Sabtu, 29 Juni 2024

Mampir baca buku di markas PMKRI Surabaya

Sabtu pagi, 29 Juni 2024. 

Libur akhir pekan. Tidak ke mana-mana. Maka saya gowes ke dalam kota. Biasanya cuma gowes di pinggir kota kawasan Tambak Oso, Cemandi, Banjar Kemuning, Gunung Anyar, hutan bakau.

Saat melintas di Gubeng tiba-tiba ada bisikan untuk mampir ke Taman Simpang Pahlawan. Margasiswa PMKRI Sanctus Lukas Surabaya. Gedung tua persis di samping Hotel Garden Palace.

Adik-adik aktivis PMKRI Surabaya rupanya masih tidur pukul 07.00. Ada lagu rohani karismatik haleluya terdengar lamat-lamat dari dalam.

Saya tak ingin mengganggu tidur adik-adik yang hampir semuanya asal Flores NTT. Toh, ada perpustakaan di bagian depan. Saya dulu menyumbang cukup banyak buku ke PMKRI. 

Saya pun tertarik membaca buku Tionghoa Indonesia dalam Krisis karya Charles A. Coppel. Sedikit banyak saya ingat bahasan di buku tersebut.

Oh.. ternyata buku itu sumbangan saya melalui Bung  Stenly Jemparut Ketua PMKRI Surabaya saat itu. Rupanya masih tersimpan rapi di dalam rak. Bisa jadi kurang diminati adik-adik mahasiswa di era digital sekarang.

Saya pun membaca kembali beberapa halaman buku itu. Khususnya bab tentang gerakan anti Tionghoa. Meski sudah pernah baca, dulu, buku lama itu masih punya pesona.

Semoga adik-adik anggota PMKRI masih mau membaca buku. Sayang kalau buku-buku bagus itu hanya jadi pajangan di lemari.

Pro ecclesia et patria!

Novel Only a Girl karya Lian Gouw, potret Tionghoa antek-antek Belanda yang sangat benci Hwana (pribumi) di masa transisi

Sudah lima atau tujuh tahun saya tidak membaca buku cetak sampai selesai. Biasanya cuma baca sedikit, jenuh, terganggu notifikasi wasap lalu berhenti. Apalagi kalau bukunya memang kurang menarik.

Tapi kali ini beda. Saya akhirnya bisa membaca tuntas novel Only a Girl karya Lian Gouw. Versi terjemahan bahasa Indonesia tentu saja. Versi asli dalam bahasa Inggris terlalu berat untuk orang Indonesia, khususnya saya, karena bahasa Inggris yang dipakai Lian Gouw sama dengan penutur asli di US atau UK.

Lian Gouw sudah puluhan tahun tinggal di US. Bahasa sehari-harinya English. Dia boleh dikata tidak bisa berbahasa Indonesia. Kemudian di masa tuanya belajar bahasa Indonesia.

 Lian Gouw bahkan jadi penutur dan penerbit buku-buku cerita berbahasa Indonesia yang sangat keras melarang kata-kata serapan. Harus pakai kata-kata bahasa Indonesia asli. Pakailah "rekaan", bukan fiksi.

Saya hanya perlu waktu dua hari untuk menyelesaikan novel yang diterbitkan Gramedia tahun 2009. Ceritanya memang sangat menarik. Tentang pergulatan orang Tionghoa elite antek-antek Belanda pada 1930-an hingga 50-an. Tionghoa yang sangat berpihak pada Belanda.

Lian Gouw menggambarkan gaya hidup, alam pikiran, hingga keseharian Tionghoa elite di Bandung yang jadi kaki tangan Belanda. Betapa mereka sangat merendahkan warga bumiputra atau pribumi yang diejek sebagai hwana. 

Ejekan dan hinaan untuk hwana ini sering terlontar dari mulut tokoh-tokoh utama dalam novel ini seperti Carolien dan Jenny putrinya. Jenny bentrok dengan Pak Sarjono karena tidak mau berbahasa Indonesia.

"Saya hanya mau berbahasa Belanda," kata Jenny murid cerdas, berani, antek Belanda.

