Kamis, 13 Juli 2023

Ratu renang Nancy Suryaatmadja ikut lomba renang di laut Bali bersama mamanya Naniek Soewadji

Nancy Suryaatmadja bersama Omar dan Naniek Soewadji seusai mengikuti lomba renang internasional di Bali.


Tiga generasi ikut lomba renang di laut. Jumat, Sabtu, dan Minggu 7 - 9 Juli di Pantai Hotel Intercontinental Bali.

Tiga generasi itu Naniek Soewadji mantan ratu renang Asia Tenggara. Naniek memborong 11 medali emas dan satu perak PON 1977. Juga memecahkan 10 rekor nasional dan 12 rekor PON.

Naniek juga memborong 5 medali emas SEA Games 1977. Alumnus sekolah Tionghoa di Kapasari Surabaya itu juga memecahkan 6 rekor SEA Games dan 3 rekor nasional.

Nah, dalam lomba renang di perairan Bali ini Naniek Soewadji ditemani dua anaknya, Nancy Suryaatmadja dan Omar beserta tiga cucunya. Di usia 67 tahun, Naniek masih kuat berenang jarak jauh. "Buat cari keringat aja," katanya.

Saya hubungi Nancy Suryaatmadja. Perenang ini sangat kondang di Surabaya pada era 2000-an. Nancy Suryaatmadja (lahir 5 Februari 1984) juga jago seperti mamanya. Nancy memborong 7 emas dalam PON 2008 di Kalimantan Timur. Sumbangan emas Nancy membuat Jatim ,,jaya luar biasa" begitu slogan kontingen Jatim dulu.

Sayang, Nancy keburu mundur setelah dapat banyak emas + bonus selepas PON 2008. Tidak sempat jadi ratu renang Asia Tenggara. Padahal Indonesia sangat perlu atlet-atlet cabang olahraga akuatik. Cabor itulah yang paling banyak persediaan medali emas.

"Dari mana dapat nomorku?" Nancy bertanya.

"Biasalah... dari Mr Satwa."

"Hehehe... Itu omku."

Menurut Nancy, berenang di perairan Bali ini bukan untuk meraih prestasi. Tak ada target. Di usia 39 tahun dia hanya menjaga kondisi. Sudah lama pensiun jadi atlet. Sekarang fokusnya adalah mencetak atlet-atlet renang baru di Surabaya dan Jawa Timur... dan Indonesia.

Kontingen Jawa Timur sudah lama punya masalah. Yakni belum punya atlet unggulan penyumbang medali emas sehebat Nancy. Karena itu, Jatim selalu ketinggalan dari Jawa Barat dan DKI Jakarta.

"Kita butuh Nancy-Nancy yang baru."

"Jangan khawatir. Tidak lama lagi bakal muncul."

"Sudah ada calonnya?"

"Hehehe... Ada deh."

Nancy ini enak diajak ngobrol. Meski terkenal, berprestasi, dia cepat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan olahraga renang. 

"Acara renang di Bali sudah selesai. Asyik juga," katanya.

Rabu, 12 Juli 2023

Tun Mahathir Mohamad genap 98 tahun masih galau dengan nasib orang Melayu

Dr Mahathir Mohamad baru saja genap 98 tahun. Selamat hari jadi. Panjang umur dan terus berpolitik untuk Malaysia. Khususnya memperjuangkan nasib orang Melayu.

Tun Mahathir bukan orang sembarangan. Politikus kawakan ini sangat lama jadi perdana menteri Malaysia. 22 tahun. Tak kenal pensiun. Bahkan, di usia jelang satu abad pun Mahathir terus melakukan manuver politik.

Mahathir bersama koalisi Pakatan Harapan berhasil menumbangkan PM Najib Razak dari UMNO. Mahathir pun jadi PM selama 22 bulan. Itu juga berkat jasa partai berbasis Tionghoa dan India bernama DAP: Democratic Action Party.

PM Mahathir dijatuhkan rekan-rekannya sendiri. Orang Melayu semua. Tapi kini Mahathir terlihat sangat anti DAP. Dia melihat DAP dan orang Tionghoa di Malaysia sebagai ancaman untuk orang Melayu. Padahal, katanya, Malaysia itu negara Melayu. Orang Tionghoa, Tamil, India sejatinya cuma pendatang.

