Kamis, 27 April 2023
Selamat jalan, Rahima Mado, teman sekelas di SMA tempo doeloe
Minggu, 23 April 2023
Rumah pemalaman tempo doeloe di Kota Lama Malang
Jumat, 21 April 2023
Lebaran "dore pemerenta" atau "dore heku" (ikut siapa)?
Kamis, 20 April 2023
Mengenang Teror Kepala Manusia di Kantor Koran SI Tahun 1984 di Malang
Derana, renjana, produksi performa yang komplet
Selasa, 18 April 2023
Giliran Koran Sindo Pamit
Minggu, 16 April 2023
Napak Tilas Sastrawan Ratna Indraswari Ibrahim di Malang
17 Tahun Dahlan Iskan Ganti Hati di Tianjin
Sabtu, 08 April 2023
Gereja Katedral Ijen Penuh Sesak - Malam Paskah
Ahmad Dhani pengarang lagu
Senin, 03 April 2023
Vaksinasi booster kedua kurang diminati
Minggu, 02 April 2023
Nostalgia Koran Bahasa Belanda Vrije Pers di Kaliasin 52
Tidak banyak wartawan veteran Jawa Pos era Kaliasin (sekarang Jalan Basuki Rahmat) yang masih tersisa. Salah satu yang sedikit itu Bung Sudirman. Ia masuk JP tahun 1978.
Oplah JP saat itu sekitar 6.000 eksemplar. Itu pun order cetak. "Koran yang retur banyaaaak sekali," kenang Sudirman. Saat itu Surabaya Pos jadi raja surat kabar, katanya. Oplah SP sekitar 75 ribu.
Jawa Pos yang didirikan The Chung Shen pada 1 Juli 1949 awalnya berkantor di Kembang Jepun 166. Di bekas gedung Bank of Taiwan. Adapun gedung kolonial di Kembang Jepun 167-169 (sekarang kantor Radar Surabaya) jadi kantor NV New China dan koran Hua Chiao Hsin Wen alias Huaqiao Xinwen alias Chinese Daily News. Milik The Chung Shen juga.
Om The lalu mengakuisisi Surat kabar De Vrije Pers yang berbahasa Belanda di Jalan Kaliasin 52 Surabaya, 19 Februari 1954. Bekas kantor De Vrije Pers inilah yang kemudian dijadikan kantor JP. Sebab gedung eks Bank Taiwan diambil oleh yang berhak. Kemudian dibongkar dan dibangun stan-stan Pasar Terang.
Bung Sudirman bilang kantor redaksi dan percetakan JP di Kaliasin rupanya kurang hoki. Kok bisa? "Bagian depan menghadap Embong Sawo, menghadap timur tusuk sate," katanya setengah bercanda.
Masih dengan manajemen lama, Om The yang Tionghoa Hollands Spreken, memindahkan kantor ke Kembang Jepun 167-169. Kantor redaksi dan percetakan jadi satu. Menempati gedung tua eks Unie Bank yang dibangun sekitar 1880.
Hokinya bagaimana? "Sama saja. Oplah masih 6.000-an. Om The makin tua, sementara anaknya tinggal di Inggris. Tidak mau melanjutkan usaha ayahnya," ujar Bung Sudirman.
Hoki JP mulai berubah ketika JP diakuisisi PT Grafity penerbit majalah Tempo. Dahlan Iskan ditugaskan menata redaksi dan mengubah budaya kerja perusahaan. "Semangatnya DI bagaikan habis minum suplemen."
Sudirman yang waktu itu nyambi jadi koresponden Merdeka dan side job lain dipanggil DI. "Anda harus memilih biar fokus. Ikut JP atau kerja yang lain," tegas DI.
"Saya pilih tetap mengabdi di JP. Mampir ngombe di JP," ujar Bung Sudirman.
Anaknya Bung Sudirman juga mampir ngombe di JP.