Jumat, 21 April 2023

Lebaran "dore pemerenta" atau "dore heku" (ikut siapa)?

Satu agama, beda mazhab, beda denominasi dsb. Semua aliran, mazhab, sekte punya hujah dan dalil-dalil. Semuanya punya klaim paling benar. Itu berlaku di agama mana pun. 

BBC Indonesia menulis:

"Tarekat Naqsabandiyah, Tarekat Syattariyah, dan An Nadzir meyakini Idul Fitri jatuh pada Hari Kamis 20 April 2023. Sementara pemerintah masih menunggu sidang Isbat, dan Muhammadiyah menentukan Lebaran pada 21 April 2023."

Ada kawan bagi informasi di grup media sosial rekapan 1 Syawal dan Idul Fitri 1444 H di Indonesia:

✅ Rabu, 19 April 2023 = Jemaah al-Muhdhor, Wates, Tulungagung. 

✅ Kamis, 20 April 2023 = Jemaah Nasqabandiyah, Sumut dan Tarekat Sattariyah, Aceh

✅ Jumat, 21 April 2023 = Muhammadiyah

✅ Sabtu, 22 April 2023 = Pemerintah RI, NU, PERSIS, LDII

✅ Ahad, 23 April 2023 = Jemaah Aboge, Purbalingga, Jateng.

Lalu kapan hari raya Lebaran di NTT, khususnya Pulau Lembata? Beta sempat tanya kepada seorang Ama Watanen, tokoh muslim di kampung.

"Kame dore pemerenta!" katanya dalam bahasa daerah Lamaholot.

Artinya, "Kami ikut pemerintah!" 

Ata Watanen, sebutan orang Islam di daerah pelosok Lembata, memang dari dulu "dore pemerenta" (ikut pemerintah) untuk penentuan awal puasa, Lebaran, dan Idul Adha.

Karena itu, dulu, waktu beta masih kecil, Ama Ansyar Paokuka, imam masjid kampung, selalu nguping radio transistor. Memantau hasil sidang isbat pemerintah pusat di Jakarta. Apa pun keputusan "pemerenta" (pemerintah) selalu diikuti.

Setelah merantau ke Jawa baru beta tahu ternyata penentuan awal puasa, Idul Fitri, Idul Adha tidak harus ikut pemerintah. Juga tidak harus meneropong hilal macam model Muhammadiyah. 

 Jemaah Nasqabandiyah di Sumut, Tarekat Sattariyah di Aceh,  Jemaah Aboge di Purbalingga punya metode lain lagi. Semuanya punya hujah dan dalil. 

"Riyoyo gak bareng adalah bukti bahwa ajaran syariat iku gak mutlak. Gak mutlak dalam artian syariat itu gak harus kaku, luwes, dan bisa disesuaikan.  Syariat gak harus memaksakan kehendak dan keyakinan pada orang lain," kata Fathur Rojib, seniman dan santri asal Buduran, Sidoarjo, dalam diskusi enteng-entengan, Jumat 21 April.

Selamat Idul Fitri untuk semua orang Islam di Indonesia dan seluruh dunia.

Minal aidin wal faidzin! 

3 komentar:

  1. Kemarin sore, tanggal 21 April, saya pergi ke bandara udara Munich untuk menjemput bojoku yang datang dari berlibur di Turki selama 12 hari. Dia diundang oleh teman kami, si Taiwan, yang punya rumah disana.
    Saya tanya, bulan Ramadhan lu ke Turki, apakah tidak kelaparan disana ? Dia bilang, di kota Izmir tetap ramai. Kok heran ya, perempuan2 Turki sangat modern, hampir tidak ada yang pakai jilbab. Selama 12 hari dia cuma sayup2 mendengar suara Azan tiga kali saja. Jika anak-cucu-cicit Khalifah Ottoman sedemikian modern, kebarat-baratan, mengapa banyak negara sedemikian takut sama Khalifah, seperti setan takut sama air-suci dari gereja ?
    Kaum lelaki Turki juga tidak ada yang pakai sorban atau kupluk.
    Entah, apakah bojoku cuma mendongeng ! Dia itu paling suka jalan-jalan. Seandainya ada orang ngajak dia pergi ke Djibuti, pasti dia langsung mau ikut, walaupun dia tidak tahu Djibuti letaknya dimana. Bisa saja dia kira letaknya dekat Lomblen.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.. Lomblen bisa jadi terkenal ke mana2 nih. Turki dulu ada Bung Kemal Pasha.

      Hapus
    2. Turki kota besar dan pedalaman beda Bung. Bedanya seperti Jakarta dan Aceh.

      Hapus