Rabu, 21 Oktober 2020

Masih Ada Carok di Surabaya

Setahun ada ada beberapa kasus carok di Surabaya. Pelakunya, Anda tahu, orang Madura di Surabaya. Atau orang ber-KTP Surabaya tapi orang tua atau moyangnya asal Madura.

Minggu lalu Mat Nadim, 55, membacok tetangganya di Jalan Wonosari Wetan II-E, Surabaya. Achmad Suhandi, 51, meregang nyawa setelah dicarok pakai celurit tiga kali.

Mat Nadim sempat kabur ke Sampang, kampung halamannya. Tapi tak lama kemudian dicokok polisi.

"Saya puas.. puas banget. Sebab dia suka ganggu istri saya. Sudah sering saya tegur tapi diulang lagi," kata Mat Nadim kepada wartawan di kantor polisi.

Carok sudah jadi budaya. Ada kajian di buku-buku sejarah.

Ada juga film yang terkenal tahun 1980-an tentang carok. Saya sempat
lihat cuplikannya di TVRI era hitam putih. Tapi belum pernah lihat
filmnya secara utuh.

Kalau ada di YouTube saya mau nonton film Carok ini. Agar bisa lebih
paham budaya dan psikologi pelaku carok. Tentang kehormatan membela
harga diri rumah tangga dsb.

Dulu di Universitas Jember ada semacam pusat studi tentang Madura.
Pakarnya Pak Latif Wiyata. Sudah bikin banyak kajian akademis,
seminar, menulis artikel, buku-buku dsb.

Kabupaten Jember itu sekitar 80 persen berbahasa dan berbudaya Madura.
Tapi dulu saya jarang dengar ada kasus carok. Mungkin karena budaya
Madura di Jember sudah mengalami jawanisasi sejak era Hindia Belanda.
Ketika orang-orang Madura didatangkan untuk menggarap perkebunan
tembakau, kakao, kopi, cokelat dsb.

Selain Jember, Bondowoso, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan yang
disebut wilayah Tapal Kuda, komunitas Madura pun sangat banyak di
Surabaya. Kalau belajar bahasa Madura tidak perlu jauh-jauh ke
Bangkalan atau Sumenep. Cukup mampir ke Surabaya Utara.

Sering ngopi di kawasan utara dekat Suramadu lama-lama bahasa Madura
kita jadi lancar. Paling tidak bahasa sehari-hari.

Lantas, mengapa budaya carok masih ada di era milenium ini? Pusat
kajian Madura di Jember bisa melakukan penelitian lanjutan.

"Jangankan orang Madura, siapa pun akan marah kalau istrinya diganggu
laki-laki lain. Apalagi dipergoki sendiri," kata Cak Wanto, orang
Sidoarjo.

Yang pasti, Mat Nadim bakal lama tinggal di penjara. Bisa 14 tahun
atau seumur hidup. Tapi Mat Nadim memberi pelajaran kepada siapa pun:

"Jangan sekali-kali mengganggu istri orang!"

Masalahnya, Nyonya Nadim, kok mau aja diganggu sama tetangganya yang
sudah tewas itu.

6 komentar:

  1. Bung Hurek sudah mulai ketularan kepikunan-ku. Dulu...dulu...dulu....

    Dulu saya jarang dengar ada kasus carok. Sebabnya Anda tahu, cuma tidak berani sebut, sebab takut diahokkan. Kebebasan berpendapat di Indonesia sudah dimonopoli oleh golongan tertentu.

    Dulu saya juga jarang dengar ada kasus, tamu pendatang berani sumbar akan memimpin REVOLUSI untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah.
    Dulu saya juga jarang dengan ada kasus, A-tjong, A-seng, A-hua, berani sumbar didepan umum, dia kepingin jadi presiden Republik Indonesia.

    Dulu para tamu, silit ireng, masih menghayati tata-krama, sopan-santun sebagai tamu. Sejak ada Virus donaldus-trumpie (Virus bulus mas ), semua tamu, baik yang bule maupun yang silit-ireng, menjadi gila, merasa jadi tuan-kolonial.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahaha.. kita orang semua jadi pikun. Gampang lupa.. dulu dulu dulu.

      Kalau salah ngomong atau salah ketik bisa bahaya kita punya badan. Kudu ati-ati lah.

      Hapus
  2. Jangan sekali-kali mengganggu istri orang !
    Setuju mas, tetapi bagaimana kalau istri tetangga yang semok aduhai mengganggu ku, apakah aku harus pindah rumah ? Ataukah tidak ada dosa dalam tjinta, asalkan tidak kepergok oleh Cak Wanto !

