Jumat, 02 September 2022

๐—Ÿ๐—ฎ๐—ด๐˜‚ ๐—ฆ๐—ฒ๐—ฟ๐—ถ๐—ผ๐˜€๐—ฎ "๐—•๐˜‚๐—ธ๐—ถ๐˜ ๐—ž๐—ฒ๐—บ๐—ฒ๐—ป๐—ฎ๐—ป๐—ด๐—ฎ๐—ป", ๐—ก๐—ผ๐˜€๐˜๐—ฎ๐—น๐—ด๐—ถ๐—ฎ ๐—ฑ๐—ถ ๐—ž๐—น๐—ผ๐—ท๐—ฒ๐—ป


Setiap bulan Agustus saya selalu ingat Bukit Kemenangan. Lagu seriosa tempo doeloe ini biasa dibawakan paduan suara pelajar dan mahasiswa di Grahadi Surabaya. Saat upacara bendera 17 Agustus, Hari Kemerdekaan Indonesia.

Lagu ini juga mengingatkan saya pada Bu Bambang, guru vokal dan piano di Klojen, Malang. Ibu ini biasa mengajar kor dengan gaya klasik. Beda jauh dengan paduan suara yang saya kenal saat anak-anak hingga SMP di kawasan Flores Timur, NTT.

Bu Bambang (nama aslinya ayas tidak tahu) punya wawasan musik jauh di atas rata-rata. Aku perhatikan cara dia mengajar vokal, pernapasan, frasering, falsetto dsb.

 Bukit Kemenangan selalu diajarkan Bu Bambang karena dianggap sebagai lagu seriosa standar BRTV. Tingkat kesulitannya cukup tinggi.

Lagu Bukit Kemenangan ini pun sering jadi lagu wajib lomba paduan suara pelajar dan mahasiswa di Jawa Timur. Aransemen paduan suaranya digarap Musafir Isfanhari, guru musik dan musisi senior di Surabaya. Sampai sekarang aransemen kor SATB versi Isfanhari ini selalu dipakai di kampus-kampus dan SMA di Jatim. Termasuk di Grahadi itu.

<< ๐ท๐‘’๐‘›๐‘”๐‘Ž๐‘› ๐ต๐‘–๐‘ ๐‘š๐‘–๐‘™๐‘™๐‘Žโ„Ž..
๐น๐‘–๐‘ ๐‘Ž๐‘๐‘–๐‘™๐‘–๐‘™๐‘™๐‘Žโ„Ž…
๐‘‡๐‘’๐‘˜๐‘Ž๐‘‘ ๐‘๐‘ข๐‘™๐‘Ž๐‘ก ๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘ก๐‘Ž๐‘›๐‘” ๐‘š'๐‘›๐‘ฆ๐‘’๐‘Ÿ๐‘Žโ„Ž
๐ท๐‘’๐‘š๐‘– ๐‘š๐‘’๐‘Ÿ๐‘‘๐‘’๐‘˜๐‘Ž
๐‘๐‘ข๐‘ ๐‘Ž ๐‘‘๐‘Ž๐‘› ๐‘๐‘Ž๐‘›๐‘”๐‘ ๐‘Ž
๐‘…๐‘’๐‘™๐‘Ž ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘˜๐‘œ๐‘Ÿ๐‘๐‘Ž๐‘› ๐‘—๐‘–๐‘ค๐‘Ž

๐‘€๐‘’๐‘Ÿ๐‘–๐‘Ž๐‘š ๐‘š๐‘’๐‘›๐‘”๐‘”๐‘’๐‘™๐‘’๐‘”๐‘Ž๐‘Ÿ
๐‘ƒ'๐‘™๐‘ข๐‘Ÿ๐‘ข ๐‘š๐‘’๐‘›๐‘ฆ๐‘Ž๐‘š๐‘๐‘Ž๐‘Ÿ
๐ป๐‘Ž๐‘ก๐‘– ๐‘ก๐‘Ž๐‘˜ ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘›๐‘Žโ„Ž ๐‘”๐‘’๐‘›๐‘ก๐‘Ž๐‘Ÿ
๐พ๐‘Ž๐‘ค๐‘Ž๐‘› ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘”๐‘ข๐‘”๐‘ข๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘› ๐‘š๐‘Ž๐‘ฆ๐‘Ž๐‘ก ๐‘๐‘’๐‘Ÿ๐‘ ๐‘’๐‘Ÿ๐‘Ž๐‘˜๐‘Ž๐‘›
๐‘๐‘Ž๐‘š๐‘ข๐‘› ๐‘Ž๐‘˜๐‘ข ๐‘ก๐‘’๐‘Ÿ๐‘ข๐‘  ๐‘š๐‘Ž๐‘—๐‘ข >>

Gara-gara sering bikin catatan tentang seriosa, dulu, saya sering dianggap sebagai pengamat musik klasik (seriosa). Ada beberapa musikolog dari luar negeri yang bertanya kepada saya tentang perkembangan lagu-lagu seriosa di Indonesia.