Karena itu, hak-hak para imigran ini tidak bisa disamakan dengan orang Melayu. Dan itu disebut jelas di "pelembagaan" atau konstitusi. Mahathir khawatir orang Melayu yang sudah lemah di bidang politik bakal terpuruk pula di kuasa politik. Mengingat DAP dengan 40 kursi merupakan partai terbesar di pemerintahan PM Anwar Ibrahim.

Masih dalam suasana hari jadinya ke-98, Tun Mahathir jalan-jalan ke pusat perbelanjaan di Kuala Lumpur. Ia terkesan dengan kehebatan orang Tionghoa Malaysia mampu membangun shopping center yang modern. Tidak kalah dengan di London, Tokyo, Seoul. 

Namun, di balik keindahan dan kemewahan pusat belanja itu, Mahathir yang leluhurnya orang India jadi ingat nasib orang Melayu. Lalu Tun M menulis artikel atau pernyataan politik. Masih sama nadanya. Memperjuangkan hak-hak orang Melayu. Menganggap orang Chinese di Malaysia sebagai ancaman.

A SHOPPING COMPLEX

By Dr Mahathir bin Mohamad

1. I visited one of the newest shopping complexes in Kuala Lumpur.
2. I was impressed.
3. It is not a shopping complex. 
4. It is a town, a fully air-conditioned town protected from the sun and rain.
5. There are streets lined with brand named shops, with products displayed beautifully.

6. There are restaurants and supermarkets.
7. Outside more streets, paved, lined by beautifully designed shops.
8. Then there are high rise condos.
9. It is a fantastic development and must have cost billions.
10. I toured the shopping area on a buggy. Too long to walk.

11. I am sure the project belong to Malaysian Chinese. 
12. It is more grand than the shopping complexes in London, Tokyo or Seoul, Korea.
13. I feel proud.
14. Really the Malaysian Chinese have good ideas and the money to realise these ideas.
15. Much of development in this country are by the Malaysian Chinese.

16. The Malays cannot do it.
17. They don't have the money or the ideas.
18. Their shops are the stalls on the roadside, ramshackle affairs, with blue plastic roofs.
19. Yes, there are Malays who have made good, but there are so few of them.
20. The Malays accepted that the Chinese dominate the economy.

21. They are very good in business.
22. The Malays cannot compete against them.
23. But in the past the Malays dominate the political arena and the administration.
24. So there was a balance.
25. But not now. Now the Chinese are also politically powerful.

26. And they intend to be even more powerful.
27. If they dominate the political arena also, what is there left for the Malays.
28. Is it wrong for the Malays to try to regain a little of their former political dominance.
29. Yes, they are striving for Malay unity.
30. It is not against the Chinese.

31. For over 60 years the Malays dominated the Government.
32. But it was during that time that the Chinese of Malaysia greatly prospered.
33. If the Malays regains the political power, the Chinese would still be needed to prosper the nation.
34. The country would still be a Malay country. It had always been a Malay country.
35. The population may be multiracial.

36. But it does not mean that this country has ceased to be a Malay country.
37. In other countries where migrants settle, they become assimilated.
38. The Malays made a concession to accommodate Chinese and Indians migrants.
39. They need not be assimilated upon gaining citizenship.

40. But that does not mean that the identity of this country must change.
41. By all means make money in Malaysia.
42. Build your super shopping towns.
43. But do not deprive the Malays of their country and their history.
44. Allow the Malays to have their share.

Selasa, 11 Juli 2023

Kalimat-kalimat Dahlan Iskan yang sudah pendek makin pendek di era media sosial

Dahlan Iskan sudah 71 tahun. Hari jadinya saban 17 Agustus. Cukup tua. Tapi masih rajin menulis. Saban hari. Menulis kolom untuk Disway. Kemudian dimuat juga di portal-portal dan media-media lain.

Gaya Pak Bos, sapaan akrab Dahlan Iskan di Grup Jawa Pos, belum berubah. Kalimatnya pendek-pendek. Tak ada kalimat majemuk. Macam ini. 

 "Coba kalimat Anda dipotong. Dijadikan 3 kalimat pendek," kata Pak Bos kepada wartawan muda.