Ibunya, tante-tantenya juga sama-sama gila Belanda. Mereka sepertinya ingin Belanda terus berkuasa di Hindia Belanda. Hwana-hwana tidak akan bisa mengurus negara sendiri, pikir mereka.

Saya pun mengapresiasi Lian Gouw yang menghadirkan cerita fiksi, eh rekaan, tapi berdasar pengamatan dan pengalaman Lian sendiri. 

Lian Gouw: "Terima kasih banyak Hurek atas pemberian waktu dan perhatiannya. Sebenarnya ada terjemahan yang lebih bagus: Mengadang Pusaran, penerjemah Widjati Hartiningtyas (Kanisius 2020).

Memang karya itu sering sekali digunakan untuk menulis skripsi."

Kesan saya di novel itu orang Tionghoa yang Ibu ceritakan sangat memihak Belanda dan benci pribumi?

Lian Gouw: Benar.. ditampilkan di novel itu bahwa Carolien sangat amat berpihak Belanda ... entah apakah SELURUH  MASYARAKAT  TIONGHOA begitu juga .... karena merekalah yang cukup "dicekok" oleh si Belanda itu.

Dan, itu sebabnya, setelah Indonesia merdeka, elite-elite Tionghoa kabur meninggalkan Indonesia karena takut dengan para pribumi yang dihina pada masa kolonial Belanda?

Lian Gouw: "Entah orang lain Hurek … Ibu sendiri pergi TIDAK  KARENA  TAKUT,  tetapi karena BENCI. Tapi sekarang kebencian itu sudah sama sekali hilang dan terganti dengan perasaan cinta dan kesedihan yang dalam."

Obrolan terjeda karena Ibu Lian harus menyiapkan makan siang di rumahnya di Amerika. Dia masih sering menikmati lagu-lagu keroncong tempo doeloe macam Aryati, dikau mawar asuhan rembulan.

Lian Gouw: "Ibu suka dengan lagu-lagu keroncong .... juga suka lagu-lagu Maluku."

Koreografer Sri Mulyani membuka kelas tari gratis bagi anak disabilitas di Surabaya

Sri Mulyani adalah Ketua Yayasan Kiprah Kreatif Indonesia, Pimpinan dan pemilik Pusat Olah Seni Budaya Mulyo Joyo Enterprise di Kota Surabaya. Lahir  di Surabaya pada 24 November 1975, Sri dikenal sebagai seniman tari sekaligus koreografer berpengalaman. 

Sejak tahun 2020 sampai sekarang Sri Mulyani membuka kelas tari khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus (disabilitas). Gratis! Anak-anak binaan Sri sering tampil di sejumlah festival di Kota Surabaya.

Berikut petikan percakapan Sri Mulyani dengan Amahurek di Pusat Olah 
Seni Budaya Mulyo Joyo Enterprise, Jalan Tambak Medokan Ayu II/15 Surabaya.

Berapa anak difabel yang Anda latih di Sanggar Mulyo Joyo Surabaya? 

Sekitar 18 orang. Umur mereka mulai 8 tahun.

Bagaimana Anda memberi suntikan motivasi kepada anak-anak disabikitas agar rajin berlatih? 

Saya selalu memberikan keyakinan dan kepercayaan diri kepada mereka bahwa mereka mampu menari dengan baik. Alhamdulillah, para orang tua anak-anak ini sangat men-support aktivitas anak-anaknya. Mereka mengantar anaknya ke tempat latihan, bahkan menunggui hingga selesai.

Sangat luar biasa memang dukungan para orang tua. Saya salut atas kegigihan dan kesabaran bapak ibu yang ingin putra-putrinya semakin maju berkembang dan menjadi setara dengan yang lainnya. 

Tarian apa yang cocok untuk anak-anak disabilitas mengingat mereka punya keterbatasan fisik? 

Saya yakin semua tarian bisa dipelajari anak-anak, apa pun kondisi fisiknya. Saya sebagai pelatih dan sudah pengalaman melatih anak-anak disabilitas dari nol hingga meraih prestasi juara satu tari remo yang tekniknya sulit.

Apakah sama dengan anak normal? 

Ya, bisa sama.

Kendala fisik bagaimana? Apakah tidak sulit membuat gerakan-gerakan tari tertentu?