Sharifah Faizah PhD dari Kuala Lumpur, Malaysia, paling serius mengorek data dan informasi tentang seriosa di Indonesia. Sharifah baru saja menerbitkan buku tebal tentang sejarah dan perkembangan seriosa kita. Ia beberapa kali menghubungi saya.

Minggu lalu saya membaca buku karya Sharifah yang sangat tebal dengan analisis musik yang sangat akademis. Boleh jadi inilah buku pertama tentang seriosa yang paling mendalam dan komprehensif.

Salah satu lagu yang dibahas adalah Bukit Kemenangan.  Menarik banget memang cerita di balik lagu patriotik yang menggelegar ini. Belum lagi nada-nada pentatoniknya.

 Sharifah, kawan dari Malaysia, ini pun berhak menyandang gelar profesor. Tahniah ๐Ÿ™๐Ÿผ๐Ÿ™๐Ÿผ

10 komentar:

  1. Rika orang yang bahagia, mendengar lagu lawas, ingat kenangan yang indah. Mengapa jika aku mendengarkan lagu lawas; It brings back memories, that fills my heart with pain.
    Misalnya: Jika aku mendengar lagu nya Pat Boone, lantas hati-ku bak tersayat sembilu, teringat kepada tacik-ku yang sudah tiada. Dia kelahiran 1942, sewaktu remaja-nya, dia sering menabuh piano sambil berdendang lagu2 nya Pat Boone yang hit di zaman achir tahun '50 sampai awal '60-an.
    Jika aku mendengar lagu-lagu ciptaan Rinto, ku simak lirik nya secara seksama. Aku dengarkan keluhan, jeritan hati, para interpret mbak-mbak, Diana, Christine, Maya, Rita, dll. Aku jadi menyesal, sedih, berdosa, mengapa telah menyakiti hati para mantan. Rinto beruntung masih bisa minta ampun dengan cara mengaku dosa, sedangkan aku si kafir hanya bisa menerima karma.
    Setiap hari sejak bulan Agustus 2020 sampai hari ini dan seterusnya, aku click lagu2 nya Rinto dari Youtube berulang-ulang kali selama 30 menit, sambil olah raga dengan hometrainer bike.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aha.. siansen punya komen bagus betul. Orang2 kampung di Sunda Kecil dulu mabok Rinto punya lagu: anggur merah, seandainya aku punya sayap, bunga sedap malam, dsb.

      Orang kampung dulu tidak begitu ngerti kata2 syair Rinto. Cuma menikmati melodi yg melankolis sambil nyanyi merem melek pigi kebun atawa mandi di laut.

      Hapus
    2. Tiyang juga orang kampung dari Nusa, provinsi Sunda Ketjil.
      Waktu masih terpaksa sekolah di Universitas, saya dikasih hadiah oleh engkoh, sebuah radio Philips Philetta Type BD273U fabrikat tahun 1958. Radio itu disebut di Indonesia Philips Roti, warna kuning emas. Ku taruh diatas lemari kecil, Nachtkasten, pinggir ranjang, disamping bantal. Tiap malam, pukul 23.00 aku nyalakan radio mendengarkan siaran warta berita dan selanjutnya siaran yang disebut Musik zum Trรคumen. Lagu pengenalnya adalah lagu instrumental " Last Date " ciptaan Floyd Cramer, tetapi yang dipancarkan adalah copy yang dimainkan oleh Duane Eddy.
      Teman sekamar ku di asrama waktu itu adalah seorang mahasiswa Inggris. Dia pernah sekolah di Eton College dan kuliah di Oxford. Orang nya sangat gentle, tipikal ulah seorang bangsawan Inggris. Karena saya selalu sukanya mendengar lagu2 barat, rock, pop, beat, soul dan pokoknya yang hitparade, maka si Inggris, bertanya kepada ku: Lu mengertikah text lyrics lagu2 yang lu dengar itu ?
      Ku jawab: tidak, gua cuma senang mendengarkan melody nya. Si Inggris Evans: Oh, mangkanya, seandainya lu ngerti bahasa inggris, maka lu akan tahu, isi lyrics nya nonsense semuanya, bullshit.
      So what ! aku khan orang kampung dari Nusa.
      Si Gentleman itu sukanya lagu2 klasik, Mozart, Beethoven, Haydn, Schubert, Chopin, Vivaldi, etc.
      Selama tinggal di asrama mahasiswa, aku pernah sekamar dengan, kecuali orang inggris, ada yang dari Burundi, Aleppo, Mรผnster.
      Lagu " Last Date " sudah aku pernah dengar ribuan kali, kok tidak bisa bosan-bosan. It brings back memories, it makes me sad. Siapa yang tidak merasa sedih, jika " masa muda " nya hilang telah berlalu. Yang paling berharga dalam hidup adalah masa muda yang indah.
      Orang cina bilang : ๅพ€ไบ‹ๅช่ƒฝๅ›žๅ‘ณ.