Pak Bos sering sidak ke ruang reporter, redaktur, penata letak, desain grafis, dsb. Tapi paling sering muncul tiba-tiba di meja wartawan. Diam-diam Bos membaca tulisan wartawan. Khususnya lead. Alinea pertama jadi kunci.

"Lead Anda jelek. Ganti! Sekarang!" perintah Bos dengan suara khasnya.

Saya selalu ingat "rukun iman" soal kalimat pendek itu. Bos juga masih sering mengulang ajaran lama itu dalam berbagai wawancaranya di YouTube. Kalimat-kalimat panjang membuat pembaca kelelahan. Sulit mengerti. Pusing. 

Dahlan Iskan menulis:

"Saya juga selalu mengajarkan agar dalam menulis kalimat-kalimatnya harus pendek. Kalimat pendek, begitu saya mengajar, akan membuat tulisan menjadi lincah.

Kalimat-kalimat yang panjang membuat dada pembaca sesak. Semakin pendek sebuah kalimat, semakin membuat tulisan itu seperti kucing yang banal. 

Apalagi kalau di sana-sini diselipkan kutipan omongan orang. Kutipan itu — direct quotation — juga harus pendek-pendek.

Mengutip kata seorang sumber berita dalam sebuah kalimat panjang sama saja dengan mengajak pembaca mendengarkan khotbah. Tapi, dengan selingan kutipan-kutipan pendek, tulisan itu bisa membuat pembaca seolah-olah bercakap-cakap sendiri dengan sumber berita."

Itu kutipan tulisan Dahlan Iskan di koran Jawa Pos sekian tahun lalu selepas ganti hati di Tiongkok. Kemudian dijadikan buku Ganti Hati.

Sekian tahun kemudian media sosial (medsos) merajalela. Internet jadi kebutuhan. Semua orang baca berita, cari informasi apa saja di internet. Tinggal buka ponsel.

Gaya penulisan Pak Bos pun kelihatannya berubah. Menyesuaikan dengan gaya medsos. Kalimat-kalimat Pak Bos yang sudah pendek jadi makin pendek. Sering cuma satu kata. Tak ada lagi pola SPO atau SPOK seperti pelajaran bahasa Indonesia di SD dan SMP tempo doeloe.

Berikut contoh tulisan Dahlan Iskan. Judulnya Banjir Tuhan. 

Juli belum lagi tanggal 10. Hujan sudah datang lagi. Lebat. Panjang. Di mana-mana. Sampai heboh di medsos. Lumajang banjir besar. Bali banjir besar. 

Hujan apakah ini?

Harusnya musim hujan 2022/2023 sudah lewat. Berakhir dua bulan lalu. Harusnya, musim hujan yang akan datang belum tiba. Masih jauh. Oktober depan.

Jumat-Sabtu lalu di Lumajang, Jatim, hujan tidak berhenti. Dua hari. Siang-malam. Hanya reda sebentar menjelang tengah hari.

"Habis Jumatan hujan lebat lagi. Sampai Sabtu. Tidak ada redanya. Listrik padam," ujar Imam, sahabat Disway di lereng gunung Semeru.

Minggu, 09 Juli 2023

Ade Armando pertanyakan mengapa orang Tionghoa dilarang memiliki tanah di Jogjakarta

Sentimen ras + agama lagi marak di Malaysia. Itu biasa dikobarkan politisi jelang pilihan raya umum (PRU) dan pilihan raya negeri (PRN). Partai-partai berbasis Melayu sengaja mengangkat sentimen anti Tionghoa untuk meraih dukungan rakyat.

Masalah SARA di Malaysia kian gawat ketika Tun Mahathir Mohamad angkat bicara. Saban hari mantan perdana menteri itu bicara soal terancamnya Melayu, Islam, bumiputra.

Arahnya jelas. Tun M tengah menggoyang pemerintahan PM Anwar Ibrahim. Sebab salah satu partai koalisi Anwar adalah DAP (Democratic Action Party), partai berbasis Tionghoa. DAP ini punya kursi terbanyak di Unity Government pimpinan PM Anwar Ibrahim. Isu ras + agama bisa bikin pecah Malaysia yang memang sudah rentan dari sananya.

Indonesia pun kerap diembuskan isu SARA jelang pemilu. Isu ras + agama paling kencang digoreng saat pilkada Jakarta. Ahok tumbang karena politisasi agama dan ras. Ahok juga masuk penjara selama dua tahun.