Gerak tari itu dapat berfungsi untuk membantu terapi pada tubuh mereka. Saya ajarkan olah tubuh dan yoga. Jadi, anak-anak disabilitas ini tidak hanya belajar menari tapi juga secara tidak langsung menjalani terapi olah tubuh.

Apakah ada event di Surabaya sebagai wadah ekspresi anak disabilitas?

Ya, ada. Pemerintah Kota Surabaya pernah mengadakan event Hari Anak Disabilitas dan Konser Anak Istimewa. Itu event yang sangat bagus sebagai ajang berekspresi anak-anak berkebutuhan khusus atau anak istimewa.

Apa perubahan anak disabilitas setelah ikut latihan dan perform? 

Lebih PD (percaya diri), bangga. Para orang tua sangat merasa bangga putra-putrinya mampu menari dengan baik dan tampil dengan percaya diri.

Apa saja kendala yang dihadapi selama membina anak disabilitas dari nol?

Butuh ketelatenan, sabar, dan membuat suasana selalu menyenangkan bagi mereka agar belajar menari membuat hati mereka bahagia sehingga suka belajar menari. Ini dibuktikan jika saya meliburkan latihan, mereka banyak yang tanya kepada mamanya: kenapa latihannya libur? Mau telpon Bu Sri.

Ada yang nangis karena sudah siap-siap ingin berlatih bersama Bu Sri. Mereka merasa kangeeeen latihan menari.

Oh ya, mengapa tidak ditarik biaya untuk anak disabilitas? Apakah ada donatur atau subsidi silang atau bantuan dari pemerintah?

 Tidak ada bantuan atau subsidi dari mana pun untuk sanggar saya. Semua ini murni dari keinginan saya sendiri.
Saya ingin berbagi ilmu dan mengajari mereka dengan tulus ikhlas. Dan, saya ingin punya karya-karya indah yang saya buat yang ditarikan/disajikan oleh anak-anak disabilitas.

Apa motivasi yang membuat anak-anak disabilitas itu semangat berlatih? 

Spirit yang selalu membangun. Semangat  dan kasih sayang Bu Sri membuat mereka ingin latihan terus. Buktinya, murid sanggar ada yang dari Gresik dan Sidoarjo selalu rajin datang latihan.

Ada usul untuk Pemkot Surabaya terkait pembinaan anak berkebutuhan khusus?

 Pemerintah Kota Surabaya sebenarnya sudah memberi ruang untuk anak-anak  disabilitas mengembangkan bakat kemampuan mereka dengan mendirikan Rumah Anak Prestasi (RAP). Harapan saya, walau ada RAP, sanggar seperti tempat saya melatih anak-anak disabilitas masih diberi kesempatan tampil juga di event-event yangpemkot selenggarakan.

 Intinya, harus sebanyak mungkin memberi kesempatan untuk anak-anak disabilitas tampil. Kemudian perlu ada support pihak swasta dan dunia usaha agar memberikan peluang tenaga kerja agar mereka juga mendapat penghasilan seperti manusia normal lainnya.

Rabu, 26 Juni 2024

Foto tua nawak-nawak lawas di sekolah tua Ngalam


Berbahagialah anak zaman now. Semua orang punya HP yang bisa dipakai motret, bikin video dsb. Mau motret ratusan kali saban hari pun bisa... kalau mau.

Dulu tidak banyak orang yang punya kamera analog. Digital belum ada. Kalaupun punya kamera belum tentu dipakai karena film sangat mahal. Belum biaya cuci cetak.

Karena itu, ayas boleh dikata tidak punya foto kenangan zaman persekolahan. Foto-foto masa SD dan SMP tidak ada. Foto masa SMA mungkin cuma 2 biji saja. Itu pun kurang jelas.

 Syukurlah, Susana ternyata masih simpan film lawas lalu cuci cetak dan sempat bagi ke media sosial nawak-nawak sesama alumni Mitreka Satata, SMAN 1 Malang. 

Pagi ini ayas tidak sengaja ketemu foto lawas di Facebook. Teman sekelas di A1 yang masih polos tanpa polesan makeup dsb. Cewek kota tapi lugu kayak orang desa aja. Rupanya Wiwik yang unggah foto lawas ini.

