Senin, 26 Oktober 2020

Tetangga berpulang karena korona

Ada seorang laki-laki di daerah Rungkut meninggal dunia. Usia di atas 70. Biasa, bisik-bisik tetangga pun muncul. Sakit biasa atau... covid?

Pertanyaan biasa. Tapi tidak enak kalau bertanya begini kepada keluarganya. Serba salah kita orang.

Yang pasti, dua hari sebelumnya saya lihat ada empat petugas dari puskesmas. Semua pakai baju hazmat. Sudah pasti ada pemeriksaan yang ada kaitannya dengan korona.

Tak lama kemudian ada pengumuman dari masjid di perumahan. Innalillahi... Maklumat tentang warga sekitar yang meninggal dunia. Ini juga biasa.

Yang tidak biasa, sejak era maskeran, dengar baik-baik tempat pemakamannya. Di makam kelurahan, dibawa pulang ke kota asal.. atau Keputih, Surabaya.

Oh... jenazah bapak itu ternyata dimakamkan di Keputih!

TPU Keputih itu makam khusus yang disediakan Pemkot Surabaya untuk mayat-mayat korban Covid-19. Juga yang dicurigai covid meskipun hasil tes swabnya belum keluar.

"Jenazah langsung dibawa dari rumah sakit ke TPU Keputih," demikian suara dari masjid.

Jelas sudah status almarhum bapak itu. Tidak perlu tanya-tanya lagi. Yang perlu adalah lebih waspada. Protokol kesehatan harus diperketat lagi.

Wilayah Rungkut Menanggal sebenarnya paling ketat menerapkan protokol kesehatan. Sebelum kawasan lain bikin kampung tangguh atau kampung wani, Rungkut Menanggal lebih dulu menerapkannya. Ini juga pasien korona awal di Surabaya ada yang dari sini. Tapi sembuh seperti sedia kala.

Warga Rungkut Menanggal juga sempat bikin geger karena nekat menutup perbatasan Surabaya-Sidoarjo. Dibuka sebentar oleh pemkot, kemudian ditutup lagi dalam waktu lama. Sekarang sudah buka lagi karena banyak pengendara yang protes.

Sayang, belakangan saya lihat protokol kesehatan mulai kendor. Posko-posko kampung tangguh sudah dibongkar. Tak ada lagi cek suhu tubuh, operasi masker dsb.

Warkop-warkop pun sudah losss begitu saja. Tidak ada yang namanya jaga jarak. Tukang-tukang ojek online berkerumun di warkop-warkop seakan korona sudah tidak ada.

Korban-korban korona sudah banyak. Terlalu banyak. Meskipun korban-korban itu sebagian besar punya penyakit bawaan, lanjut usia, sikap mengentengkan covid sangat berbahaya. Mirip Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang ndablek alias kepala batu.

4 komentar:

  1. Berita koran online hari ini, 17.11.2020.
    Pabrik HOSTIE terbesar milik Ordo SVD gulung tikar, gara-gara Korona, sejak 9 bulan tidak ada orang sembahyang di gereja.
    Apakah Bung Hurek mau jadi Cukong Hostie ? Semua mesin2 yang canggih pasti disumbangkan gratis. Pro patria et fide.

    BalasHapus
  2. Hahaha menarik. Sudah 8 bulan umat tidak pigi misa di gereja. Kita cukup misa pakai telepon genggam. Tidak pakai komuni sambut hosti. Sudah pasti para pembuat hosti nganggur karena yang makan hosti cuma pater-pater dan beberapa gelintir petugas liturgi.

    Biasanya yang bikin hosti itu para suster dan karyawannya. Ndak ada pabrik hosti besar lah. Di Flores biasanya pater-pater SVD pesan hosti ke suster-suster SsPS yang notabene masih saudari kandung satu bapa pendiri.

    Kamsia atas informasi yang sangat menarik ini. Tidak pernah terpikir sedikit pun.

    BalasHapus
  3. Balasan
    1. sae sae.. baik2 aja.
      salam sehat untuk sampean semoga sehat dan tangguh.

      Hapus