Jumat, 31 Juli 2020

Djoko Tjandra Berhasil Ditangkap???

Judul berita di media daring semalam:

DJOKO TJANDRA BERHASIL DITANGKAP

Saya langsung komentar pendek. Guyon sama redaktur media terkenal itu. Yang berhasil itu Djoko Tjandra atau polisi?

Maksud saya agar si redaktur atau editor mengubah sedikit judul itu. Tapi siang ini judulnya masih sama. Tak ada koreksi sama sekali.

Salah kaprah! Kesalahan tersebut sudah sangat umum di koran, majalah, online sehingga sebagian besar tak merasa janggal. Salah yang sudah kaprah. Sehingga dianggap benar. Yang benar malah dianggap salah.

Sudah jelas Djoko Tjandra berhasil melarikan diri. Pengusaha besar itu berhasil memanfaatkan celah hukum di negara ini. Berkolusi dengan aparat agar bisa lolos.

Setelah cukup lama jadi bahan pergunjingan nasional, Djoko Tjandra akhirnya ditangkap di Malaysia. Kemudian dibawa kembali ke Indonesia untuk menjalani proses hukum. Kali ini Djoko tidak berhasil kabur lagi.

Karena itu, judul berita seharusnya POLISI BERHASIL MENANGKAP DJOKO TJANDRA.

Tapi bukankah sudah jadi tugas polisi menangkap maling? Mulai maling kotak amal, pencuri HP, hingga pembobol bank? Mengapa pakai kata "berhasil"?

"Kita apresiasi kerja keras pihak kepolisian," kata redaktur koran.

Apalagi polisi selama ini jadi narasumber utama berita-berita kriminalitas. Apa salahnya kalau sekali-sekali kita apresiasi keberhasilannya?

Masalahnya, prinsip utama berita adalah person makes news. Ketokohan paling penting. Dalam kasus ini Djoko Tjandra. Maka Djoko Tjandra harus diletakkan di depan. Bukan polisi yang berhasil itu.

Maka, judul berita itu seharusnya DJOKO TJANDRA DITANGKAP. Coret kata "berhasil" yang bikin penat. Lebih bagus lagi ditambah keterangan tempatnya. Judulnya menjadi:

DJOKO TJANDRA DITANGKAP DI MALAYSIA.

Pelajaran tentang polisi berhasil vs pencuri berhasil ini sebetulnya sering diulang para editor bahasa. Juga para redaktur senior setelah ditatar oleh editor bahasa. Tapi tetap saja tercetak di surat kabar dan media elektronik.

7 komentar:

  1. Dalam Bahasa Inggris, judul "Joko Candra Successfully Apprehended" itu boleh. Karena dalam English, gandengannya adverb seperti Successfully itu dengan verb, yaitu Apprehended. Krn Apprehended dalam bentuk passive voice, maka otomatis yang ketiban suksesnya ialah yang menangkap, walaupun di dalam frasa tidak disebut.

    Dalam Bahasa Indonesia sepertinya ada perbedaan nuansa, karena sejatinya tidak ada konsep adverb yang sama persis seperti dalam Bahasa Inggris. Yang ada ialah kata sifat yang gandengannya ialah noun atau pronoun, dalam hal ini Joko Candra.

    Dalam kalimat aktif, Polisi Berhasil Menangkap Joko Candra, verb utamanya ialah Berhasil, dan Menangkap Joko Candra merupakan object. Dalam Bhs Inggris ada dua kemungkinan: "Police Succeeded in Capturing Joko Candra" yg setara dengan Bahasa Indonesianya, atau "Police Successfully Captured Joko Candra". Sedikit berbeda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kamsia atas penjelasan Cak Amrik yang bagus dan mencerahkan. Bahasa Indonesia cenderung longgar tata bahasa atau grammar rules-nya.

      Sebetulnya kalimat atau judul seperti itu sangat umum dan berterima di Indonesia. Logika pasti polisi yang berhasil menangkap Djoko Tjandra. Tapi kalimat macam itu selalu disoal para editor bahasa atau copy editor.

      Hapus
  2. Ini sekadar contoh:

    1. Djoko Tjandra berhasil ditangkap.
    2. Anita berhasil diterima di FK Unair.
    3. Korban berhasil diselamatkan.

    Anita sudah pasti berjuang keras agar bisa diterima di FK Unair. Cita-citanya memang masuk FK Unair.
    Korban kapal tenggelam juga sangat ingin diselamatkan oleh regu penolong atau SAR.

    Nah, Djoko Tjandra pasti tidak ingin ditangkap. Dia berjuang keras untuk menghindari polisi dan petugas2 yang akan menangkapnya.

    Judul "Djoko Tjandra berhasil ditangkap" baru logis kalau Djoko memang ingin atau berusaha agar ditangkap.

    Polisi berhasil menangkap Djoko (kalimat aktif).
    Kalimat pasifnya?

    Pasti bingung murid dan guru. Lazimnya: Djoko berhasil ditangkap polisi.

    Kata "berhasil" di sini agak mengganggu untuk bahasa jurnalistik.

    Makanya, sejak dulu pakar2 jurnalisme di Eropa dan Amerika selalu mengajarkan: "Gunakan kalimat aktif. Sedapat mungkin hindari kalimat pasif."

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menarik tantangan anda untuk membentuk kalimat pasif dari "Polisi berhasil menangkap Djoko Tjandra". Kalau kita ingat bahwa kata kerja utamanya di sini bukan "menangkap", melainkan berhasil, maka kita bisa menjungkirkan kalimat aktif tersebut menjadi pasif sebagai:

      "Menangkap Djoko Tjandra berhasil dilakukan oleh Polisi", yang walaupun benar secara tata bahasa tetapi terdengar janggal. Lebih baik "Penangkapan Djoko Tjandra berhasil dilakukan oleh Polisi".

      Kata kerja berhasil ini tidak sama dengan verb succeed. Di dalam Bhs Inggris succeed ini active verb yang dengan mudah dibalik menjadi succeeded dalam bentuk ke-3. Sedangkan kata kerja dengan awalan "ber-" - tidak seperti kata kerja berawalan "me-" -- tidak bisa mudah dijungkirkan, karena sebenarnya ia lebih merupakan kata sifat / keadaan yang kalau diterjemahkan harafiah "has success in ..."

      Hapus
    2. Kamsia kamsia... penjelasan Sampean sangat menarik. Kalimat bahasa Indonesia yang baik itu pakai rumus dasar SPOK. Itu pelajaran dari guru2 SD di Pulau Lembata zaman dulu hehehe.

      Tapi, karena bahasa Indonesia itu sangat luwes, lentur, urutan SPOK ini bisa ditukar sesuai kebutuhan. Unsur mana yang dianggap penting itulah yang didahulukan.

      Begitu kira-kira.

      Hapus
  3. Salah kaprah ! Salah atau Benar, sifatnya ternyata individuell.
    Dulu saya mengira, tahu apa benar atau apa salah, ternyata saya dulu keliru. Ternyata gara-gara Kaprah, yang dianggap benar jadi salah, dan sebaliknya.
    Kita bersyukur bisa ikut menjadi saksi, Karunia kepada kita, yaitu terjadinya seorang Wali Kesepuluh.
    Harap mayoritas terus berkaprah-kaprah, pasti Wali Dasa menjadi kenyataan. Selalu ada kalimat bahasa Arab yang membenarkan kehendak mayoritas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Enggeh.. akeh sing salah tapi kaprah.Opo maneh ono kepentingan politik dioplos ayat2 langit dsb.

      Sing bener ora mesti pener, jarene wong lawas.

      Hapus