Kiri ke kanan: Riris, Susana, Rahima, Wiwik. Di belakang tengah kelihatan si Mama alias Yulia. Si Atika gadis kacamata kayak ngintip. 

Agus kacamata kelihatan berdiri di belakang. Ayas kadit masuk di dalam gambar itu. Ayas memang sering kelewatan kalau ada acara rujakan, makan-makan santai macam itu.

Gambar sederhana itu penuh nostalgia. Jadi ingat Rahima yang berpulang beberapa bulan lalu. Astuti juga sudah menghadap ilahi. Ratno juga sudah selesai tugasnya di dunia ini.

Satu kelas Grafiti Smansa Malang itu ada 42 murid. Tiga kawan sudah tak ada lagi. Nawak-nawak semua makin tua dan sibuk sendiri-sendiri dengan urusan masing-masing.

Wiwik pegawai PDAM Malang kelihatan paling rajin ikut reuni. Riris dan Susana sesekali aja. Yulia sibuk ngurus rumah tangga. 

Semoga nawak-nawak semua tetap tahes dan komes!

Rabu, 19 Juni 2024

Usai, seusai, setelah, sesudah, selepas

Usai Dicopot, Afriansyah Kaji Opsi Hukum

 Begitu judul berita di koran Jawa Pos (JP) hari ini, Rabu 19 Juni 2024.

Saya tertarik membaca judul besar itu gara-gara kata "usai" di depan. Saya jadi ingat pelajaran dasar oleh penyelaras bahasa JP sekian tahun lalu.

Kata usai, seusai, setelah, selepas... dibahas secara khusus karena sering dianggap tidak tepat. 

Ada contoh kalimat di buku panduan redaktur:

Usai diberhentikan dari jabatannya sebagai pelatih Arema FC, Joko Susilo ingin berfokus ke keluarga.

Contoh itu dikatakan salah. Penempatan usai di awal klausa tersebut tidak tepat. Kata usai itu verba = kata kerja.

Kata yang tepat adalah setelah, sesudah. Verba tidak bisa jadi kata hubung. Maka, yang benar, kata usai diubah menjadi seusai.

Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tertulis: 

u.sai
v bubar; berakhir; selesai; habis; sudah lampau: karena kedua pihak sudah letih, perkelahian -- dengan sendirinya; sebelum pertunjukan --, dia sudah keluar

Bisa jadi redaktur JP lupa dengan pelajaran lama yang disampaikan Andri Teguh, editor bahasa JP.

 Bisa juga Mas Andri sudah tidak seketat dulu karena sudah pindah ke bagian lain. 

Bisa juga para editor baru menganggap kata usai sama dengan seusai, setelah, atau sesudah. 

Di era digital ini kelihatannya ketelitian bahasa Indonesia yang baik dan benar rupanya tidak lagi dianggap sangat penting. Gaya bahasa cakapan, informal, bukan masalah asal bisa mendatangkan banyak klik atau PV.

Selasa, 18 Juni 2024

Pater John Lado SVD Menikmati Sunyi di Graha Wacana Ledug Prigen Tiada Jejak Digital

Banyak pastor yang tidak punya jejak digital. Biasanya romo-romo yang tidak aktif di media sosial. Biasanya pater-pater generasi tempo doeloe alias old school.

Banyak romo senior yang jejak digitalnya banyak karena populer. Salah satunya Romo Frans Magnis Suseno SJ. Romo Magnis populer karena banyak menulis buku-buku filsafat, humaniora, hingga seni budaya seperti wayang kulit.

Romo Magnis makin terkenal setelah jadi saksi di Mahkamah Konstitusi. Pater asal Jerman ini dihujat oleh jutaan warganet pendukung paslon maksi-gemoy dalam sengketa pilpres lalu. Jejak digital Romo Magnis pasti banyak.

Beda lagi dengan Pater Yohanes Lado SVD. Biasa disapa Romo John Lado SVD. Pastor asal Pulau Lembata, NTT, ini sangat sedikit jejak digitalnya. Dia sibuk mengurus kebun di rumah retret Graha Wacana, Ledug, Prigen, Jawa Timur.

