Jumat, 13 September 2024
Pater Dr Markus Solo SVD, Poliglot Hebat dari Flores Timur, Pendamping dan Penerjemah Paus Fransiskus
Kamis, 12 September 2024
Mendampingi Karin, keponakan yang kuliah di Stikes RKZ Surabaya
Ada & Tiada! 10 Seniman Jatim pamer karya tiga dimensi di Galeri Prabangkara Surabaya
Rabu, 11 September 2024
Misa Paus Fransiskus di Timor Leste cetak rekor dunia! Ordinarium Gregorian VIII bukan Misa Lauda Sion ala Jakarta
Selamat Jalan, Om Eddie Samson, Tokoh Cagar Budaya Surabaya!
Kamis, 05 September 2024
Ordinarium Misa Lauda Sion dalam Misa Bersama Paus Fransiskus dan Paus Yohanes Paulus II
Rabu, 04 September 2024
Misa Live Streaming Paus Fransiskus di Surabaya, Belajar Sedikit Liturgi Bahasa Latin
Pastor Markus Solo Kewuta SVD Jadi Pendamping dan Penerjemah Paus Fransiskus Selama di Indonesia
Minggu, 25 Agustus 2024
Raja Jawa kali ini agak kendor menuju musim gugur
Kamis, 22 Agustus 2024
Jangan main-main dengan Raja Jawa! Bisa celaka
Kamis, 15 Agustus 2024
Njanjian untuk Sekolah Rakjat - Ingat Ebes Suka Nyanyi Bebaskan Irian
Ayas baru terima kiriman buku lawas Njanjian untuk Sekolah Rakjat dari rekan di Malang. Buku langka. Diterbitkan tahun 1960 oleh Balai Pustaka.
Rupanya buku nyanyian ini dipakai anak-anak SR di seluruh Indonesia tempo doeloe. Ayas jadi paham sekarang mengapa begitu banyak lagu karangan Ibu Soed, Pak Dal, atau Kusbini yang sangat populer sampai hari ini.
Ayas juga jadi ingat mendiang Ebes di kampung pelosok Lembata yang senang banget menyanyikan lagu Bebaskan Irian. Ayas diajari lagu ini tapi lupa syairnya. Nada-nadanya muncul kembali setelah membaca teks lagu Bebaskan Irian di buku lawas ini.
Ternyata dulu ada 7 lagu wajib untuk anak SD (sekarang SR). Wajib dihafalkan. Salah satunya Bebaskan Irian ciptaan GWR Sinsu/Derachman.
Enam lagu wajib yang lain:
Indonesia Raya (WR Soepratman)
Bagimu Negeri (Kusbini)
Maju Tak Gentar (C. Simandjuntak)
Satu Nusa Satu Bangsa (L. Manik)
Dari Barat sampai ke Timur (R. Surarjo)
Merah Putih (Ibu Sud)
Ternyata lagu Dari Sabang sampai Merauke yang kita hafal sampai sekarang syair aslinya adalah Dari Barat sampai ke Timur. Bisa jadi lagu ini ditulis sebelum Irian Jaya atawa Papua belum dibebaskan.
Lagu Bendera Putih pun judul aslinya Merah Putih. Tidak pakai bendera.
Membaca buku nyanyian SR masa lalu ibarat nostalgia. Mengenang masa anak-anak doeloe. Belajar menyanyi, belajar baca notasi di papan tulis hitam pakai kapur tulis Cap Sarjana.
Bapak Guru mengetuk irama dengan penggaris panjang. "Maju tak gentar membela yang benar..."
Kalau zaman sekarang: "Maju tak gentar membela yang bayar..."
Senin, 22 Juli 2024
WR Soepratman, Indonesia Raya versi asli 6/8, hingga tuduhan menjiplak Pinda-Pinda Leka-Leka
Karyawan cerdas pamit, murid lebih pintar ketimbang gurunya
Sabtu, 13 Juli 2024
Partitur Paduan Suara Lawas Hymne Airlangga, Enak dan Berkesan
Rabu, 03 Juli 2024
Nyambangi Perpustakaan C20 Surabaya Perpanjang Kartu Anggota
Senin, 01 Juli 2024
Jawa Pos 75 Tahun, Nasionalisme The Chung Shen di Kembang Jepun
Sabtu, 29 Juni 2024
Mampir baca buku di markas PMKRI Surabaya
Novel Only a Girl karya Lian Gouw, potret Tionghoa antek-antek Belanda yang sangat benci Hwana (pribumi) di masa transisi
Koreografer Sri Mulyani membuka kelas tari gratis bagi anak disabilitas di Surabaya
Rabu, 26 Juni 2024
Foto tua nawak-nawak lawas di sekolah tua Ngalam
Rabu, 19 Juni 2024
Usai, seusai, setelah, sesudah, selepas
Selasa, 18 Juni 2024
Pater John Lado SVD Menikmati Sunyi di Graha Wacana Ledug Prigen Tiada Jejak Digital
Sabtu, 15 Juni 2024
Satpam gereja haleluya juga galak dan ketus
Kamis, 13 Juni 2024
Paus Fransiskus: Khotbah Pastor Paling Lama 8 Menit agar Umat Tidak Ngantuk
Senin, 10 Juni 2024
Pater Anton Kedang SVD Berpulang di Surabaya - Pastor yang Inspiratif dari Lembata
Minggu, 09 Juni 2024
Sekolah Kedinasan STMKG Kuliah Gratis, Dapat Gaji Bulanan, Lulus Dijamin Jadi PNS
Cawe-Cawe Bung Karno di Pulau Flores, Pentas 12 Sandiwara di Gereja Katolik Ende
Bulan Juni ini bulan Bung Karno. Gebyar bulan BK tahun ini agak kurang. Setidaknya di Surabaya. Bisa jadi karena Jokowi sudah minggat dan menggembosi PDI Perjuangan - partai yang identik dengan BK.
