Minggu, 28 April 2024

Hantu-Hantu Belanda Ikut Nonton Film di Gedung Tua Surabaya

Oleh Dukut Imam Widodo
Penulis Buku Soerabaia Tempo Doeloe

Kejadiannya sudah agak lama.

Pada suatu malam saya mengadakan acara launching buku saya "Hikajat Soerabaia Tempo Doeloe" di sebuah gedung kuno di dekat Kebun Binatang Surabaya.  Dalam acara tersebut saya juga memutar filem dokumenter Soerabaia Tahun 1920.

Seorang ibu berambut putih datang menemui saya.

"Mas Dukut yaa?" sapanya.

"Inggih Bu. Panjenengan sinten?" tanya saya karena saya memang tidak kenal dan merasa tidak mengundangnya. 

Dalam acara ini saya hanya mengundang teman-teman dekat saja.

Ibu itu menyebutkan namanya, lantas katanya pula:

"Filem dokumenternya bagus lho, tapi yang menonton bukan kita saja," ujarnya.

Saya tidak mengerti maksudnya, dan dia pun menjelaskan:

"Belanda-Belanda itu juga ikut menonton. Mereka senang melihat filem itu," Ibu itu menunjuk ke atas. Tapi yang saya lihat hanya tembok kosong.

Saya mau bertanya lebih lanjut, tapi ibu itu sudah tidak ada lagi di hadapan saya. Ia lenyap begitu saja.

Sabtu, 27 April 2024

Ancis Matarau Penyanyi Pop Lamaholot Asal Ile Ape, Lembata, yang Sedang Naik Daun di NTT



Salah satu penyanyi pop daerah Lamaholot yang tengah naik daun adalah ANCIS MATARAU. Lagu-lagunya kebanyakan berbahasa Lamaholot. Karena itu, Ancis sangat populer di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata, NTT, daerah yang penduduknya berbahasa Lamaholot.

Artis Lamaholot lain yang lebih dulu ngetop adalah FELIX MATARAU. Sekian tahun lalu Felix mempopulerkan lagu pop Lamaholot gaya dolo-dolo dengan hitsnya Nona Masih Kecil. Ada beberapa seri lagu Nona Masih Kecil dibuat setelah album pertama booming di bumi Lamaholot dan NTT umumnya.

Saya mulai kenal Ancis Matarau setelah mendapat kiriman video dari seorang perantau asal Adonara di Jawa Timur. Mela tua, katanya. (Sangat bagus).

Lagu berjudul Selen Ro ciptaan Pastor Markus Solo Kewuta SVD itu terasa lebih segar saat dibawakan Ancis Matarau. Pater asal Lewo Uran, Flores Timur, yang jadi staf kepausan di Vatikan, itu senang bukan kepalang. Sebab lagu Selen Ro ciptaannya mendapat sambutan luar biasa di NTT.

Pastor Markus Solo Kewuta SVD menulis:

"Cita2 panjang di Roma utk menciptakan sebuah lagu tari Selen Lamaholot yang bernapas panjang dan disukai banyak orang ternyata terpenuhi. Syukur Tuhan utk inspirasi unik waktu itu.

Terima kasih Ade Ancis Matarau dan Ade Univilson untuk kerja sama jarak jauh yang produktip. Semangat untuk semua penggemar di mana saja berada."

Setelah dua tahun lebih menikmati lagu-lagunya di YouTube, akhirnya saya bisa ngobrol singkat dengan Ancis Matarau. Obrolan langsung nyambung pakai bahasa Lamaholot gaya Ile Ape.

 Penyanyi dan musisi ini ternyata berasal dari Desa Waiwaru, Kecamatan Ile Ape, Kabupaten Lembata. Satu kecamatan dengan saya. Cuma beda desa. Desaku di pantai utara, sedangkan desanya di selatan.

Saat ini Ancis Matarau tinggal di Maumere. Proses kreatif, cipta lagu, aransemen musik dan sebagainya dilakukan di Maumere. Dia punya Matarau Entertainment yang memproduksi lagu-lagu pop berbahasa Lamaholot. Belakangan ada juga yang berbahasa Nagi (Larantuka) dan bahasa Indonesia.