Sebagian besar waktunya habis di kebun. Jarang pimpin misa untuk umat. Cuma sekali-sekali saja kalau diminta pihak paroki di Pandaan, Pasuruan. "Pater John itu dari dulu macam itu," kata Hila petugas keamanan di Graha Wacana SVD.

Karena itulah, saya mencoba bikin catatan ringan tentang Pater Yohanes Lado alias Pater John Lado. Siapa tahu ada sedikit jejak digitalnya. Susah kalau di era digital ini tidak ada informasi sama sekali di mesin pencari tentang pastor-pastor katolik asal NTT.

 Haleluya.. rupanya ada mantan teman Pater John yang terbantu dengan sekeping informasiku. Ama Thomas Todogolo Tokan di Pulau Adonara, NTT, menanyakan keberadaan Pater John sekarang. Dia sudah lama kehilangan jejak kawan lama di seminari tinggi di Ledalero, Flores.

"Waktu itu Lado ketua umum asrama. Orangnya pekerja keras," kata Ama Thomas yang mengundurkan diri saat frater. Jadi umat biasa di NTT.

"Pater John nasih ingat Ama Thomas Todogolo?" tanya saya lewat wasap.

"Saya masih ingat baik nama Thomas Todogolo Tokan. Kalau saya tidak keliru, beliau undurkan diri waktu novis di Ledalero. Dia adik kelas kami. Sekarang   beliau tinggal di mana? Salam buat keluarga dan Thomas Todogolo sekeluarga.Tuhan tetap setia memperhatikan dan memberkati semua kita," tulis Pater John.

Tadi malam Ama Thomas tiba-tiba menelepon saya. Bicara dalam bahasa Lamaholot, bahasa daerah kami di Lembata, Adonara, Solor, Flores Timur. Antusias sekali Ama Thomas nostalgia bersama kawan lamanya, Pater John Lado, yang baru saja berulang tahun.

Ama Thomas mengaku kehilangan jejak banyak kawan lamanya yang jadi pastor di berbagai daerah hingga mancanegara. Salah satunya Pater John ini.

 "Sampaikan salamku kalau Ama ketemu Pater John Lado," kata Thomas yang aktif dalam gerakan pemberdayaan masyarakat di Pulau Adonara.

Sabtu, 15 Juni 2024

Satpam gereja haleluya juga galak dan ketus


Sabtu pagi, hujan lumayan deras di Surabaya Tenggara. Saya gowes sepeda lawas. Mau tidak mau harus cari tempat berteduh. 

Haleluya! Ada gereja di dekat jalan raya. Gereja aliran haleluya. Dua lantai. Lumayan besar.

Saya mampir untuk berteduh. Sepeda pancal diparkir di tempat parkiran motor.

"Selamat pagi, Pak! Hujan deras nih."

"Ada apa Anda ke sini?"

"Berteduh sejenak. Menunggu hujan reda."

Satpam haleluya itu diam saja. Kelihatan curiga dengan orang baru. Mungkin khawatir ada pelaku kejahatan menyatroni gereja haleluya yang bertetangga dengan masjid itu.

Saya mengukurkan tangan hendak salaman. Satpam itu cuek saja. Mungkin khawatir ketularan virus corona atau kuman-kuman penyakit.

Hujan masih turun. Tapi sudah agak berkurang. Saya pamit pulang. Satpam haleluya cuek saja. Fokus nonton berita gosip artis kawin cerai di televisi.

Sambil gowes saya merenung. Kelihatan ada yang keliru dengan manajemen atau tata kelola gereja-gereja kita sekarang. Gereja bukan lagi tempat berteduh bagi siapa saja "yang letih lesu dan berbeban berat".

Haleluya... Haleluya... Haleluya... Haleluya... kelihatannya hanya jadi gimik atau yel-yel kosong di bibir saja. Orang mampir di gereja malah dicurigai.

Satpam haleluya itu beda banget pater-pater Eropa dan Belanda di pedalaman kampung-kampung di NTT zaman dulu. Anak-anak yang bermain atau mampir di gereja biasanya dikasih permen, kue, biskuit, susu bubuk.