Biasanya padat sekali acara-acara untuk mengisi bulan BK di Surabaya. Kajian-kajian tentang BK sejak lahir di Surabaya, sekolah di Mojokerto, masuk HBS di Surabaya, indekos di Peneleh, jadi mahasiswa di Bandung, jadi pemikir pejuang, diasingkan ke Pulau Flores, hingga jadi proklamator dan presiden sangat menarik.
Tak habis-habisnya bicara tentang BK. Ada banyak sudut yang bisa dikupas. Belum lagi daftar nama istrinya yang lumayan banyak.
"Inggris kita linggis, Amerika kita setrika!" teriak BK sang singa podium.
Minggu pagi ini, 9 Juni 2024, ada grup yang membagi foto BK saat dibuang ke Ende Flores, 1934-1938. Foto diambil dari majalah Hoakiao. Gambar ini sangat langka karena tak banyak orang yang langgan dan simpan majalah Hoakiao.
Saya jadi ingat majalah tua masa Hindia Belanda itu. Kantor redaksi majalah Hoakiao di Tepekongstraat Surabaya. Dekat kelenteng di pojokan Slompretan itu. Sekarang jadi Jalan Coklat, Kelurahan Bongkaran.
Ada satu gedung tua di Jalan Coklat. Pojokan Jalan Teh. Kemungkinan bekas kantor majalah Hoakiao, surat kabar Swara Publiek, dan majalah roman bulanan Penghidoepan. Sangat terkenal Tepekongstraat di zaman Hindia Belanda.
Kembali ke BK yang diasingkan ke Flores, pulau terbelakang pada tahun 1930-an. Sekarang pun kayaknya masih dianggap terbelakang juga. Tidak banyak orang Jawa yang tahu Pulau Flores, Lembata, Solor, Adonara, Alor, Pantar, Rinca, Komodo dan pulau-pulau lain di NTT.
Semasa pembuangan di Flores, BK sering mampir ke pastoran katolik. Ngobrol, diskusi dengan pater-pater SVD asal Belanda. Pater juga menyediakan tempat pertunjukan sandiwara yang ditulis BK sendiri.
BK ini bukan saja politikus, pemikir, pejuang, tapi juga seniman. Jago melukis, ngarang lagu, memimpin paduan suara hingga menulis naskah sandiwara. Naskah-naskahnya selalu ada muatan perjuangan mencapai Indonesia merdeka.
BK membentuk Toneel Kelimutu. Mencari pemain sendiri, melatih para pemain, menyediakan properti, kostum dsb untuk pentas di aula paroki. Ada 12 lakon yang pernah dipentaskan selama masa pengasingan di Flores.
Adapun 12 lakon itu:
1. Rendo
2. Dr. Setan
3. Kut-Kut Bi;
4. Pengaruh Cinta
5. Dr. Djula Gubi
6. Sanghai Rimba;
7. Ero Dinamit (Tukar Jantung tahun 1945)
8. Amuk
9. Rahasia Kelimutu
10. Rahasia Kelimutu II
11. Nggero Ende
12. Maha Iblis
BK telah meramalkan 'tukar jantung' dari Belanda ke Indonesia lewat sandiwara Ero Dinamit.
Cerita tentang Kelimutu, danau tiga warna di Flores - merah, putih, hijau - bakal berubah jadi dua warna saja: merah, putih.
Obsesi BK tentang kemerdekaan Indonesia memang luar biasa. Ibarat ahli nujum yang sangat jitu.
Ketua RI sekarang perlu ngopi dan membaca kembali cerita-cerita tempo doeloe tentang BK dan perjuangannya. Tidak perlu lagi cawe-cawe, blusukan, bagi-bagi bansos, otak-atik aturan main konstitusi.
Merdeka!!!