Indonesia mulai memasuki tahun politik. Pemilu dilaksanakan bertepatan dengan Hari Valentine 14 Februari 2023. Berbagai pihak sudah ingatkan partai-partai, politisi, caleg-caleg, tim sukses agar tidak goreng isu SARA. Bahaya!

Kasus SARA di DKI Jakarta masih berefek sampai sekarang. Kemudian Cebong vs Kadrun pun tidak habis-habis di media sosial. Padahal Prabowo sudah lama digandeng Jokowi. Jadi salah satu ,,menteri kanan" alias menteri penting di Kabinet Jokowi.

Minggu pagi, 9 Juli 2023. 

Dr Ade Armando, sosiolog, dosen UI, dan sekarang politisi PSI menulis narasi di media sosial. Isu lama bahwa orang Tionghoa tidak boleh punya hak milik tanah di Yogyakarta. Peraturan Sultan Jogjakarta itu diberlakukan sejak awal kemerdekaan sampai sekarang. 

Dr Ade Armando menulis:

"Apa yang terjadi di DI Yogyakarta tak boleh terus didiamkan. Di Daerah Istimewa itu, warga Tionghoa DILARANG MEMILIKI TANAH. Jadi cuma boleh punya Sertifikat Hak Guna Bangunan, tapi tidak boleh punya Sertifikat Hak Milik tanah.

Ini diskriminasi terang-terangan.
Ini sepenuhnya bertentangan konstitusi kita.

Apa beda warga Tionghoa dengan warga Jawa, atau Sunda, atau Minang, atau Arab?
Semua adalah warga Indonesia.
Saya heran bahwa ini bisa terjadi dan dibiarkan di Indonesia.

Semoga warga Yogya mau mendesak pemerintah di sana untuk mengubahnya."

Mengapa Sultan Jogja membuat aturan macam itu? Melarang orang Tionghoa memiliki tanah di Jogja. Sudah terlalu banyak artikel di internet. Intinya, Raja Jogja kecewa karena orang Tionghoa di Jogja dianggap tidak pro kemerdekaan tapi justru ikut bantu pasukan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia. 

"Agresi Militer II Belanda, ulan Desember 1948. Saat itu komunitas China yang ada di Yogyakarta justru berpihak dan memberikan sokongan ke Belanda yang sebelumnya sudah menjajah Indonesia selama 350 tahun. Sejak itulah Sultan HB IX kemudian mencabut hak kepemilikan tanah terhadap etnis China di Yogyakarta. Tahun 1950, ketika NKRI kembali tegak dan berhasil dipertahankan dengan keringat dan darah, komunitas China akan eksodus dari Yogyakarta.

Namun Sultan HB IX masih berbaik hati dan menenangkan mereka meskipun nyata-nyata telahberkhianat. "Tinggallah di Jogja. Tapi maaf, saya cabut satu hak Anda, yaituhak untuk memiliki tanah."

Demikian antara lain petikan artikel di Suara Merdeka, koran lama terbitan Semarang. Apakah Ade Armando dkk mampu mengubah aturan Sri Sultan soal kepemilikan tanah di Jogja?

Yang jelas, topik ini sudah sering dibahas di grup-grup media sosial. Bahkan sudah beberapa kali ada gugatan class action. Tapi gagal semua. Sebab Jogja itu daerah istimewa. Jogja punya UU sendiri tentang keistimewaan kuasa sultan, hak atas tanah, bangunan dsb.

Kelihatannya bertentangan dengan konstitusi UUD 45. Tapi titah dan sabda raja sering di atas semua undang-undang. 

Sabtu, 08 Juli 2023

Tebak skor Persebaya vs Barito tidak ada yang menang

Dulu ada kebiasaan main tebak skor bola. Biasanya saat ada kejuaraan besar. Misalnya, Euro atau Piala Dunia. Ayas juga sering diajak ikutan. Kadang kalah, peluang menang 60% saja.

Kebiasaan tebak skor ini ada hubungan dengan nobar (nonton bareng) siaran langsung sepak bola di televisi. Nah, setelah semua orang bisa nonton sendiri-sendiri di ponsel, nobar bola pun tak ada lagi. Itu mulai terasa sejak Piala Dunia di Rusia kalau tidak salah. Acara nobar tidak laku.

