Minggu, 27 Maret 2022

Mas Amak ternyata pulang bersama delta

Pandemi selama dua tahun ini membuat kita orang kehilangan banyak kontak. Tidak tahu kondisi terakhir beberapa kawan lama. Eh, ternyata wis rampung. Selesai tugasnya di alam fana ini.

Kemarin saya lewat di depan eks Pabrik Gula Toelangan. PG terkenal yang diangkat Pramoedya Ananta Tour di novel Bumi Manusia. Saya ingat Amak Junaedi, kawan lama. Rumahnya tak jauh dari PG. Bapaknya dulu sinder di situ.

Apa kabar Mas Amak? 
Masih sering pimpin unjuk rasa
Bongkar kasus korupsi lokal?
Tidak takut dijadikan tersangka pencemaran nama baik?

"Mas Amak sudah gak ada. Sudah lama berpulang," kata seorang aktivis di Tulangan yang kenal Amak Junaedi.

Oh, Tuhan!

Rupanya Mas Amak sudah menghadap Beliau saat gelombang badai Delta tahun 2021 lalu. 

Cukup banyak kenangan bersama Amak. Dulu dia sering bikin lomba mancing di kolam dekat rumahnya. Pesertanya dari seluruh Sidoarjo. Ramai sekali.

Komunitas budayawan dan seniman juga sering cangkrukan di rumahnya. Sarasehan budaya Jenggala, Anggara Kasih, dan sebagainya. Rumah tua nan megah khas elite desa jadi tempat paling nyaman untuk ngobrol ngalor ngidul.

Amak lalu menghilang lama sekali. Lalu muncul lagi dengan sapaan Abah. Dari abangan jadi putihan. Sering pakai baju takwa di foto-fotonya. Tapi acara demo jalan terus. Bersama LSM Gempur Sidoarjo.

"Kita gempur terus. Pejabat-pejabat perlu dikontrol karena dewan kurang kritis," katanya. 

Amak selalu semangat dalam urusan gempur menggembur pejabat. Saking kerasnya wartawan-wartawan sering takut mengutip omongannya. Takut salah data yang berujung delik hukum.

Sebelum pandemi saya sempat ngobrol soal PG Toelangan. Nostalgia kejayaan pabrik gula di Sidoarjo masa lalu. Amak banyak tahu karena ayahnya karyawan pabrik gula dan punya kebun tebu yang luas.

"Kalau Sampean bahas pabrik gula di Sidoarjo gak usah jauh-jauh cari narasumber. Aku siap beri masukan," ujar pentolan LSM itu.

Setelah pandemi tidak ada lagi komunikasi. Nomor WA tidak aktif. Media sosialnya juga macet. Tentu Amak sedang sibuk cari data dan informasi untuk gempur koruptor lokal, pikir saya.

Umurnya belum 50 tahun. Badannya yang gempal tentu kuat menghadapi gempuran korona, pikir saya.

Ternyata Tuhan punya kehendak lain. Mas Amak dipanggil pulang ke alam baka. Sekitar tujuh bulan lalu. Saya baru tahu kemarin.

 Selamat jalan, Mas! 

Sabtu, 26 Maret 2022

Baba Alim ajak kita olang coba semua

Alim Markus sudah lama jadi bintang iklan. Sering nongol di televisi. ''Cintailah ploduk-ploduk Indonesia!''

Bos Maspion Group ini, Anda sudah tahu, agak pelat. Sulit mengucapkan huruf r. Kita olang seneng pake ploduk-ploduk Indonesia! Maksudnya ya, produk-produk Maspion.

Mengapa tidak pakai artis muda jelita sebagai bintang iklan? Yang lagi naik daun? Yang punya banyak pengikut di media sosial?

Tuan Liem punya prinsip sendiri. Ia pasang badan untuk mempromosikan produk-produknya. Agar lebih meyakinkan masyarakat sebagai konsumen. 