Luar biasa! Anak-anak muda Lembata ternyata mampu melejit di era digital ini. Dulu waktu aku masih kecil belum ada penyanyi atau musisi Lembata yang mampu bikin karya musik yang bagus dan dikenal publik secara luas.

Ancis Matarau sudah berhasil "soga naran lewo tana titen" - mengangkat nama baik kampung halaman kita.

Terima kasih, Ama Ancis!


SELEN RO

Ciptaan : Pastor Markus Solo Kewuta SVD
Vocal : Ancis Matarau

Ore o o soka ro sare sare
Soka ro sare sare 
soka soka sokaro
taro sare sare 

O re oo seleno lere lere
Seleno lere lere
Selen selen selen 
Taro lere lere

Pana peken inam nimun
Gawe lupan amam nawan pia lango tobo
Pana peken inam nimun 
Gawe lupan amam nawan pia lango tobo

Ore o..oo.. Lenso selen ro
Lenso selen ro
Selen selen selen 
ari ana titen

Ore o seleno lere lere
Seleno lere lere 
Selen selen selen
taro lere lere

Pana maan sare sare
 maro pate pulo ina ama wahan kae
Gawe maaro mela mela 
maan helo lema kaka ari wahan kae

Daftar Hotel di Surabaya pada Masa Kolonial Belanda Tahun 1930-an



Masih ada beberapa hotel era kolonial Belanda di Surabaya yang masih berdiri hingga tulisan ini dibuat pada 27 April 2024. Yang paling terkenal dan tetap mewah adalah Hotel Oranje (sekarang Hotel Majapahit) di Jalan Tunjungan. 

Ada juga Hotel Kemadjoean di Jalan KH Mas Mansur. Bangunannya juga masuk daftar cagar budaya. Bisnis hotelnya biasa-biasa saja, bahkan cenderung lesu. 

Berikut Daftar Hotel, Losmen, atau Pension (Guest House) di Surabaya pada Tahun 1930-an. 

1. Antosch, Undaan 55
2. Baroe, Kapasan 18 
3. Binnendijk, Pasar Besar
4. Brunet, Kaliasin 8
5. Buitenzorggsch, Pasar Besar Wetan 51

6. De Bijenkorf, Bubutan 79
7. Grand Hotel, Sambongan 52
8. Han Yong Kie, Gang Sechawal 10
9. Hok Tjhia Lie Sia, Slompretan 55
10. Horino, Pasar Bong 25

11. Huize Bon Abri, Gentengkali 34
12. Huize Coen, Coenboulevard 17 (Hook Darmo)
13. Hwa Bie Lie Sia, Slompretan 102
14. Insulinde, Sambongan 51
15. Juliana, Embong Malang 15-17

16. Kemadjoean, Kempenstraat 103
17. Kiong Ho Tjan, Tepekongstraat 13
18. Lam Sing Lie Sia, Cantian 34
19. Liberty (eig. Tan Siauw Tjong), Bongkaran 49
20. Metropole, Embong Malang 25

21. Nam Hwa, Sambongan 50
22. Ngemplak, Ngemplak
23. Oranje Hotel, Tunjungan 65
24. Paringan, Bongkaran 51
25. Peng Aan Tjan, Sambongan Gang Tjay Poo 8

26. Pension Embong Tandjoeng, Embong Tanjung 22
27. Pension Embong Woengoe, Embong Wungu 3-9 dan Jokodolog 1-2
28. Pension Huize Jeanne, Embong Wungu 8-10
29. Pension Huize Marianne, Bali 24
30. Pension Huize Marijke, Embong Sawo 1

31. Pension Huize Wolf, Kroesenpark 7 (hook Jokodolog)
32. Pension Klopper, Soematrastraat 3
33. Pension Laarman, Juliana Boulevard 14-16
34. Pension Splendid, Kroesenpark 9-10
35. Riche, Tambak Bayan 20-22

36. Sampoerna, Ngaglik 5-7
37. Sans Souci, Embong Kenongo 1-3, 14-16, 17-19
38. Sarkies, Embong Malang 7-11
39. Simpang Hotel, Jalan Simpang
40. Tay Tjhian Lie Sia, Kembang Jepun 41

