Minggu, 02 April 2023

Jokowi kurang tanggap, terlambat tanggap isu Israel

FIFA benar. 

Indonesia memang tidak layak jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 karena menolak kehadiran Israel. Padahal, Israel lolos kualifikasi Zona Eropa. Tidak gampang lolos di Zona Eropa yang mutu sepak bolanya sangat tinggi.

Sebaliknya, Indonesia lolos ke Piala Dunia U-20 karena dapat wild card sebagai tuan rumah. Timnas sepak bola Indonesia kelompok umur atau senior mustahil lolos ke Piala Dunia karena mutu sepak bolanya yang sangat buruk. Jangankan tingkat dunia, sampai sekarang pun Indonesia belum pernah juara Piala AFF. Padahal, cuma level Asia Tenggara. Alih-alih tingkat Asia.

Indonesia juga benar. 

Indonesia menolak Israel karena membela konstitusi. UUD 1945 menyatakan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan dst dst, kata Plt Menpora Muhadjir Efendi. Israel negara zionis masih menjajah Palestina sampai hari ini.

Indonesia tidak akan pernah membuka hubungan diplomatik dengan Israel, kata Menko Polhukam Mahfud Md. Selama Israel masih menjajah Palestina, katanya.

Ya sudah.

Lupakan saja Piala Dunia U-20. Meski begitu banyak anggaran dikeluarkan untuk membenahi 6 stadion secara besar-besaran sesuai standar FIFA. Salah satunya GBT Surabaya yang dekat tempat pembuangan sampah di Benowo. 

Pemkot Surabaya sudah habis-habisan membenahi GBT baik di dalam maupun luar. Bikin jalan baru akses ke GBT. Areal parkir yang luas. Hingga menghilangkan bau sampah. Sejak Wali Kota Risma sampai Wali Kota Eri Cahyadi fokus perhatian ke GBT sebagai salah satu venue resmi Piala Dunia U-20.

Belum lagi pembenahan Stadion Gelora 10 Nopember di Tambaksari da  Lapangan Thor sebagai tempat latihan peserta Piala Dunia. Dua tahun lebih persiapan kejuaraan akbar itu.

Semuanya jadi useless. Gara-gara kehadiran Israel. Konstitusi di atas segalanya bagi Indonesia meski sudah banyak negara Arab dan Islam yang berdamai dengan Israel. Arab Saudi yang keras pun makin ramah dengan Israel. Begitu pula Qatar, tuan rumah Piala Dunia 2022 lalu.

Masalahnya, mengapa kehadiran Israel baru ditolak hanya beberapa hari jelang undian di Bali?

Gubernur Wayan Koster menolak. Gubernur Jateng Ganjar Pranowo juga menentang Israel dengan dalih mengikuti jejak Presiden Soekarno dulu. Belum lagi ormas dan partai Islam yang sudah pasti menentang habis Israel itu macam PKS, Muhammadiyah, kelompok 212, dsb.

Israel lolos kualifikasi pertengahan tahun lalu. Mestinya pemerintah peka dan tanggap. Presiden Jokowi, Menko Polkam, Menlu, Menpora, dsb sudah harus ambil sikap. Siapa pun tahu bahwa kehadiran Israel di Piala Dunia U-20 bakal mengundang kontroversi luar biasa.

Isu Israel sangat sensitif di Indonesia. Dan bisa digoreng jadi isu politik. Pemerintahan bisa jatuh karena dianggap melanggar konstitusi. Ormas-ormas 212 bakal demo berjilid-jilid jika Israel jadi main di Piala Dunia U-20.

Nah, di sinilah kelemahan pemerintah. Tenang-tenang saja. Menganggap isu Israel ini biasa-biasa saja. Bak api dalam sekam. Presiden Jokowi baru memberikan reaksi setelah FIFA membatalkan drawing di Bali. Terlambat, Pak!

Nasi sudah jadi bubur.

Indonesia memang tidak bisa menenggang Israel demi konstitusi. Sebaliknya, FIFA pun tidak menenggang negara yang melakukan diskriminasi terhadap anggotanya yang jadi peserta turnamen resmi. Apalagi sekelas Piala Dunia.

Maka, apa boleh buat, gagasan Jokowi agar Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade dan Piala Dunia beneran (senior) ibarat pungguk rindukan bulan. Sebab, Israel sudah pasti mengirim banyak atlet ke Olimpiade.

Bahkan, bukan tidak mungkin, Indonesia bakal didiskualifikasi sebagai tuan rumah Piala Thomas dan Piala Uber seandainya Israel lolos kualifikasi. Ah, seandainya Palestina segera merdeka! 