Eh, tadi ada kawan lama ajak tebak skor. Ayas pegang Persebaya. Dia pegang Barito. Ayas yakin menang IDR 100 karena Persebaya main di rumahnya GBT. Kualitas Barito lebih bagus, katanya.

Ayas pun nonton Persebaya vs Barito di ponsel. Aplikasi Vidio. Lumayan seru. Sayang, Persebaya ketinggal dulu. Kemudian dibalas. Skor akhir 1-1. Tidak ada yang menang. Harapan dapat uang mudah 100 ribu pun hilang. Sebaliknya, Ayas tidak perlu keluar duit 100.

Apakah tebak skor ini sejenis judi? Bisa ya, bisa tidak. 

Tapi, yang pasti, Persebaya Surabaya harus lebih tajam lagi kalau ingin jadi juara Liga 1 musim ini. Hasil seri atas Barito tidak terlalu buruk. Tapi, ya, kalau bisa sih menang terus saat bermain di GBT.

Perjalanan masih sangat panjang. Baru 2 laga yang dijalani. Total ada 34 laga. Jutaan Bonek tentu sangat berharap Persebaya bisa angkat trofi di akhir musim. Sebab sudah terlalu lama Green Force puasa gelar. 

Kerudung misa marak lagi di Jawa Timur

Tidur awal membuat bangun cepat. Subuh sudah terjaga. Azan Subuh berkumandang dari berbagai penjuru. Manusia diajak sembahyang. 

Ayas cuci muka. Lalu buka telepon genggam. Lihat misa streaming. Meski pandemi sudah dinyatakan selesai, misa online masih banyak diadakan. Khususnya misa harian. 

Gereja Katedral Malang sudah lama melarang misa streaming hari Minggu. Gereja-gereja di Surabaya juga sudah jarang bikin streaming Sunday Mass. Kalau misa bahasa Inggris dari US, Kanada, atau Australia sih gak ada matinya.

Iseng-iseng Ayas buka Facebook. Oh, ada misa streaming dari Gereja Redemptor Mundi, Surabaya. Sudah masuk Tuhan Kasihanilah Kami. Ayas ikut misa di paroki yang digembala imam-imam Ordo Dominikan (OP) itu.

Yang menarik, lektor wanita pakai kerudung. Pakai masker juga. Kerudung misa atau biasa disebut mantila dulu biasa dipakai wanita Katolik yang pigi sembahyang di gereja. Karena itu, dulu di NTT ada Sekolah Kepandaian Putri yang melatih anak-anak wanita untuk merajut kerudung, taplak meja, dsb. Kerudung juga biasa disebut tudung.

Namun, sejak ada reformasi internal dalam Gereja Katolik, Konsili Vatikan II, kerudung misa tak lagi dipakai. Meskipun tidak ada larangan pakai kerudung alias mantila (bukan Mantili pendekar pedang setan). Tahun 80-an masih ada beberapa ibu yang pakai kerudung ke gereja. Tapi lama-lama menghilang.

Setelah hampir tiga dasawarsa, kerudung lawas itu muncul kembali di Gereja Katolik. Bersamaan dengan tumbuhnya komunitas misa bahasa Latin atawa Misa Tridentina di sejumlah kota besar. Model ekaristi lama itu memang mewajibkan para wanita pakai mantila alias kerudung. 

Nah, para praktisi Latin Mass ini kerap memakai kerudung dalam misa-misa biasa bersama umat lainnya. Awalnya terasa aneh tapi lama-lama biasa. Apalagi ada banyak artikel tentang mantila di internet. 

Biasanya wanita yang sudah terbiasa pakai mantila tidak enak kalau tidak pakai tudung kepala itu. Seperti wanita muslim yang bertahun-tahun pakai jilbab atau hijab diminta melepas penutup rambutnya itu. 

"Saya lebih mantap ikut misa kalau pakai kerudung," kata seorang perempuan yang pernah jadi aktivis Misa Tridentina.

Meski Misa Tridentina ini sudah (hampir) tidak ada lagi, sejak Paus Fransiskus berkuasa, wanita setengah tua itu tetap pakai kerudung saat misa. Gaya busananya pun berubah. Kalau dulu biasanya pakai celana jins, celana panjang, baju kasual, bahkan kaos oblong, kini selalu pakai busana wanita saat ke gereja. Misalnya, gaun, rok, kain batik, dan sebagainya.