42. Tiong Hwa, Bongkaran 47
43. Tiong San Lie Sia, Slompretan 81
44. Tokyo, Koningenhelaan 14
45. Tong An, Slompretan 47

46. Tong Fong Lie Sia, Bongkaran 30
47. Victoria, Jalan Genteng
48. Slamet, Bongkaran 45
49. Spoor Hotel (v/h Hotel Minahasa), Jalan Stasiun 4
50. Ngemplak, Jalan Ngemplak

Sumber: Telefoongids Soerabaja Uitgave Mei 1937 - Bijgewerkt tor 20 April 1937

BACA PULA



Kamis, 25 April 2024

Pantun Lamaholot Punya Nilai Sakral, Koda Kiring Nuba Nara



Pagi ini, Kamis 25 April 2024, hujan lumayan deras di Surabaya. Bahkan hujan sejak Rabu malam. Aneh, jelang musim kemarau malah hujan hampir saban hari.

Rencana gowes ke kawasan Bandara Juanda, Buncitan, Segoro Tambak, Tambak Oso, Gunung Anyar, Rungkut pun berantakan. Terpaksa baca-baca cari informasi dan lagu-lagu Lamaholot di YouTube.

Tiba-tiba muncul pesan dari Paulus Latera Manuk. Ama guru SMA Petra 4 Surabaya itu tinggal di Pondok Jati Sidoarjo. Asli Botung, Adonara Barat. Meski sudah puluhan tahun tinggal di Jawa, Ama Paulus sangat cinta bahasa Lamaholot.

Ama Paulus, seperti biasa, membagi pantun Lamaholot. "Mela tua," saya kasih jempol untuk guru bahasa Indonesia itu. Mela tua artinya sangat bagus, very good.

Wulo nubun belang baran
Beton denge koda
Beton kaan denge koda
Leik lali raran kae

Kopi hokeng wauke banget
Gula jawa kemi kee
Gula jawa kemi kee
Kakan dike arin sare. 

 Wulo nubun belang baran
Beton denge koda
Beton kaan denge koda
Leik lali raran kae

Wai rae ba bele
Ba hau go gawe rehik
Ba hau go gawe rehik
Anak mari tite bala take

Eeeee Tina le oa Tina leee
Tina lega ake doan bain Tina leee
Puken Tina na balik hala leee
Tina lega ake doan bain Tina sayang

Ama Paulus Latera Manuk berpesan kepada angkatan muda Lamaholot, khususnya generasi Z, agar tidak melupakan bahasa, budaya, adat istiadat, kearifan lokal Lamaholot. 

Jangan sampai ada orang muda Lamaholot yang tidak bisa berbicara dalam bahasa Lamaholot.

"Pantun-pantun harus dalam bahasa Lamaholot. Nilai sakral akan sangat terasa. Goe koda kirin ihike semisal bahasa Jawa halus. Sarat makna dan penuh pesan moral," katanya.

"Lagu-lagu titen Lamaholot ne penuh dengan koda nuba nara," kata Ama Paulus.

Selasa, 23 April 2024

Dolo Sidiridi Namang - Soka Seleng Mura Lewo Rame Tanah Sampe Seni Tawa Gere


Dolo-dolo ini lagu daerah berpantun khas etnis Lamaholot di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata, NTT. Setiap ada pesta apa pun selalu ada acara tarian massal "dolo-dolo sampe lera gere": dolo-dolo sampai matahari terbit.

Saking populernya dolo-dolo, Bapak Mateus Wari Weruin (RIP), komposer yang juga guru SPG Frateran Podor, Larantuka, membuat komposisi musik liturgi bertajuk Misa Dolo-Dolo dalam bahasa Indonesia. 

Lagu ordinarium Misa Dolo-Dolo ini sangat terkenal di kalangan umat Katolik di seluruh Indonesia. Kor-kor Katolik di Jawa pun sering membawakan lagu liturgi dolo-dolo karena enak dan mudah.

Belakangan saya lihat lagu dan tarian dolo-dolo makin viral di media sosial khususnya di kalangan para perantau asal NTT. Khususnya asal bumi Lamaholot macam saya.