9 komentar:

  1. Indonesia gagal jadi tuan rumah piala U-20 sepak bola dunia.
    FIFA benar. Indonesia juga benar. Ya sudah, memang begitulah sesuai kodrat. Tidak ada lagi alasan cari kambing hitam : Jokowi kurang tanggap lah ! Nasi sudah jadi bubur lah !
    " Jedes Volk hat die Regierung, die es verdient "
    " Setiap bangsa punya pemerintah yang sesuai, dengan karakter rakyatnya " Bak pinang dibelah dua.
    Sejak masa mahasiswa sampai bekerja, saya punya banyak teman-teman kollega orang Palestina. Mereka de-facto orang Palestina, sebab mereka lahir di tanah Palestina, tetapi de-jure, sesuai pasport mereka adalah warga negara Jordania, sebab mereka waktu kanak2 atau bayi ( tahun 1948 ), meninggalkan tanah air mereka, mengungsi ke Jordania bersama orang tua dan kakek-nenek mereka.
    Bagaimana cara makan buah jeruk peras yang benar, justru saya diajari oleh orang Palestina, si Josef Samir D.
    Walaupun sebenarnya aneh, orang Arab ngajari orang Cina caranya makan jeruk. Padahal jeruk itu asal-asli-nya dari negeri China, sebab itu di Eropa jeruk disebut Apfelsine, Apel-china.
    Ketika saya berkunjung ke rumahnya Josef Samir, dia menyuguhi saya makan jeruk dari Israel yang ada cap Jaffa nya.
    Dengan mata ber-kaca2, suara sedih si Samir cerita, bahwa dia lahir di Jaffa-Palestina, usia 6 tahun dia sekeluarga ngungsi ke Amman Jordania. Sambil bercerita dia mengupas sebuah jeruk-Jaffa dengan pisau. Yang dikupas hanyalah kulit luarnya yang berwarna oranye, sedangkan kulit-dalamnya yang berwarna putih tidak dibuang, lalu dia sodorkan kepada saya. Tentu saja saya ambil pisau dan bermaksud membuang kulit putihnya.
    Samir bilang, kulit putihnya jangan dibuang, makan semuanya, gunanya untuk menghilangkan rasa kecutnya.
    Dia cerita, perkebunan jeruk-jaffa itu, dulu adalah milik kakeknya turun temurun. Dia masih ingat kakeknya menanam pohon jeruk dan mengajari dia caranya mengupas jeruk.
    Samir dan banyak teman2-saya asal negara2 Timur-Tengah adalah penganut Agama Kristen Orthodox. Ada juga yang penganut Syiah dan Aleviten.
    Saya ingin sekali tahu : Apakah orang-orang Indonesia masih tetap mati-matian membela negara Palestina, jika mereka tahu, bahwa kaum Upper Class disana mayoritas beragama Nasrani ?
    Apakah Koster dan Ganjar punya teman atau kenal sama orang Palestina ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamsia atas tuan punya cerita cara makan jeruk ala Palestina. Kita orang belum pernah denger cara makan jeruk macam itu.

      Ruwet kalau bahas masalah Palestina dan Israel di Indonesia. Gak akan ada habisnya dan bikin pusing sendiri. Padahal kita orang tidak begitu paham dia orang punya masalah sebenarnya.

      Hapus
    2. Masalah sebenarnya masa tidak paham? Di awal abad ke-20 / akhir abad ke-19, Orang2 Yahudi di Eropa (Ashkenazi) yang didiskriminasi oleh mayoritas Kristen menginginkan kembali ke tanah leluhur mereka. Gerakan tersebut dinamakan Zionisme. Mereka “pulang kampung” setelah 1900 tahun lebih, padahal tanah terjanji sudah ditinggali orang2 lain, yang turun temurun beragama macam2.

      Setelah jumlahnya banyak, mereka berontak dan memerangi penguasa kolonial (United Kingdom) dan thn 1948 menyatakan kemerdekaan Israel. Kemudian menaklukkan penduduk setempat (Arab). Orang Arab Palestina termasuk temannya Tn Tjio menjadi pengungsi di Jordania. Ada yang tertinggal di Tepi Barat sungai Jordan dan di Ghaza Strip. Itu pun dengan sengaja diisi dengan penduduk2 Yahudi (settlers) yang didatangkan dari berbagai negara. Asal bau Yahudi boleh mendapatkan warga negara Israel, dan hak menjadi settler.

