Kaset Incognito ini terselip di buku lawas nan berdebu. Relasi Historis Kekerabatan Bahasa Flores karya Dr Inyo Yos Fernandez (UGM).
Kaset-kaset tinggal kenangan. Sudah bertahun-tahun kita orang tak lagi mendengar musik dari kaset analog. Semuanya digital. Sekarang tinggal dengar di HP jutaan lagu tersedia.
Kaset Incognito itu ada kenangannya. Ada tanda tangan Jean-Paul 'Bluey' Maunick, band leader, produser, arranger, gutaris, penyanyi band aliran acid jazz asal Inggris itu. Orangnya kelihatan galak tapi ramah.
Sayang, sampul kaset Incognito yang ada tanda tangan Mr Maunick itu sudah hilang. Tinggal kaset pita aja.
Saat itu Incognito bikin live concert di Hotel Shangri-La, Surabaya. Saya nonton sekaligus dapat tugas mewawancarai beberapa musisi Incognito. Tokoh utamanya ya Jean-Paul 'Bluey' Maunick.
Bahasa Inggrisku sangat buruk saat itu. Sekarang pun masih buruk tapi sedikit lebih baik ketimbang 10 atau 15 tahun lalu. Obrolan dengan Mr Maunick ternyata asyik meski bicaranya cepat, mengalir, kadang gak jelas khas British English.
Saya memang kesulitan mengikuti kalimat-kalimat British English dari native speaker macam Mr Maunick ini. American English lebih jelas dan mudah dipahami seperti saat wawancara dengan Konjen USA Mr Wakin atau Mr Pollard dulu.
Acid jazz yang diusung Incognito Band ini memang asyik. Cocok untuk orang-orang yang senang party atau dugem. Beda dengan mainstream jazz ala Bubi Chen di Surabaya dulu.
Tidak banyak band di Indonesia yang bermain di genre acid jazz. Salah satunya The Groove. Itu pun sudah lama bubar.