Senin, 05 September 2022

Misa Pendek, Khotbah Pendek, Misa Panjang, Khotbah Panjaaang

Selama pandemi covid misa kudus atau ekaristi katolik diselenggarakan secara daring. Semua paroki bikin live streaming. Misa jadi sederhana dan singkat. 

Durasi normal misa hari Minggu di Surabaya dan Sidoarjo rata-rata 75 menit. Ada juga yang 90 menit -- di paroki-paroki yang romonya senang homili (khotbah) panjang. Biasanya di Surabaya bagian selatan dan Sidoarjo bagian utara.

 Pater-pater asal NTT, khususnya Flores, Lembata, Solor, Adonara, masuk kategori ini. Namanya juga kebiasaan di kampung halamanku. Umat Katolik di daerahku tempo doeloe umumnya senang khotbah yang panjang, banyak cerita ngalor ngidul khas pater-pater dari Eropa.

Di Jawa tidak bisa begitu. Khotbah harus singkat dan padat. To the point. Orang-orang kota di Jawa terlalu sibuk. Durasi misa pun diatur cukup ketat. Sebab misanya diadakan tiga, empat, hingga lima sesi. Di kampungku misa atau ibadat sabda tanpa imam hanya satu sesi saja.

Gara-gara pandemi, misa di Jawa Timur pun tidak lebih dari satu jam. Misa harian lebih pendek lagi. Makanya saya lebih senang ikut misa harian.

Kini, setelah pandemi (meski covid masih ada), misa di Surabaya dan Sidoarjo sudah normal lagi. Durasinya kembali ke laptop: 75 menit hingga 90 menit. Paroki-paroki sudah jarang bikin live streaming agar umat pigi misa ke gereja. Bukan lagi misa di depan laptop atawa HP.

Kita yang terbiasa misa singkat padat selama dua tahun pandemi perlu adaptasi lagi dengan "misa normal". Rasanya lama banget.

Pagi ini, saya ikut Sunday Mass atau Misa Minggu versi Amerika Serikat. Romo Jack pimpin misa dari St Thomas The Apostle Parish di West Springfield, Massachusetts. Durasi misanya cuma 23 menit. Kalau misa hari biasa rata-rata cuma 18 menit.

Romo Jack tidak pakai misdinar, tidak ada lektor, tidak ada kor, pembawa persembahan, dan sebagainya. Semuanya dilakoni sendiri sang pastor. Efisien betul.

Pater Jack ini punya prinsip lebih baik umat katolik ikut misa pendek setiap hari ketimbang ikut misa panjang seminggu sekali atau sebulan sekali. Sebelum ada pandemi pun banyak paroki di USA sudah mengadakan online mass yang padat dan singkat.

Pandemi virus setan corona ini ternyata punya banyak hikmah. Termasuk urusan liturgi atau ibadah. Berkah Dalem!

1 komentar:

  1. Amplop tipis, Khotbah pendek, Amplop tebal, Khotbah panjang.
    Ketika saya menikah di Kantor Catatan Sipil, sebelum upacara resmi dimulai, saya dipanggil oleh pegawai (penghulu) kantor, untuk diterangkan secara singkat jalannya upacara.
    Pada kesempatan itu saya ditanyai: Apakah tuan mau khotbah panjang atau pendek ? Saya balik bertanya, apa bedanya ? Dia bilang, kalau khotbah panjang lebih mahal daripada khotbah pendek. Langsung saya jawab : Khotbah pendek saja !
    Bukan karena perkara uang, tetapi saya ingin ujian- atau interogasi-nya berachir secepatnya.
    Waktu kawin di gereja, ya sami mawon. Sebetulnya penghulu dan pastor kasihan, gajinya sedikit, kalau dapat uang saweran lebih banyakan , ya sudah sepantasnya.
    Namun, lu sendiri Pastor belum pernah jadi suami, kok mau ngajari gua, apa kewajiban sebagai suami. Kalau sang istri tidak mau dikeloni dan pura2 sakit kepala migrain, apa yang harus ku lakukan.
    Lu penghulu, lu sendiri sudah kawin cerai berapa kali, kok beraninya kasih nasehat kepada orang lain. Banyak juga penghulu di kantor catatan sipil yang masih lajang.

    BalasHapus