Semalam Kevin tiba-tiba muncul di warung dekat pohon beringin berselimut kain. Di kawasan Jolotundo, Trawas, yang sejuk. Tumben, Kevin bawa cewek cakep sekali. Rupanya baba Tionghoa dari Surabaya ini sudah dapat pacar.
'Anaknya gak iso bahasa Indonesia. Apalagi bahasa Jawa,' kata Kevin kepada Mbok Nur yang punya warung.
Ibu gemuk ini penghayat kejawen yang pinter ritual. Kevin pun biasa ritual bakar hio atau dupa di tempat petilasan yang dikeramatkan itu. Mbok Nur bingung karena gadis langsing itu sama sekali tidak bereaksi ketika ditanya dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.
'Dia asli dari Peru. Bisanya cuma bahasa Spanyol dan bahasa Inggris,' kata Kevin kepada saya.
Ketemu di mana kok dapat gadis Peru? Di media sosial, jawab Kevin sambil tersenyum bahagia. Khas orang yang lagi mabuk asmara.
Baba ini sudah berusaha cari gadis lokal. Sesama wong tenglang. Tapi sulit. Yang bukan tenglang juga angel atawa sulit. Karena itu, ia minta bantuan media sosial plus sembahyang bakar dupa dsb.
Rupanya media sosial sangat efektif di era globalisasi. Jarak jauh di Amerika Latin, beda negara, lain bangsa.. bukan lagi penghalang. Gadis Latin nan jelita itu pun terbang ke Surabaya. Nekat demi kekasihnya meski pandemi corona belum usai.
Sudah pernah dengar Indonesia sebelum ketemu pacarmu?
'Tidak pernah. Tahunya dari dia aja,' katanya.
Gak kesulitan dengan masakan Indonesia?
'Gak masalah. Enak kok,' katanya dalam bahasa Inggris khas non native speaker.
Malam itu listrik di warung Mbok Nur padam. Ada masalah dengan makelar listri di desa rupanya. Sehingga jaringannya diputus. Apa boleh buat, mbok pakai pelita atawa lampu minyak tanah. Ublik kata orang Jawa.
Cahaya pelita remang-remang kekuningan. Persis suasana di pelosok Lomblen NTT saat aku kecil dulu. Waduh, tamu jauh dari Peru kok disambut cahaya lampu ublik!
Maaf, ada masalah dengan jaringan listrik. Terpaksa pakai lampu minyak yang sangat sederhana.
'Oh, gak masalah. Aku suka kok suasana seperti ini,' kata si Nona Latin.
Mbok Nur lalu mengajak si Nona dan Kevin ke dalam. Makan-makan atawa dengar wejangan spiritual. Nona Latin terlihat senang meski berada di kampung yang listriknya mati.
Apa yang disampaikan kepada sejoli itu?
'Kalau memang sudah garis jodohnya ya dinikahi aja. Kita doakan yang terbaik,' kata Mbok Nur menjawab pertanyaan saya.
Malam kian larut. Mata kian berat meski sudah melahap kopi hitam dua gelas. Saya pamit pulang. Kevin dan Nona Latin pun rupanya kembali ke Surabaya.
Kalau cinta sudah melekat, lampu ublik di gubuk pun serasa di hotel berbintang.