Beda dengan artis atau bintang iklan bayaran. Mereka cuma acting atawa main sandiwara saja di kamera. Belum tentu menggunakan produk yang dipromosikan itu.

Selain di televisi, Alim Markus juga jadi bintang iklan di surat kabar. YOU MUST TRY ALL. Begitu tulisan besar di iklan restoran di Jalan Pregolan 1 Surabaya. Resto milik Maspion juga yang diklaim makanannya enak semua. ''Paling enak,'' katanya.

Menunya gurami goreng, gurami bakar, gurami pesmol, sate gurami, mi kluntung, soto lamongan, tahu telor, mi ayam pangsit, dan beberapa lagi. 

''Kamu olang musti coba semua,'' begitu ajakan konglomerat yang bermarkas di Kembang Jepun itu.

Hemm... kapan-kapan kita orang pigi coba gurami bakar dan soto lamongan. Semoga cocok dan enak.

Sedekah recehan dan roti untuk Mas Kaipang

Pagi ini aku ngopi di depan minimarket di Krian. Ditemani roti tawar gandum mencontoh meneer en mevrow tempo doeloe. Roti gandum lebih sehat ketimbang roti biasa yang enteng. Pencernaan lebih bagus, kata dokter.

Lalu datanglah seorang ahli kaipang, anggota partai pengemis. "Minta duit," katanya sambil senyum.

Ada seribu perak. Uang kembalian itu diberikan ke Mas Kaipang. Bukannya bilang terima kasih, tapi agak protes. "Kurang, Pak!

Waduh... pengemis di zaman milenial ini memang beda. Tidak lagi nrimo dan matur nuwun meski dikasih uang recehan. Apa boleh buat, aku tambah 2.000. Diambil tapi lupa bilang terima kasih.

Mas Kaipang belum juga beranak. Rupanya dia ngiler melihat roti tawar gandung. Aku kasih satu iris. "Kurang, Pak!" 

Maka dikasihlah satu iris lagi. Diambil lalu ngalih ke meja lain. Minta sedekah di sebelah. Matur nuwune wis lali. Sudah lupa bilang terima kasih.

Tiba-tiba ada bisikan halus menyapa. Saat ini masa puasa. Saatnya memperbanyak sedekah. Tangan kiri memberi, tangan kanan tidak boleh tahu. Tidak boleh cerita siapa-siapa. Apalagi cuma sedekah recehan untuk Mas Kaipang yang lusuh itu.

Matius 6 : 2 :

"Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong, supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya."

Jumat, 25 Maret 2022

Jonas Pareira menikmati bukit berbunga di surga

Orangnya kelihatan sangar khas Flores. Tapi hatinya lembut. Selembut bunga-bunga indah di hamparan bukit berbunga. Bukit berbunga tempat yang indah.

Bung Yonas Pareira, seniman komposer asal Maumere, Flores, semalam berpulang ke pangkuan Bapa di surga. Usianya 85 tahun. Dapat bonus lima tahun merujuk ayat Mazmur.

Yonas Pareira pernah bikin heboh Nusantara pada 1980-an dan 1990-an. Gara-gara lagu melankolis Bukit Berbunga. Dipopulerkan Uci Bing Slamet. Lalu jadi sangat terkenal di mana-mana. Orang kota hingga pelosok NTT yang tak ada listrik punya menyanyi Bukit Berbunga.

Itu hikmah Natal, kata Yonas. "Karena lagu Bukit Berbunga ditayangkan di TVRI tanggal 25 Desember 1981. Aneka Ria Safari," kata Bung Yonas suatu ketika.

Sebelum Bukit Berbunga, Yonas sudah bikin banyak lagu anak-anak. Dibawakan Ira Maya Sopha, Tanamal, Dina Mariana dan banyak lagi artis cilik masa lalu. Tapi tidak ada yang heboh macam Bukit Berbunga.