Ada dalil atau ayatnya di kitab suci. Kalau tidak salah di 1 Korintus soal tutup kepala wanita itu. 

Kamis, 06 Juli 2023

Betapa Sulit Mendengarkan Musik Secara Aktif ala Slamet Abdul Sjukur

Sudah 8 tahun tidak ada lagi PMS: Pertemuan Musik Surabaya. Sejak Slamet Abdul Sjukur meninggal dunia pada 24 Maret 2015. Saya cukup aktif mengikuti PMS dan seminar-seminar musik yang diadakan Mas Slamet.

Mas Slamet bukan musisi kacangan. Dia bapaknya musik kontemporer Indonesia. Guru piano, guru komposisi, orkestrasi, kontrapung, dsb. Mas Slamet selalu bicara dengan nada rendah. Tapi sangat menarik. Selalu ada humor kering di balik kata-katanya yang terkesan selalu serius.

Pagi ini saya dapat pesan dari orang NTT. Biasa, kutipan ayat Alkitab:

"....sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti."

Melihat tapi tidak melihat.
Mendengar tapi tidak mendengar.

Saya langsung ingat Slamet Abdul Sjukur. Dia tidak pernah kutip ayat-ayat kitab suci. Agamanya di KTP Islam. Tapi kalau ditanya apa agamanya, dijawab ,,musik". Mungkin hanya SAS yang mengaku beragama musik di Indonesia.

Dalam sebuah acara PMS di Jalan Ngagel, Wisma Musik Melodia, Mas Slamet bicara tentang ,,mendengarkan musik secara aktif". Active listening! Itu memang salah satu prinsip yang sangat ditekankan Mas Slamet dalam berbagai kesempatan.

Musik harus didengarkan secara aktif, kata Slamet. Tidak boleh dengar musik sambil main catur (olahraga kesukaannya), ngobrol, makan minum, atau kegiatan lainnya. Bahkan membaca buku pun tidak boleh diiringi musik.

 Lebih celaka lagi, memutar musik tapi tidak ada yang mendengarkan. Mendengar musik di YouTube sambil sibuk scrolling baca komen-komen, menjawab komen dsb pun jelas bukan active listening. Berbahagialah orang buta!

Mas Slamet tidak bisa menerima musisi atau kumpulan seniman yang main musik untuk mengiringi orang makan di restoran, ballroom hotel, dan sebagainya. Sebab penonton tidak akan fokus ke musik. Musik hanya didengarkan sambil lalu. Masuk telinga kiri keluar telinga kanan.

Musik itu semacam ,,agama" bagi Slamet Abdul Sjukur. Orkes memainkan musik ibarat liturgi atau ritual. Karena itu, para pemain dan pendengar harus sama-sama menaruh perhatian pada musik itu. 

,,Musik didengarkan dengan telinga. Jangan dengar musik pakai mulut," kata Mas Slamet saat mengkritik penonton sebuah konser musik di Surabaya.

Saat itu penonton di dekat Slamet sibuk omong sendiri, mengomentari musik yang sedang dimainkan di atas panggung. Mulut harus ditutup rapat saat konser berlangsung. Itu prinsip komponis asli Surabaya yang tinggal dan berkarya di Prancis selama 14 tahun itu.

Pagi ini saya baca artikel Slamet Abdul Sjukur di buku Sluman Slumun Slamet. Mas Slamet menulis:

,,Mendengarkan musik secara aktif. Kita tidak cukup hanya mendengar yang sedang terdengar. Kita perlu mempunyai daya ingat auditif untuk bisa menangkap hubungannya dengan yang sudah lewat.

Dan, selain itu, perlu punya inteligensi musikal untuk memperhitungkan arah yang sedang terdengar itu. Persis seperti di dalam permainan catur yang memerlukan ketajaman intuisi untuk melihat ke depan beberapa langkah."

Cukup berat ternyata tuntutan Mas Slamet untuk mendengarkan musik secara aktif. Apalagi kita di Indonesia. Boleh dikata 99 persen orang Indonesia mendengarkan musik secara sambil lalu alias tidak aktif. Orang lebih terpesona dengan penampilan biduan-biduan seksi, goyang ngebor, goyang gergaji, goyang kayang... buka titik josss!!