Masyarakat (NTT) di perantauan sesekali perlu go public. Sekadar silaturahmi dengan komunitas etnis lain, diskusi tipis-tipis, promosi wisata tipis-tipis, ngomong soal Pulau Komodo, danau tiga warna di Ende, berburu ikan paus di Pulau Lembata, dsb.
Provinsi NTT - lebih sering dipelesetkan jadi Nasib Tidak Tentu atau Nusa Tetap Tertinggal tapi Nanti Tuhan Tolong - merupakan salah satu dari 34 provinsi yang kurang dikenal di luar NTT. Khususnya di Pulau Jawa.
Tidak banyak orang Jawa atau Sunda atau Betawi atau Madura yang tahu Pulau Flores, Pulau Timor, Pulau Sumba, dan pulau-pulau kecil macam Rote, Sabu, Raijua, Alor, Pantar, Lembata, Adonara, Solor, dsb. Apalagi Pulau Babi, Pulau Komba yang konon dihuni para suanggi alias hantu-hantu blauw.
Orang Bali, Lombok, Sumbawa hampir bisa dipastikan lebih paham NTT karena tempo doeloe kita pernah satu provinsi, yakni Provinsi Soenda Ketjil kemudian Provinsi Nusa Tenggara. Ibu kotanya di Singaraja. Sejak 20 Desember 1958 dimekarkan jadi tiga provinsi: Bali, NTB, NTT.
Karena itu, kita orang senang kawan-kawan komunitas Flores Bersatu dan Flobamora ikut berpartisipasi di acara Persatuan Nusantara Satu Rasa di Rumah Joglo, MERR Surabaya, Gunung Anyar. Sekaligus memeriahkan Suroan.
Nona Yetty dan Nona Joan tampil mengenakan pakaian adat Manggarai dan Rote. Joan yang lahir dan besar di Rungkut terlihat anggun mengenakan busana tenunan khas Rote.
Rote itu di mana? Pulau paling selatan Indonesia. Banyak seniman dan nona-nona manis berasal dari pulau ini. Komposer dan penyanyi lawas Obbie Messakh pun asli Rote.
Provinsi NTT punya 22 kabupaten. Di setiap kabupaten ada beberapa motif tenun dan budaya yang agak berbeda. Manggarai pun ada Manggarai Barat, Manggarai Timur, Manggarai (Tengah). Belum lagi kawasan Kepulauan Komodo.
Kalau di MERR kemarin budaya Manggarai dan Rote yang ditampilkan, kali lain gantian Sumba Timur, Sumba Barat, Sikka, TTU, TTS, Belu, dsb.
Bae sonde bae Flobamora lebeh bae!
(Baik tidak baik NTT lebih baik!)