Kadang Pater Geurtz SVD di Pulau Lembata membagi pakaian layak pakai. Kadang dikasih kalung rosario, bernika, atau aksesoris khas katolik. 

Siapa saja, apa pun agamanya, boleh berteduh atau berlama-lama di teras gereja, aula stasi, atau duduk sembahyang di dalam gereja. Kalau ada makanan ya dimakan ramai-ramai.

Padahal, dulu jarang ada umat yang teriak haleluya, haleluya, haleluya. Belum ada yang nyanyi sambil tepuk tangan dan loncat-loncat diiringi full band di dalam gereja.

 "Haleluya sudah berubah jadi hale lupa," kata Prof Sahetapy (+) tahun 90-an di Surabaya.

Kamis, 13 Juni 2024

Paus Fransiskus: Khotbah Pastor Paling Lama 8 Menit agar Umat Tidak Ngantuk

Durasi khotbah atau homili di gereja (katolik) sudah lama jadi bahan diskusi. Jauh sebelum ada media sosial dan internet. Dulu biasanya polemik soal begini ditampung di majalah Hidup.

"Pastor, berhentilah berkhotbah!" begitu judul salah satu artikel di majalah mingguan Hidup sekitar 30 atau 40 tahun lalu. Saya nasih ingat karena sangat menarik.

Rabu 13 Juni 2024, Paus Fransiskus bicara di Lapangan St Petrus, Kota Vatikan. Salah satunya tentang durasi homili di gereja. Pastor-pastor diminta agar berkhotbah singkat dan padat.

"Homili seharusnya tidak lebih dari 8 menit. Lebih dari itu umat akan ngantuk," kata Paus asal Argentina itu.

Bukan kali ini saja Paus Frans bicara soal panjang pendeknya homili. Tahun 2018 Paus bilang khotbah sebaiknya tidak lebih dari 10 menit. Tidak perlu improvisasi yang bikin khotbah jadi lama.

Kelihatannya aturan tentang durasi khotbah ini hanya berlaku untuk para imam katolik. Paus Frans sendiri khotbah sampai 20 menit saat misa Kamis Putih tahun ini. Barangkali ada jemaat yang ngantuk.

Kalau saya perhatikan di Jawa Timur, khorbah-khotbah di gereja memang cenderung makin padat dalam 20 tahun terakhir. Tapi masih ada beberapa romo yang agak ngelantur ke sana sini.

Uskup Surabaya Monsinyur Sutikno Wisaksono (RIP) dikenal konsisten dengan homili yang padat dan singkat meski selalu ada bumbu-bumbu humor dan sentilan. 

Uskup Mandagi justru sangat populer dan viral karena khotbah-khotbahnya yang tajam dan penuh humor. Itu juga yang membuat beliau sering diundang komunitas-komunitas pengusaha, karismatik dsb untuk KKR. 

Andaikan khotbah Uskup Mandagi dibatasi 8 menit, ya tidak ada lagi humor-humor khas Manado yang renyah itu. 

Senin, 10 Juni 2024

Pater Anton Kedang SVD Berpulang di Surabaya - Pastor yang Inspiratif dari Lembata

Satu lagi pastor senior pulang ke rumah Bapa. Pater Antonius Kedang SVD meninggal dunia di Biara Soverdi Surabaya, Jalan Polisi Istimewa, Senin 10 Juni 2024 dalam usia 87 tahun.

Pater Anton lahir di Desa Tokojaeng, Kecamatan Ile Ape, Lembata, NTT, 12 Juni 1937. Artinya dua hari lagi genap berusia 87 tahun.

 Di usia yang sangat sepuh, pater ternyata masih relatif kuat. Bisa diajak komunikasi dengan lancar. Misa hari jadinya tahun lalu pun berlangsung cukup meriah. Pater ikut misa meski hanya duduk saja karena tidak kuat berdiri dan berlutut.

Ditahbiskan di Reo, Manggarai, 30 Juli 1968, Pater Anton Kedang SVD lebih dikenal di luar tempat asalnya di Pulau Lembata dan Keuskupan Larantuka. Sebab misi pelayanannya lebih banyak di Jawa dan Sumatera.