      Hapus
    3. Itulah hebatnya musik dan melodi lagu2 lama Rinto dkk yg sangat membekas di orang kampung Soenda Ketjil punya hati. Meski orang kampung tidak paham betul bahasa Indonesia atawa Melayu Tinggi.

      Seandainya aku punya sayap.. terbang terbanglah aku.. kucari dunia yg lain..

      Lagu2 macam ini diputar ulang2 lewat Toa yg digantung di atas tiang bambu. Belum ada listrik. Tape recorder doeloe masih pake baterai yg dijemur di panas matahari.

      "sedih yg di hatimu dapatkah aku gantikan dengen laguku.. dst dst" ๐Ÿ˜ƒ๐Ÿ˜ƒ๐Ÿ˜ƒ

      Hapus
  2. Ada Bukit Kemenangan, ada Bukit Berbunga, ada Bukit Golgota. Semua lagu punya kenangan dan cerita sebagai penanda masa lalu.

    Bukit Berbunga ciptaan Jonas Pareira dari Maumere Flores pernah sangat heboh di kampung2 pelosok NTT. Lagu manis romantis tentang muda mudi tempo doeloe yg pacaran di kebun dan huran. Beda dengan anak sekarang yg memadu cerita kasih di media sosial, kopi darat di kafe, sangat modern.

    BalasHapus
  3. Itu sama dengen Teresa Teng punya lagu2 melankolis yg bikin orang2 Indonesia tempo doeloe mabok meskipun tak ada yg paham bahasa Mandarin.

    Ni wen wo ai ni you.. dst

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sembari kita guyonan, wo ai ni, ni ai wo, jin tian lang lang, bo jo ku ie lang , para kadroen demo maki maki presiden, kalian kok soro nemen, mosok presiden sendiri disamakan dengan unggas yang bisanya cuma nelek. Ada yang bilang plesiden bebek lumpuh, dan yang lain teriak plesiden khunthul. Domine, Quo vadis Indonesia ? Holopis kuntul baris !

      Hapus
    2. Itoe kadal goeroen poenja ilmoe oentoek toeroenken harga BBM biar rakjat lebih senang, makan enak dsb.

      Hapus
    3. BBM si Buah Simalakama. Lebih mahal harga BBM di pom bensin, lebih banyak pula keuntungan yang didapat oleh negara, berupa macam2 pajak dan pungutan2 lain2 nya. Di Jerman kira2 48%. Jadi 48% dari harga yang kita bayar di pom bensin, sama sekali tidak ada hubungannya dengan bensin itu sendiri.
      Lebih payah lagi dalam hal rokok. 77% dari harga rokok adalah pajak dan pungutan dari negara.
      Sebenarnya bensin dan rokok, harga pokoknya, murah sekali.
      Politikus selalu bikin susah rakyat. Kita naik mobil, dituduh meracuni udara yang dia hirup. Tetapi diri nya sendiri naik Mercedes, Audi dan BMW yang paling besar, mewah, boros dan harus pakai sopir dinas plus kadang kala pakai mobil polisi yang mengawal, semuanya itu gratis pula.
      Kalau kita mau naik dokar atau bendi, si politikus mengharuskan para kusir memasang kantungan tai untuk kudanya, semacam Pampers jaran lah, supaya tidak mengotori jalan raya.
      Kalau membicarakan isi otak politikus, mungkin si Moses pun akan kewalahan.

      Hapus
    4. Indonesia berada di daerah tropis. Suhu udara siang hari mencapai temperatur 30 sampai 35 derajad Celcius, adalah hal yang lumrah. Kuli2 bangunan tetap harus bekerja. Tetapi di Eropa, jika suhu udara antara 30-35 derajad Celcius, kuda2 yang menarik cikar atau pedati dilarang bergerak, kuda-kuda itu harus istirahat, kasih makan dan minum.
      Ini adalah Undang Undang Negara !
      Betapa genius nya bangsa Eropa. Beti ( beda tipis ), istilah batak nya, antara genius dan gila.

      Hapus