Rabu, 07 Oktober 2020

Flobamora Jatim Abaikan Protokol Covid-19


Sebulan ini saya pantau via media sosial, kegiatan Flobamora di Jawa Timur meningkat pesat. Mulai dari deklarasi di hotel, rapat pengurus, hingga pembentukan rayon-rayon di Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Malang.

Di satu sisi, gairah para perantau Flores, Sumba, Timor, Alor dan pulau-pulau lain di NTT yang berada di Jatim sangat mengesankan. Belum pernah ada paguyuban Flobamora seaktif ini. Bahkan di tengah pandemi Covid-19.

Sejak dulu sudah ada Flobamora-Flobamora di berbagai kota di Indonesia. Flobamora juga ada di Malaysia yang banyak perantau NTT. Khususnya Sabah dan Serawak. Tapi biasanya Flobamora cuma sekadar ajang kumpul-kumpul untuk arisan atau Natal bersama.

Karena itu, Flobamora biasanya hidup sejenak lalu mati suri. Hidup lagi saat Natal bersama. Lalu mati lagi. Di Surabaya, Flobamora sudah mati 20an tahun. Salah satu penyebabnya karena tokoh-tokoh senior NTT menghadap Bapa di surga.

Nah, Flobamora 2020 ini kelihatannya lebih serius. Pola mainnya beda dengan Flobamora-Flobamora lama yang tidak punya pengurus beneran. 

Flobamora 2020 punya banyak sekali pengurus. Ada dewan pembina, dewan penasihat, pengurus rayon dsb. Mirip ormas atau partai politik. "Kita sudah bentuk tujuh rayon. Yang lain akan menyusul," kata Mery Mete, pengurus Flobamora asal Sumba.

Mery Mete tak lupa berbagi foto-foto pertemuan untuk membentuk rayon di Sidoarjo dan Gresik. Ramai banget. Seperti tidak ada Covid-19. Orang-orang NTT itu berkumpul, berdekatan, layaknya kondisi normal. Banyak peserta tidak pakai masker. 

Kok bisa begini? 
Apa tidak khawatir virus corona yang jahat itu?
Apakah tidak bisa ditunda pembentukan rayon-rayon itu?
Apakah Flobamora ini begitu mendesak untuk orang NTT di Jatim?

Sebagai orang yang setiap hari diwajibkan masuk bilik disinfektan, cuci tangan, semprot hand sanitizer, ngantor gantian 50%, saya hanya bisa ngelus dada melihat kelakuan saudara-saudari sesama orang NTT di perantauan itu.

Ada kesan seperti meremehkan Covid-19. Mengabaikan protokol kesehatan yang diwajibkan Gubernur Jatim Khofifah dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Kepatuhan terhadap prokes sangat rendah.

Covid-19 sudah menjadi bencana dahsyat bagi bangsa kita. Bahkan seluruh dunia. Sudah tujuh bulan dunia digoncang virus korona baru yang telah menelan ribuan nyawa itu.

Mudah-mudahan orang NTT baik di rantau maupun di bumi Flobamora sadar dan mau bekerja sama dengan pemerintah untuk mengatasi wabah ini. Apa sih sulitnya pakai masker, jaga jarak, tidak berkerumun?

2 komentar:

  1. Bung salah pasang gambar. Gambar diatas menunjukkan para laki-laki sedang tahlilan. Kalau orang NTT kumpul-kumpul, pasti ada kaum hawa, dan biasanya mereka berlenso, badendang, kole kole arumbae kole, sayang dilale.
    Para saudara yang sedang tahlilan itu, sudah cukup menjaga jarak, mungkin kalau pakai masker mengganggu kalau mau ngudut dji-sam-soe.

    Yang parah sekarang adalah kaum demonstran.
    Saya pernah kuliah, pernah nguli, pernah jadi boss, seingat-ku, aku hanya pernah satu kali ikut demo, karena dipaksa, yaitu tanggal 4 Oktober 1965, teriak-teriak di jalanan: Ayo Ganyang Untung !. Setelah sampai di Alun-alun, aku diam-diam nyelinap ke belakang gereja Kayutangan, terus ngelewati jembatan Splendit ke Alun-alun bunder, ke pasar Klojen, makan soto-ayam. Untung kuwi sopo sih rek ? Lha wong aku ora kenal karo si-Untung sing dimaksud. Lek kang Untung sing omahe ning deso Kebaman, kernete engkoh-ku kuwi, wonge apik ora pernah neko-neko, lha opo aku dikongkon ganyang Untung ?
    Bang Hurek, saya paling benci terhadap demo-demo ! Saya pernah jadi tentara dan disumpah: Selalu siap membela negara dan rakyat dengan senjata. Selalu setia kepada pemerintah dan taat kepada undang2. Selalu menjalankan perintah atasan dengan segera dan seksama.

    Ada kata-mutiara yang bagus dari Prancis, bunyi nya dalam bahasa Jerman sebagai berikut : Jedes Volk hat die Regierung, die es verdient. Setiap bangsa memiliki pemerintahan, yang sesuai dengan cermin bangsa itu sendiri.
    Kalian teriak2 DPR goblok, yang pilih mereka kan kalian berserta bapak-embok-kalian sendiri. Yang goblok kan kalian sendiri, beserta embel2 kalian.
    Kalian maki2 presiden, krempeng, plonga-plongo, jongos cukong, PKI, cino, anti ulama, dll. Yang memilih Beliau kan bangsa-kalian sendiri. Menepuk air di dulang, terpercik muka sendiri. Dasar kalian rai gedhek.

    BalasHapus
  2. hehehe.. bukan hanya orang NTT yg suka kumpul2 dekat2 begini. sudah jadi budaya nusantara untuk jagongan, silaturahmi, gotong royong, slametan dsb.
    makanya anjuran jaga jarak dsb tidak selalu mudah dilaksanakan. makanya covid sulit diatasi.

    BalasHapus