Selasa, 24 Januari 2023

Kata Miskin Diganti Prasejahtera (atau MBR)

Kata "miskin" jadi masalah di Surabaya. Jadi bahasan parlemen. Wakil rakyat minta pemkot menarik stiker "keluarga miskin" alias gakin.

Apa yang salah dengan pemkot? Bukankah pemkot memasang stiker untuk menandai keluarga miskin agar dapat bantuan?

Kata "miskin" gak enak didengar. Bisa membawa dampak psikologi, kata Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono, mantan wartawan Surya dan Tempo.

Adi mengusulkan kata miskin diganti prasejahtera. Label keluarga miskin itu akan menimbulkan stigma yang kurang baik.

Pola pikir Adi dan anggota dewan lain ini persis era Orde Baru. Eufemisme berkembang subur. Miskin diganti prasejahtera. Harga naik dibilang disesuaikan. Ditangkap diamankan. Buruh jadi pekerja atau karyawan.

Tidak boleh ada serikat buruh. Yang boleh serikat pekerja. Pelacur jadi wanita harapan.

Selain prasejahtera untuk miskin, dulu ada istilah sejahtera 1, sejahtera 2, sejahtera 3. Sudah lama istilah yang sering muncul di TVRI tempo doeloe itu hilang. Sebab kriterianya tidak jelas. Ribet.

Orde Baru sudah lama tumbang. Diganti reformasi. Tapi pola pikir ala orba dengan segala eufemismenya belum hilang. Ada prasejahtera, MBR (masyarakat berpenghasilan rendah), dan banyak lagi.

Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono  tahun 90-an ikut mengkritik bahasa jurnalistik khas Orde Baru saat jadi wartawan. Bahasa yang penuh jargon, slogan, eufemisme, propaganda. "Bahasa jurnalistik itu harus sederhana, lugas, mudah dipahami, tidak berbelit-belit," katanya.

Itu dulu. Sebelum jadi politikus. Sebelum jadi ketua parlemen.

Semoga semua orang sejahtera, tidak ada lagi yang prasejahtera! 

8 komentar:

  1. Kata miskin diganti prasejahtera, eufemisme itu sengaja dipakai untuk mengelabui adanya ketidakadilan-, ketimpangan-sosial, ketidakbecusan pemerintah menyejahterakan rakyatnya.
    Nanti tahun 2025 setelah Yohanes ABa menjadi presiden, pasti istilah itu akan diganti lagi menjadi at risk of poverty, biar rakyat tambah jadi mumet.
    Seorang sahabat karib saya, ketika kami masih sekolah di Malang, ganderung kepada seorang siocia, teman sekelasnya, yang rumahnya di jalan Ijen. Sudah hampir 60 tahun berlalu, saya masih sering menggoda teman itu, karena "wanita harapan" nya hanyalah angan-angan belaka. Siocia wanita harapan tersebut bukan senuk, sundel ataupun lonte, melainkan anak perempuannya taoke terkaya di kota Malang. Tangan Tak Sampai kata Bang Rinto.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siocia di Ngalam pasti cakep betul & punya magnet daya pikat luar biasa. Rumah gedongan di Jln Ijen tempatnya hartawan2 hebat tempo doeloe.

      Hapus
    2. Siocia Ngalam kuwi lemu, pukang e sebesar pukangnya Maradona, tetapi ebes e sugih ora keruan.

      Hapus
    3. Siocia lemu seger makmur. Ciamik soro 😀😀

      Hapus
  2. di pelosok NTT sana rakyat saban hari makan sega jagung + ikan segar + sayur2 kelor kates waluh dsb. Hasil kebun sendiri. Hasil jaring & mancing sendiri. Sonder beli. Makanan yg cukup mahal di kota.
    Tapi rakyat kampung itu masuk daftar gakin (keluarga miskin) karena tidak pegang uang kontan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sega jagung + ikan segar + sayur2, kelor. kates, waluh, dsb. hasil kebon sendiri sonder racun kimia, pesticide, herbicide.
      Setiap kali saya ke dokter, selalu dianjurkan makan makanan seperti santapan orang2 NTT. Dokternya bilang makanan itu mediterranean cuisine.
      Mangkanya orang2 NTT hidupnya sehat, tidak akan bisa punah. Contohnya seperti Varanus komodoensis.
      Saya termasuk species orang2 Indonesia yang bakal punah, karena ditelan Kala. Kami adalah golongan rakyat NIT, alias The Puppet State of Nederlands, buah hasil otaknya Van Mook.
      Biarkanlah orang2 jakarta yang jorok menganggap rakyat NTT prasejahtera alias miskin. Kita rakyat Nusa Tenggara berdendang saja " Ojo Dibandingke ".
      Doeloe saya sering diejek, cino mindering, cino jorok, basin nggak pernah adus. Saya sejujurnya sungguh percaya prasangka tudingan itu.
      Sampai2 dalam benak-saya emoh haram rabi siocia, lebih cenderung memilih mbak. ( Dapetnya setengah mbak setengah siocia, alias babah ).
      Sejak saya hidup di Tiongkok, mulai tahun 2000, tidak pernah saya melihat sungai atau kali di Tiongkok yang sekotor dan sejorok kali-kali yang ada di Jakarta, terutama Kali Ciliwung.
      Rumah saya dibangun tahun 1980. Didalam kebun ada dua sumur resapan yang fungsinya untuk menampung curah air hujan dari atap melalui talang.
      Sumur resapan yang banyak ada di Jakarta, itu bikinnya ngawur, asal2-an.

      Hapus
    2. Apakah Lambertus juga pintar mancing dan tangkap ikan?

      Hapus
    3. Kitorang tidak pinter mancing tapi dulu seneng ikut orang mancing. Mancing di kolam2 di Sidoarjo pasti gampang dapat ikan karena juragan tambak punya ilmu pelet. Tapi kalau mamcing di laut susah dapet iwak.

      Hapus