Ayas lupa bawa ponsel pagi ini. Tidak bisa ikuti komentar-komentar setelah timnas Indonesia dipermalukan Vietnam. Mutu timnas asuhan STY memang sangat buruk. Masih lumayan cuma kalah 0-2.
Ayas pun beli koran ibukota di Kapasan. "Malam Kelam Indonesia di Vietnam!" tulis koran itu.
Sesumbar STY pelatih asal Korsel ternyata cuma omong kosong. Beda dengan Park, pelatih Vietnam. Park omong besar tapi hasilnya juga besar. Vietnam memang tajam dan padu.
Cukup lama Ayas tidak baca koran Jakarta. Sebab di kawasan Surabaya Selatan sudah lama hilang. Tacik di Pondok Candra sudah berhenti jualan koran-koran yang dianggap sulit laku. Kita orang ndak bisa retur, katanya.
Lupakan sepak bola! Lupakan timnas Garuda! Sampai kiamat pun sulit berprestasi, kata warganet yang sumpek.
Ayas perhatikan surat pembaca. Nadanya juga kecewa berat. Sebab harga koran naik per awal tahun 2023. Sementara koran ibukota itu tetap tipis. Cuma 4 lembar (web) alias 16 halaman.
"Kualitas beritanya biasa saja," tulis Awan Dermawan di Tegal. "Belakangan saya lihat isinya lebih banyak iklan atau promosi produk tertentu."
Kecaman Awan itu bisa jadi mewakili unek-unek banyak pembaca lain. Mayoritas diam. Lalu diam-diam berhenti langganan surat kabar. "Saya baca berita di HP aja," kata seorang dosen di kawasan Gunung Anyar.
Begitulah dirupsi di era digital. Bukan hanya koran atau majalah kertas yang jadi korban. Begitu banyak bisnis lain ikut terdampak. Misalnya produser kaset, CD, VCD. Sekarang orang cukup nikmati musik, film, konser di media sosial atau YouTube.
"Bisnis musik di era digital ini jauh berbeda dengan era analog zaman papa saya," kata Nyo Leonard.
Papanya Nyo dulu raja pop manis alias pop cengeng di Indonesia. Mulai Dian Piesesha, Obbie Messakh, Deddy Dores, Meriam Bellina, Ria Angelina, Lydia Natalia dsb. Namun label JK Records itu gulung tikar. Nyo berusaha menghidupkan label lawas itu.
Selalu ada peluang di era digital, katanya. Hitung-hitungannya jelas. Kita harus ikuti model bisnis digital sekarang, kata Nyo.
Media cetak juga sama. Ada yang migrasi penuh ke digital, berbayar, ada yang 50%, ada yang punya jurus-jurus silat khusus untuk beradaptasi dengan era baru. Tipisnya koran ibukota yang dikeluhkan pelanggan itu jadi salah satu jurus. Masih ada jurus-jurus simpanan lain.
Ayas jadi ingat pelajaran old school, sekolah lawas. Survival of the fittest. Siapa yang mampu adaptasi, stamina kuat, tahan banting, tahan sakit, imunitas tinggi.. dialah yang akan survive. Binatang purba Varanus komodoensis alias komodo toh masih sehat walafiat di Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan pulau-pulau kecil di Manggarai Barat, NTT.
Padahal, kata pakar, binatang-binatang purba seusia komodo macam di Jurrasic Park sudah punah ribuan tahun lalu. Long live komodo!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar