maksudnya benar.

    Kondusif untuk apa?

    Badan Bahasa memberi contoh yg benar:

    Contoh:

    Kurangnya lampu penerang jalan merupakan keadaan yang kondusif untuk terjadinya kerawanan perjalanan pada malam hari.

    Kata kondusif paling sering dipakai polisi. Lalu diikuti reporter2 yg ngepos di kepolisian. Lama2 jadi kebiasaan. Salah kaprah.

    BalasHapus
  7. Salah kaprah.
    Kesalahan yg dilakukan terus-menerus, berulang-ulang, oleh banyak orang sehingga menjadi kebiasaan.

    Contoh: lampu kuning itu harus berhenti. Tapi di Indonesia lampu kuning dianggap sama dengan lampu hijau. Ketemu lampu kuning digas kencang.

    Bahkan awal lampu merah pun dianggap hijau. Itulah Indonesia. Beda dengan USA atau EU.

    BalasHapus