      Rakya Palestina melawan. Demi kemerdekaan. Demi mengambil kembali tanah mereka yg dirampas. Tetapi apa daya, Israel mendapatkan bantuan senjata dan intelijen dari bias mafia, Amerika dan bolo2ne.

      Gerakan perlawanan makin lama makin lemah. Arafat sudah wafat. Pamor Abbas habis, kalah dengan aliran garis keras, Hamas.

      Itulah duduk permasalahannya. Bagaimana bisa diselesaikan? Hanya jika Palestina mau menerima bahwa sebagian tanah mereka diambil oleh Israel. Seperti orang Indian menerima tanah mereka diambil oleh orang kulit putih dari Inggris di Amerika dan Canada. Menjadi bangsa minoritas yg tertaklukkan di tanah leluhur sendiri. Seperti berbagai bangsa di dunia: Tibet, Papua, Aborigin di Australia, suku2 Aborigin di Taiwan, dll. Jika tidak menerima menjadi bangsa yg tertaklukkan, yo gak mari2.

      Hapus
    3. Kamsia. Kita orang jadi ingat PLO dan Yaser Arafat. Dulu saban malem keluar di Dunia Dalam Berita TVRI. PLO dulu seperti hebat banget dan sangat berpengaruh. Sekarang sudah jarang ada berita² tentang Palestina. Kecuali ada kejadian yg sangat besar.

      Semoga perang itu segera berakhir.. agar Indonesia bisa jadi tuan rumah Piala Dunia dan Olimpiade.

      Hapus
    4. Jaman Arafat belum wafat
      PLO masih kuat
      Belum masuk si Hamas
      Yg beraliran garis keras

      Sayang Palestina tidak menerima
      Ketika Arafat ditawari solusi dua negara
      semacam Maluku yg dipecah jadi dua
      Ia tolak semuanya

      Israel jadi mengerti
      Orang ini ga bisa diajak kompromi
      Alih alih jalan diplomasi
      Mereka lebih pilih mati

      Akibatnya Israel dan Amerika
      membujuk Arab2 lain jadi sekutu mereka
      Dgn senjata sebagai bayaran
      Untuk jaga2 thd ancaman Iran

      Krn PLO korupsi, Hamas dipilih rakyat
      di Gaza, PLO hanya di Tepi Barat
      Satu negara dua pemerintahan
      Dipisahkan tembok tebal agar Israel merasa aman

      Ketika menghadapi lawan yg terlalu kuat
      Harusnya lebih pragmatis
      Punya negara kecil berdaulat
      Drpd hidup menderita tidak realistis

      Hapus
    5. Pepatah lama: bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh.
      Kalau 1 bakal negara punya 2 pemerintahan ya angeeeel Palestina bisa kuat dan berdaulat. Mungkin negara² Arab atau OKI juga sudah hopeless.

      Orang Indonesia & pemerintah Indonesia kayaknya masih menganggap Palestina macam era PLO Yaser Arafat. Isu Palestina selalu digoreng jadi isu politik dalam negeri. Balbalan pun ambyar.

      Hapus
    6. Wuangel Pak.

      Indonesia dulu bisa merdeka karena bersatu, dan karena hoki. Amerika takut Indonesia jatuh di blok komunis, makanya Belanda ditekan dengan ancaman ditariknya Marshall Plan. Belanda manut, dan tahun 1949 Indonesia resmi berdaulat.

      Hapus
    7. Indonesia tempo doeloe juga ada semacam faksi Hamas vs Fattah. Makanya BK bubarkan konstituante dan kembali ke UUD 45. Residu Hamas vs Fattah masih terasa sampai sekarang. Tapi bagusnya semua kuasa politik sepakat 4 pilar: Pancasila, UUD 45, Bhi neka Tunggal Ika, NKRI.

      Palestina ini kalau tidak ada solusi internal lama² Hamas dan Fattah punya negara sendiri². Dan bisa jadi tanahnya diokupasi negara tetangga macam Mesir dan Syria.. Israel tambah kuat.

      Hapus
    8. Maksude sampeyan kubu PNI vs Masyumi jaman 1955?

      Saiki anak cucunya Masyumi berubah menjadi PKS hehehehe. Jauh lebih kecil, tapi suarane paling banter. PNI menjadi PDI Perjuangan.

      PKB menjadi penyeimbang.

      Golkar dan turunan2 yang dibikin eks petinggi2nya Nasdem, Gerindra, Demokrat semuanya menjadi oportunis. Siapa yang berkuasa dia ikut2an.

      Hapus