    Nyonya Nadim kok mau aja diganggu sama tetangganya !
    Janganlah kita suka menjadi hakim, dalam urusan rumah tangga orang lain. Soal Sexualitas adalah urusan pribadi setiap manusia masing2.
    Seharusnya Nadim, Nyonya dan Terbacok, bermusyawarah berdiskusi menyelesaikan permasalahan. Kalau tidak ada kesepakatan, maka biarlah pengadilan yang memutuskan. Tidak main bacok seperti manusia liar.

    Menurut penelitian ilmiah, 50 % suami-istri di Eropa sudah pernah main serong, kalau pakai cara Madura, maka penduduk dunia cuma tinggal separuh. Kalau mau jujur, niscaya penduduk Indonesia juga tinggal separuh.

    Dulu di Surabaya, sebelum ada THR, di jalan Kusuma Bangsa ada Jaarmarkt-Kermis, Pasar Malam setahun sekali selama satu bulan.
    Ditengah jalan Kusuma Bangsa mulai Taman Makam Pahlawan sampai KKO atau jalan Anggrek, ada taman rumput- dan pohon-nya. Kalau Kermis di atas rumput inilah (mulai jalan Iris-Ketupa-Seruni), malam hari, para penjual jamu menjajakan dagangan mereka.
    Satu penjual jamu yang selalu saya ingat adalah penjual penis-buaya dan minyak gosok lemak-buaya. Dia pasti orang luar pulau, sebab bahasa melayu-nya sangat lancar, sudah gitu penjual jamu laginya !
    Penis-buaya yang sudah kering, di-iris2 setebal 5 mm, lalu diikat dengan benang-bol (benang kasur, atau tali-kemong orang Bali bilang).
    Penjual jamu lalu berorasi, koar-koar : Tuan kaya-raya, punya rumah bertingkat, mobil mengkilat, istri muda dan cantik. Tetapi semuanya itu tak ada gunanya, jika (jari telunjuknya diletakkan di selangkangannya) ini lemas, tak ada tenaga. Saya ingin membantu tuan2 sekalian, ikat ini benda (irisan penis-buaya) dan gosok (telunjuknya) dengan minyak mukjijat ini. Saya tanggung istri tuan jadi bahagia.
    Jimat dan minyak bersama cuma 10 rupiah.
    Banyak yang beli ! Orang2 Suroboyo yang dulu langganan ke BR, Kremil dan Kembang Kuning dijuluki Bajul. Bajul oleh jimat bajul, yo joos wes ! Di Kitab Suci juga ada kalimat: Der Glaube kann Berge versetzen.
    Kepercayaan mampu memindahkan pegunungan.

    Ergo: Kalau istri minta cerai, jangan ambil arit main bacok, seperti Cak Wanto. Melainkan introspeksi, carilah sebab musabab-nya pada diri sendiri dahulu. Jangan niru Bulus Mas, selalu orang lain yang salah.
    Mungkin penis-bajul bisa membantu. Der Glaube kann Berge versetzen.

    BalasHapus
    Balasan
    1. angel angel angeeeel tuturane... bu nadim yo gelem digoda yo repot.
      tapi wong lanang tetep salah. manuke kudu dikurung ben gak manggung terus.

      Hapus
    2. Mas, wong lanang karo wong wadon sami mawon, sami-sami duwe napsu. Piye nasib-ku iki, manuk-ku giras sering ucul.
      Bung orang NTT, pasti dirumah dulu di Lomblen punya piaraan anjing. Kalau anjing betina kumat napsu-nya, pangsit-nya mulai tembem basah dan bau, wah si betina lebih hot daripada yang jantan.
      Sampeyan ojo nyalah-ke sing lanang terus. Laki atau perempuan diciptakan oleh Tuhan dengan napsu yang sama. Sama sama dianugerahi kenikmatan, tidak ada pihak yang salah atau dosa dalam tjinta. Semua dosa hanya dibuat oleh manusia ahli agama.

      Credo in unum Deum, Patrem omnipotentem, factorem caeli et terrae,...
      TUHAN cuma boleh ada SATU !!!!!
      Pacar jumlahnya tergantung tampang-mu, dapur-mu, kowe laku opo ora !


      Hapus
  3. Sangat interesan cerita soal pasar malam di Kusuma Bangsa kawasan THR. Hampir saban malam kita orang lewat di situ. Sudah suwung kayak tempat jin buang anak.

    Cerita soal tukang jamu kuat lelaki itu menarik banget. Apalagi dia ceramah blablabla yang bikin ketawa orang yang denger itu bualannya. Penis bajul tangkur buaya.

    Jaman saiki yo pancet dodolan ngono kuwi. Tapi gak ngecap nang embong atau pasar malam.. cukup dodolan nang media sosial.

    BalasHapus