Sejak itu nama Yonas Pareira yang tamatan SMEA di Ende itu melejit di pusaran industri pop nasional. Dia bikin lagu-lagu romantis dan puitis. Ada nuansa bunga-bunga indah.

Bukit Berbunga 2, Senyum di Musim Bunga, Bunga untuk Pahlawan, Bunga-Bunga Tersenyum Riang, Senja di Musim Bunga... dan entah bunga apa lagi.

"Saya bikin lagu sesuai karakter suara artis. Uci Bing Slamet sangat cocok dengan Bukit Berbunga," katanya.

Berkarya di Jakarta sejak 1970-an, Jonas Pareira boleh dikata tercatat sebagai komposer asal NTT yang jadi pembuka jalan bagi artis-artis asal NTT lain. Salah satunya Ingrid Fernandez. 

Ia bersama Bartje van Houten berusaha mengangkat nama Ingrid. Namun kurang sukses di belantika pop. "Kurang promosi," katanya.

Sekitar 400 lagu ditulis Yonas Pareira selama hidupnya. Sebagian besar dibawakan penyanyi-penyanyi wanita yang melankolis. Tapi ada juga lagu-lagu perjuangan macam Bersatu Kita Pemuda dibawakan Leo Waldy. Jamal Mirdad bawakan lagu Bunga untuk Pahlawan.

Di usia senja, 80 tahun, Bung Yonas tetap sibuk. Sesekali bikin lagu, main musik bersama musisi-musisi senior, senda gurau di media sosial. 

Dua pekan lalu saya sempat menggoda Bung Yonas soal Bukit Berbunga. Syair yang tiba-tiba muncul setelah melihat gadis cantik berbaju ketat nan wangi melintas di hadapannya.

 "Saya lihat ada dua bukit yang berbunga," kata kakek tujuh cucu yang suka humor lelaki itu.

Bung Yonas, selamat menikmati bukit berbunga di surga!

Tahi ayam gowes sepeda angin

Hangat-hangat tahi ayam. Hangatnya cuma sebentar. Itulah yang terjadi dengan nggowes sepeda pancal dan caring pagi hari. 

Sudah lama sekali saya tak melihat orang-orang berjemur pagi hari. Melahap vitamin D dari sinar matahari pagi. Malah orang makin menghindari matahari karena bikin kulit gelap. Tidak glowing.

Sudah lama pula saya jarang jumpai orang naik sepeda pancal ramai-ramai. Pun tak lagi terlihat di Tunjungan, Surabaya. Orang-orang masih ramai jalan-jalan menikmati Romansa, wisata heritage yang digaungkan Pemkot Surabaya.

Tapi tidak ada lagi rombongan sepeda pancal yang menguasai jalan raya. Yang ramai malah sepeda motor. Ada sepeda pancal tapi tidak banyak. Bisa dihitung dengan jari.

Membudayakan sepeda angin memang tidak gampang. Di negara jajahan Honda, Yamaha, Toyota, Suzuki, Daihatsu ini. Terlalu nyaman memang naik motor atau mobil pribadi. Bisa ke mana-mana kapan saja. Apalagi sepeda motor bisa blusukan ke gang-gang sempit.

Dulu, sekitar 15 tahun lalu, juga ada gerakan BTW. Bike to work. Sempat heboh di kota-kota besar di Jawa. Beberapa karyawan yang biasa ke kantor pakai motor atau mobil pun ikut BTW. Nggowes ke kantor.

Bahkan ada kawan lama yang bersepeda dari Sidoarjo ke Surabaya. Mandi keringat pasti. Tapi ada kamar mandi di kantor. Ganti pakaian kerja. "Capek tapi asyik," kata kawan itu.

Sayang, kebiasaan BTW itu tidak bertahan lama. Tidak sampai tiga bulan menyerah. Back to motor. "Selain capek, penggowes itu tidak aman di jalan. Bisa diserempet sewaktu-waktu," katanya.