Romo Anton Kedang justru lebih dikenal di Kota Surabaya. Khususnya di kalangan umat Katolik lawas. Sebab Romo Anton pernah bertugas sebagai gembala atau pastor di beberapa paroki.

 Sebut saja Paroki Yohanes Pemandi, Wonokromo, dan Paroki St Maria Tak Bercela Ngagel. Orangnya ramah, murah senyum, tak banyak bicara.

Dulu saya mengira Pater Anton Kedang berasal dari Kedang, Lembata. Bisa Buayasuri atau Omesuri. Sebab ada nama belakang Kedang. Belakangan baru saya tahu bahwa Pater Anton Kedang SVD lahir di Desa Tokojaeng, Lembata.

Ternyata... masih tetangga dengan desaku di pelosok Lomblen Island - nama lama Lembata. Sekitar 8 km.  Bahkan, desa atau stasiku masuk wilayah Paroki Tokojaeng. Pemekaran dari Paroki Waipukang.

Tokojaeng atau disebut juga Lamatokan termasuk salah satu desa yang panggilannya subur. Sebelum ada romo dari kampung lain Tokojaeng sudah punya. Salah satunya ya Pater Anton Kedang SVD.

Jejak Pater Anton Kedang kemudian diikuti anak-anak muda lain di Paroki Tokojaeng. Sehingga panggilan imamat di salah satu paroki baru di Dioses Larantuka itu makin subur. Dulu panggilan subur hanya di Pulau Lembata bagian selatan macam Lamalera, Boto, Wulandoni, Kalikasa, Hadakewa.

Terima kasih banyak, Pater Anton Kedang!

Semoga bahagia bersama-Nya di surga!

Minggu, 09 Juni 2024

Sekolah Kedinasan STMKG Kuliah Gratis, Dapat Gaji Bulanan, Lulus Dijamin Jadi PNS

Kuliah supaya dapat kerja. Jadi pegawai (negeri). Buat apa kuliah kalau akhirnya nganggur? 

Lebih baik merantau saja ke Malaysia. Cepat dapat banyak ringgit!

Itu omongan orang kampung di pelosok NTT masa lalu. Dulu tidak banyak anak yang bisa kuliah. Bisa lanjut ke SMA/SMK pun sedikit.

 Biasanya lulus SD (banyak juga yang tidak lulus) langsung "melarat" ke Malaysia. Biasanya Sabah, negara bagian Malaysia di Pulau Kalimantan bagian utara. 

Karena itu, pagi ini saya terkesan saat membaca informasi sekolah kedinasan terkait Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Kebetulan pagi tadi saya gowes dekat BMKG Juanda. Satu kompleks dengan Bandara Internasional Juanda di kawasan Sedati, Sidoarjo.

 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (STMKG) masih membuka pendaftaran taruna baru. Taruna itu istilah untuk mahasiswa di sekolah-sekolah kedinasan. 

Taruna tinggal di asrama, badan tegap, rambut cepak, gagah seperti tentara. Tata cara pergaulan dan sebagainya sudah dibentuk ketika masuk asrama dan kuliah semester awal sampai tamat.

BMKG Juanda menginformasikan bahwa STMKG sedang membuka pendaftaran calon taruna baru mulai tanggal 15 Mei sampai dengan 13 Juni 2024. Pendaftaran dibuka untuk lulusan SMA (sederajat) dengan syarat usia 15 sampai 23 tahun.

Kuliahnya di STMKG gratis. Beda dengan di universitas biasa yang mahal dan UKT-nya dinaikkan beberapa kali lipat meski kabarnya dibatalkan oleh Mas Menteri. Orang tua mana yang tak senang anaknya kuliah gratis dan dijamin jadi pegawai negara?

Mahasiswa STMKG bahkan mendapatkan tunjangan atau gaji setiap bulan. Kampusnya nyaman di Tangerang. "Begitu lulus kamu bisa langsung menjadi calon ASN di BMKG," demikian pengumuman di laman BMKG Juanda.

Persyaratan kuliah di STMKG, selain usia maksimal 23 tahun, adalah belum menikah dan bersedia tidak menikah selama pendidikan di STMKG. Tinggi badan wanita minimal 155 cm dan pria minimal 160 cm.

