Siapkan garasinya dulu sebelum membeli mobil!
Spanduk-spanduk macam ini mulai muncul di Surabaya sejak 3 tahun terakhir. Orang-orang kampung marah karena gang yang tidak seberapa lebar itu dijadikan tempat parkir mobil pribadi.
Parkirnya sih di depan rumah pemilik mobil itu. Tapi sudah pasti jalan kampung akan menyempit. Makin parah kalau banyak mobil pribadi yang parkir di jalan kampung.
Pagi ini saya lihat ada spanduk serupa di Gununganyar, Surabaya. Rupanya warga marah karena ada pemilik mobil memarkir mobil di depan rumahnya. Jalanan jadi macet. 'Sekarang sudah tidak parkir lagi,' kata seorang warga.
Parkir memang jadi masalah besar di kota besar macam Surabaya. Ketika makin banyak orang yang punya mobil pribadi. Makanya kalau ada acara besar, panitia membahas secara khusus lokasi parkirnya. Dan itu sangat tidak mudah. Butuh lahan yang sangat luas.
Hampir setiap hari ada orang yang ngeroweng di radio dan media sosial gara-gara jalan raya jadi lahan parkir. Khususnya di Raya Darmo yang ada sekolahan Santa Maria dan Polisi Istimewa yang ada Sinlui plus Gereja Katedral. Mobil-mobil antar jemput penuh di pinggir jalan.
Apa solusinya? Belum ketemu.
Tidak mungkin ada lahan seluas lapangan bola untuk tempat parkir di kawasan elite itu. Melarang orang naik mobil ke gereja atau sekolah juga bukan solusi. Trennya justru makin banyak orang Katolik yang memilih ikut misa di Katedral HKY Jalan Polisi Istimewa itu.
'Saya lebih cocok misa di Katedral. Sudah puluhan tahun,' kata Ricky di Sidoarjo. Padahal, jarak rumahnya ke Gereja Katolik di Jalan Monginsidi 13 Sidoarjo tidak sampai dua kilometer.
Spanduk-spanduk macam ini mulai muncul di Surabaya sejak 3 tahun terakhir. Orang-orang kampung marah karena gang yang tidak seberapa lebar itu dijadikan tempat parkir mobil pribadi.
Parkirnya sih di depan rumah pemilik mobil itu. Tapi sudah pasti jalan kampung akan menyempit. Makin parah kalau banyak mobil pribadi yang parkir di jalan kampung.
Pagi ini saya lihat ada spanduk serupa di Gununganyar, Surabaya. Rupanya warga marah karena ada pemilik mobil memarkir mobil di depan rumahnya. Jalanan jadi macet. 'Sekarang sudah tidak parkir lagi,' kata seorang warga.
Parkir memang jadi masalah besar di kota besar macam Surabaya. Ketika makin banyak orang yang punya mobil pribadi. Makanya kalau ada acara besar, panitia membahas secara khusus lokasi parkirnya. Dan itu sangat tidak mudah. Butuh lahan yang sangat luas.
Hampir setiap hari ada orang yang ngeroweng di radio dan media sosial gara-gara jalan raya jadi lahan parkir. Khususnya di Raya Darmo yang ada sekolahan Santa Maria dan Polisi Istimewa yang ada Sinlui plus Gereja Katedral. Mobil-mobil antar jemput penuh di pinggir jalan.
Apa solusinya? Belum ketemu.
Tidak mungkin ada lahan seluas lapangan bola untuk tempat parkir di kawasan elite itu. Melarang orang naik mobil ke gereja atau sekolah juga bukan solusi. Trennya justru makin banyak orang Katolik yang memilih ikut misa di Katedral HKY Jalan Polisi Istimewa itu.
'Saya lebih cocok misa di Katedral. Sudah puluhan tahun,' kata Ricky di Sidoarjo. Padahal, jarak rumahnya ke Gereja Katolik di Jalan Monginsidi 13 Sidoarjo tidak sampai dua kilometer.
Bikin garasi dulu, baru beli mobil.
BalasHapusBeli mobil dulu, baru bikin garasi.
Credo ut intellegam ( Beragama dulu, baru bisa punya nalar ).
Intellego ut credam ( Pakai nalar dulu, baru mampu beragama ).
Berbahagialah ummat Katolik, sebab Agama kalian tidak melarang kalian berpikiran kritis. Kalian se-bebas2-nya pakai nalar.
Beli gitar dulu baru belajar main gitar.
HapusPintar gitaran dulu baru beli gitar.
Bangun tidur : sikat gigi dulu, baru sarapan.
BalasHapusBangun tidur : sarapan dulu, baru sikat gigi.
Cewok disik, baru ngising.
Ngising disik, baru cewok. Intellego ut credam !
"Melarang orang naik mobil ke gereja atau sekolah juga bukan solusi."
BalasHapusTidak sampai melarang, tetapi bisa dengan menghimbau dan menyiapkan juklaknya. Misalnya begini. SMA anak saya termasuk sekolah Katolik favorit, sehingga anak2 dari segala penjuru kota dalam lingkaran 1 jam naik mobil dikirim ke sana. Untuk mencegah permintaan lapangan parkir terlalu banyak, pihak sekolah secara proaktif mempersiapkan carpool spreadsheet. Setiap murid dipasangkan dengan murid2 lain yang rumahnya dekat, sehingga mereka bisa berangkat dan pulang bersamaan. Sehingga para orangtua pun tidak report mengantar jemput tiap hari, cukup seminggu sekali saja.
Pihak kotamadya pun sebenarnya bisa juga mengeluarkan larangan untuk parkir mobil atau mobil jemputan untuk ngetem di pinggir jalan, demi kelancaran lalu lintas. Dengan bekerja dengan pihak sekolahan, pasti ada solusinya. Masalahnya, pihak sekolah ga gelem mikir bahwa keramaian mereka menimbulkan kemacetan lalu lintas. Dari jaman saya sekolah di Sinluis, murid2 sudah naik mobil dan diantar-jemput naik mobil. Hanya bedanya, sekarang yang naik mobil di kalangan rakyat sudah jauh lebih banyak lagi dibandingkan 30 tahun lalu.
Ini juga menunjukkan kemajuan dan kemakmuran rakyat Surabaya. Patut disyukuri meskipun efek kemacetannya juga patut dicarikan solusinya.
BalasHapus