Selasa, 02 Agustus 2022

Jagal Anjing di Surabaya Digerebek

Tite melarat Jawa, Malaysia, Sumatera.. musti dore adat raen. Belo aho, gerian aho, masak RW, sare hala. Ata watanen aya-aya ra suka denga ata diken belo geriah aho.

Ata diken titen biasa rekan aho, renu moke, arak, tuak.. tobo mete koda kiring sampe pagi.. biasa lau NTT.

 Tapi kalo tite tete adat lewon tai Jawa bisa masalah. Polisi bisa rewang tite.

KESIMPULAN: 
Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.

4 komentar:

  1. " Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung ". Wejangan itu ada manfaatnya bagi masyarakat minoritas, supaya raga nya tidak bonyok. Apakah dengan demikian nurani-nya si-melarat juga sehat dan selamat ? Apa gunanya semboyan Bhinneka Tunggal Ika ?
    Mengapa tidak memakai semboyan " Leben und leben lassen " yang mungkin terjemahannya " Hidup dan biarlah hidup ".
    Ternyata orang Indonesia tidaklah toleran, seperti yang selalu di gembar gemborkan.
    Bayangkan saja, nona Ina dari Lembata tidak boleh menunjukkan rambutnya yang indah panjang ikal dan hitam, harus dibalut jilbab, hanya seandainya gara-gara nona Lembata kuliah di Padang atau di Bukittinggi. Semuanya gara-gara Bumi dipijak dan langit dijunjung !
    Dari NTT melarat ke- Jawa, Bali, Palu, Sumatra, dll. semuanya itu bukankah NKRI ?
    Tjinta anak sepandjang galah, toleransi setebal dompet.







    BalasHapus
    Balasan
    1. Betuul banget, Siansen ternyata paham MELARAT artinya merantau. Kalau di tanah rantau ya kita orang harus hormati adat istiadat penduduk setempat. Itu maksudnya alinea awal.

      Ada juga bangsa yg melarat ke Nusantara tapi berhasil mengubah adat istiadat Nusantara. Kamsia.

      Hapus
  2. When in Rome, do what the Romans do. Begitu bahasa Maduranya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya iya.. pesta rica-rica RW memang sudah kebiasaan lama. Kecuali marga-marga yg haramkan asu macam kami punya marga. Tapi kalau di tanah rantau ya urusan jadi panjang.

      Hapus