Komunitas BTW pun sepertinya mati suri. Masih ada akunnya di media sosial tapi tidak aktif. Cerita-cerita tentang asyiknya gowes bareng ke situs-situs sejarah, tempat wisata, tak ada lagi.

Syukurlah, tadi pagi saya masih bertemu Djagat pelukis yang asyik bersepeda di kawasan tambak dekat Bandara Juanda. Mas Djagat ini memang onthelis sejati. Sebelum bersepeda jadi trending topic di masa pandemi, Djagat selalu nggowes sepeda tua atau sepeda muda ke mana-mana.

"Cari inspirasi sekaligus menurunkan berat badan," katanya. 

Kamis, 24 Maret 2022

Semana Santa di Larantuka, Festival, Putusan Uskup

Sekarang bulan puasa. Masa Prapaskah di kalangan umat  Katolik. Tidak lama lagi Minggu Palem masuk Pekan Suci. Orang Larantuka, Flores Timur, menyebut Semana Santa. Dari bahasa Portugis yang artinya pekan suci.

Berbeda dengan pekan suci di tempat lain, Semana Santa di Larantuka punya tradisi panjaaang. Sudah 500 tahun lebih. Warisan Portugal yang kemudian dilestarikan Kerajaan Larantuka. Raja Larantuka masih ada sampai sekarang. Bapa Raja ini berkepentingan agar tradisi lama tersebut dipertahankan dari generasi.

Sayang, gara-gara covid berkepanjangan, tradisi arak-arakan atau prosesi ribuan jemaat pada Jumat Agung ditiadakan. Prokes jaga jarak, hindari kerumunan, pakai masker dsb. Sudah dua tahun ini Larantuka, dan Flores umumnya, kehilangan tradisi dan kebanggaan itu.

Bagaimana dengan tahun ini? 
Pekan Suci bulan April 2022?
 Jumat Agung pada 15 April? 
Apakah akan diadakan lagi?
Bukankah pandemi sudah melandai?
Vaksinasi sudah massal? Bahkan tiga dosis?

Debat panjang di media-media Flores Timur dan Lembata selalu riuh selama satu bulan terakhir. Intinya bukan Semana Santa jadi atau tidak tapi polemik seputar kata "festival". Rupanya orang-orang di sana ingin mengemas Semana Santa sebagai festival untuk menarik turis sebanyak-banyaknya. Semacam festival pariwisata.

Pro dan kontra sangat keras. Jauh lebih banyak yang kontra. Mereka menegaskan bahwa Semana Santa itu bagian dari liturgi Pekan Suci Paskah yang sakral. Tak baiklah kalau dipoles dengan festival dan nuansa-nuansa profan.

Saya sampai bosan membaca perdebatan khas orang NTT yang kadang terlalu semangat. Dan aku unfollow semua grup yang berbau Flobamora. Bikin pusing kepala saja.

Tiba-tiba Bapa Uskup Larantuka Msgr Frans Kopong Kung mengeluarkan semacam surat gembala. Intinya, Semana Santa tahun 2022 ini kembali ditiadakan. Alasannya kesehatan, pandemi covid belum lewat, capaian vaksinasi di NTT, Flores Timur, Lembata masih rendah dan sebagainya.

Ribut-ribut soal festival pun melandai meski belum hilang sama sekali. Teman-teman di Flores membandingkan dengan di Jawa yang bisa unjuk rasa atau demo ribuan orang. Atau balapan di NTB, Mandalika, yang juga dihadiri ribuan orang. 

Kemudian ibadah-ibadah bulan Ramadan nanti pun bakal dinormalkan lagi. Tanpa jaga jarak dsb. Penumpang pesawat pun bebas, tak perlu jarak satu atau dua meter.

Mengapa arak-arakan Semana Santa yang cuma setahun sekali tidak boleh?