Tim paduan suara NTT tahun lalu juga sukses di Pesta Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi) tingkat nasional dengan lagu bergaya Dolo-Dolo Soka Selen. Dolo-dolo Gampang Hala paling viral di Batam dan Malaysia, khususnya Sabah dan Serawak.

Saya sendiri terkesan dengan Dolo Sidiridi Namang ciptaan Bung Siprianus alias Spidol asal Pulau Solor. Syair dan melodinya benar-benar pas dengan pengalamanku semasa kecil di pelosok Pulau Lembata. 

Kemampuan bahasa Lamaholot saya yang berkurang karena terlalu lama merantau akhirnya muncul lagi setelah menikmati lagu Dolo-Dolo Sidiridi Namang.

Liman pai moe sorong liman pai
Gere dolo-dolo pia namang tukan 
Peheng liman moe tiro liang namang
.......... 
Soka seleng mura lewo rame tana
Mura lewo rame tana
Sampe seni tawa gere

BACA JUGA


Senin, 22 April 2024

Losmen Sonokembang Surabaya Dulu Bagian dari Hotel Brantas, Jadi Galeri Seni, Resto, hingga Rental Mobil

Salah satu hotel di tengah Kota Surabaya yang kini tenggelam adalah Losmen Sonokembang di Jalan Sonokembang. Bertetangga dengan Hotel Brantas yang sudah dibongkar dan dijadikan apartemen mewah dan modern itu.

Hotel Brantas dan Losmen Sonokembang sama-sama dibangun pada zaman Hindia Belanda. Sekitar tahun 1930-an. Tempat tinggal manajemen hotel berada di sekitar bangunan losmen yang khas tempo doeloe.

Dalam daftar hotel di Surabaya tahun 1954 tidak ada nama Hotel Sonokembang atau Losmen Sonokembang. Yang ada Hotel Brantas di Jalan Embong Sonokembang 4-6 Surabaya. Kemudian Hotel Brantas di Jalan Kayoon 72-88 Surabaya.

Artinya, Hotel Brantas dulu ada dua unit. Di Jalan Kayoon dan Embong Sonokembang. Direkturnya sama: Tuan K. Blanken dari Belanda.

Hotel Brantas tergolong salah satu hotel favorit yang diminati tamu-tamu dari luar Surabaya. Tarifnya lebih murah ketimbang Hotel Olympic yang lokasinya tidak jauh dari Sonokembang. 

Saat ini Olympic Hotel masih buka tapi kondisinya sudah muram dan parah. Tak ada tanda-tanda kalau pada era 1950-an dan 60-an pernah jadi hotel mewah di Surabaya.

Kejayaan Hotel Brantas 1 di Kayoon dan Hotel Brantas 2 di Sonokembang (kemudian jadi Losmen Sonokembang) perlahan-lahan meredup. Tahun 80-an dan 90-an makin suram seiring munculnya pemain-pemain baru. Apalagi di dekatnya ada Hotel Elmi dan Hotel Tanjung yang lebih segar.

Maka, Losmen Sonokembang alias Hotel Brantas 2 pun gulung tikar. Kemudian dijadikan kafe, tempat live music, hingga galeri seni. Saya sering meliput pameran seni rupa di Galeri Sonokembang itu.

Octaviani Setya menulis pada 8 September 2016:

"We're moving to a new space this week. Provoke! Magazine Surabaya is moving to SKALE Creative Space at Jl. Sono Kembang no. 2 Surabaya (ex- Hotel Sono Kembang). Come and have a talk over a cup of tea at our lovely terrace 😊"

Saat menjadi Skale Creative Space banyak sekali acara-acara kesenian di Sonokembang. Juga aktivitas anak muda yang kreatif di dalam serta di halamannya. Ramai sekali.

Kali terakhir saya menyaksikan pameran lukisan Jansen Jasien (perupa Sidoarjo).bersama Fabiola Natasha,  Redi Murti, Rakhmad Dwi Septian, Veronica Ajeng pada 30 November 2019.

Saya juga dapat undangan untuk menghadiri pembukaan pameran lukisan @urbanartconsortium pada 29 Oktober sampai 12 November 2023. Tapi saya tidak bisa hadir. Saya menugaskan dua mahasiswa Unesa yang sedang magang untuk meliput acara kesenian itu.