Hem... Saya perhatikan kepatuhan para klerus atau pemimpin-pemimpin Gereja Katolik terhadap protokol kesehatan memang sangat tinggi. Bahkan kelewat tinggi ketimbang asesmen satgas covid.

Ketika misa Natal lalu diperbolehkan jemaat hadir kapasitas 50 persen, imam-imam malah menerapkan aturan cuma 25 persen. Ketika tempat-tempat ibadah agama lain sudah lama beribadah langsung, gereja-gereja masih banyak misa daring.

 Misa tatap muka sangat dibatasi. Harus daftar di aplikasi, sepengetahuan ketua lingkungan dsb. Cukup ribet. Karena itu, kita orang masih setia sembahyang misa daring yang tidak pakai syarat apa-apa.

Akar segala kekisruhan ini ada virus corona. Selama masih ada covid, PPKM, swab test dan tetek bengek lain maka kerumunan manusia dianggap memicu persebaran virus.. dan bikin orang sakit dan mati. Sementara di Ukraina sana ratusan atau ribuan mati tiap hari meski bukan karena covid.

"Ada atau tidak ada covid toh semua orang akan mati kalau sudah waktunya," kata teman di Sidoarjo. Dulu ia tidak percaya covid. Belakangan percaya setelah beberapa temannya jadi ahli kubur gegara covid.

Paus Frans ajak sembahyang untuk Ukraina

Invasi Rusia ke Ukraina dimulai pada 24 Februari 2022. Saya pasti ingat karena bertepatan dengan open house acara ulang tahun di kantor. Kamis 24 Maret ini pertempuran antara pasukan Rusia dan Ukraina genap satu bulan.

Entah kapan perang yang tak jelas juntrungannya ini berakhir. Gempuran sanksi-sanksi dari USA, NATO, dan sebagainya tidak mempan. PBB juga mandul. Sebab Rusia punya hak veto. Begitu juga Tiongkok yang condong ke Rusia sebagai sesama komunis.

Rusia negara kaya raya. Ia bisa swasembada pangan, energi, dsb. Tidak perlu pasokan atawa uluran tangan Amerika dan sekutunya. 

Rusia juga mandiri untuk urusan agama. Ia punya semacam Paus sendiri. Patriark Kirill namanya. Gereja-gereja ortodoks sejak dulu menganggap Katolik Roma dengan Paus di Vatikan sebagai gereja yang perlu diluruskan.

"Hanya ada satu gereja yang benar. Gereja kita," kata Patriark Kirill alias Sirilus di YouTube.

Bapa Kirill jenggotnya sangat lebat, anda sudah tahu, ada kewajiban untuk memelihara janggut di kalangan pimpinan gereja ortodoks. Bapa ini keras betul kalau menyerang Barat, khususnya Katolik, Protestan, dan gereja-gereja aliran  Barat. 

Pekan ini Vatikan membagikan seruan Paus Fransiskus kepada umat Katolik di seluruh dunia. Seruan untuk sembahyang bersama untuk Ukraina dan Rusia. Berserah diri kepada Bunda Maria.

Ave Maria, ora pronobis. Bantulah anak-anakmu yang tengah menderita di Ukraina. Bunda Maria dimintai tolong agar perang di Ukraina segera berakhir.

Saya belum sempat googling apakah pimpinan tertinggi Gereja Ortodoks di Rusia juga mendukung seruan Paus Fransiskus itu. Yang pasti, dia anggap seruan Uskup Roma, sebutan orang ortodoks untuk Sri Paus, tidak berlaku untuk gereja-gereja timur.

Yang pasti, Patriark Kirill dan jemaatnya juga sembahyang tiap hari. Berdoa agar perang segera berakhir. Terlalu lama perang selama dua bulan, tiga bulan, satu tahun, dua tahun.. tentu membawa korban nyawa dan harta lebih banyak lagi. Lama-lama semua laki-laki di Ukraina gugur demi membela negaranya.