Ahad pagi, Hari Kartini, 21 April 2024, saya penasaran dengan ruang seni di eks Losmen Sonokembang. Saya sengaja gowes di Jalan Sonokembang. Nuansa seninya tidak ada lagi. Nuansa hotel atau losmen tempo doele juga hilang.

Pintu pagarnya tertutup rapat. Tidak ada lagi kafe atau resto yang membuat kita punya alasan untuk masuk dan menikmati suasana khas tempo doeloe. Kelihatannya jadi tempat persewaan mobil.

Hotel Brantas di sebelahnya sudah lama dibongkar dan dibangun apartemen mewah. Eks Losmen Sonokembang pun naga-naganya tinggal menunggu waktu saja. 

BACA JUGA


Minggu, 21 April 2024

Nostalgia Hotel Brantas Surabaya di Jalan Kayoon - Berubah Jadi Apartemen Mewah di Tengah Kota

Rupanya banyak orang yang mencari Hotel Brantas Surabaya di mesin pencari Google. Mungkin dikira Hotel Brantas masih eksis. Biasanya orang-orang lawas. Mbah Gugel biasanya mengarahkan ke amahurek.blogspot.com.

Artikel lama "daftar hotel di Surabaya tahun 1950" cukup populer di Amahurek. Ada nama Hotel Brantas di daftar telepon tempo doeloe yang saya contek dari buku Penundjuk Telepon Surabaja tahun 1954.

Hotel Brantas di Jalan Kayoon 72-88 Surabaya termasuk salah satu hotel tua di Surabaya. Sejak zaman Belanda sudah ada. Di daftar hotel tahun 1926 ada nama Hotel Brantas di Kajoonstraat, Soerabaia. Ada juga Hotel Slamet di Bongkaranstraat. Kemudian Hotel Oranje di Toendjoenganstraat.

Sayang, hotel-hotel tempo doeloe itu surut satu per satu. Bangkrut. Ada yang dibongkar lalu dibangun gedung baru. Bisa hotel modern atau rumah toko atau kantor biasa.

Hotel Brantas juga tak jauh berbeda nasibnya. Tahun 1990-an sudah merosot meski masih banyak tamu. Tahun 2000-an makin sepi. Namun, masyarakat masih memanfaatkan aulanya yang luas untuk resepsi mantenan, pertemuan, seminar dan sebagainya.

Kawan satu kantor, Agus Wahyudi, dulu mantenan di Hotel Brantas. Suasananya masih klasik dan bagus meski tidak semewah hotel kelas atas macam Hyatt, Westin, Majapahit, atau Shangri-La. 

Saya juga beberapa kali menghadiri diskusi, seminar, atau jumpa pers di situ. Lalu perlahan-lahan Brantas Hotel surut dan tenggelam. Kemudian ditutup rapat dengan pagar seng.

Simsalabim, dalam waktu singkat sudah berdiri gedung jangkung nan modern. Apartemen Praxis. Suasana hotel lawas yang redup berubah jadi keren dan moderen. Apartemen macam Praxis ini memang sedang booming di berbagai kawasan Surabaya.

Tak jauh dari Hotel Brantas ada Hotel Sonokembang. Sama-sama hotel lawas. Satu manajemen. Tempo doeloe direkturnya Tuan K. Blanken orang Belanda.

Losmen Sonokembang beberapa kali berubah fungsi. Jadi kafe, galeri lukisan, tempat live music, dan entah apa lagi. Dulu sempat ramai tapi lama-lama juga redup.

Ahad pagi, 21 April 2024, Hari Kartini, saya gowes di kawasan Jalan Gubeng, belok kiri Siloam Hospital lalu masuk Jalan Sonokembang. Rupanya kafe sudah tutup lama. Sekarang jadi tempat rental mobil kalau tidak keliru. Bangunannya pun sudah dikepung apartemen.

Naga-naganya eks Losmen Sonokembang ini juga bakal habis. Jadi perluasan Praxis Apartment yang membutuhkan lahan baru di sekelilingnya. 

BACA JUGA