Selain itu, tidak buta warna, bukan pengguna narkoba, sehat jasmani dan rohani. Ada lagi satu syarat yang perlu dipertimbangkan sebelum mendaftar di STMKG. Yakni, bersedia dan siap ditempatkan di seluruh wilayah NKRI. 

Menggiurkan memang kuliah di STMKG. Namun, formasinya terbatas. Kampusnya cuma satu dan mahasiswanya berasal dari seluruh Indonesia. Tentu persaingan untuk mendapatkan kursi di STMKG sangat ketat.

Kalau bisa lolos seleksi ya.. masa depan cemerlang. Bisa joget gemoy atau joget komando seperti bakal ketua negara. Bukan hanya makan siang gratis, tapi juga makan pagi, makan malam, makan angin juga gratis.

WiFi juga sudah pasti gratis. 

Cawe-Cawe Bung Karno di Pulau Flores, Pentas 12 Sandiwara di Gereja Katolik Ende

Bulan Juni ini bulan Bung Karno. Gebyar bulan BK tahun ini agak kurang. Setidaknya di Surabaya. Bisa jadi karena Jokowi sudah minggat dan menggembosi PDI Perjuangan - partai yang identik dengan BK.

Biasanya padat sekali acara-acara untuk mengisi bulan BK di Surabaya. Kajian-kajian tentang BK sejak lahir di Surabaya, sekolah di Mojokerto, masuk HBS di Surabaya, indekos di Peneleh, jadi mahasiswa di Bandung, jadi pemikir pejuang, diasingkan ke Pulau Flores, hingga jadi proklamator dan presiden sangat menarik.

Tak habis-habisnya bicara tentang BK. Ada banyak sudut yang bisa dikupas. Belum lagi daftar nama istrinya yang lumayan banyak.

"Inggris kita linggis, Amerika kita setrika!" teriak BK sang singa podium.

Minggu pagi ini, 9 Juni 2024, ada grup yang membagi foto BK saat dibuang ke Ende Flores, 1934-1938. Foto diambil dari majalah Hoakiao. Gambar ini sangat langka karena tak banyak orang yang langgan dan simpan majalah Hoakiao.

Saya jadi ingat majalah tua masa Hindia Belanda itu. Kantor redaksi majalah Hoakiao di Tepekongstraat Surabaya. Dekat kelenteng di pojokan Slompretan itu. Sekarang jadi Jalan Coklat, Kelurahan Bongkaran.

Ada satu gedung tua di Jalan Coklat. Pojokan Jalan Teh. Kemungkinan bekas kantor majalah Hoakiao, surat kabar Swara Publiek, dan majalah roman bulanan Penghidoepan. Sangat terkenal Tepekongstraat di zaman Hindia Belanda.

Kembali ke BK yang diasingkan ke Flores, pulau terbelakang pada tahun 1930-an. Sekarang pun kayaknya masih dianggap terbelakang juga. Tidak banyak orang Jawa yang tahu Pulau Flores, Lembata, Solor, Adonara, Alor, Pantar, Rinca, Komodo dan pulau-pulau lain di NTT.

Semasa pembuangan di Flores, BK sering mampir ke pastoran katolik. Ngobrol, diskusi dengan pater-pater SVD asal Belanda. Pater juga menyediakan tempat pertunjukan sandiwara yang ditulis BK sendiri.

BK ini bukan saja politikus, pemikir, pejuang, tapi juga seniman. Jago melukis, ngarang lagu, memimpin paduan suara hingga menulis naskah sandiwara. Naskah-naskahnya selalu ada muatan perjuangan mencapai Indonesia merdeka.

BK membentuk Toneel Kelimutu. Mencari pemain sendiri, melatih para pemain, menyediakan properti, kostum dsb untuk pentas di aula paroki. Ada 12 lakon yang pernah dipentaskan selama masa pengasingan di Flores.

Adapun 12 lakon itu:

1. Rendo
2. Dr. Setan
3. Kut-Kut Bi;
4. Pengaruh Cinta
5. Dr. Djula Gubi

6. Sanghai Rimba;
7. Ero Dinamit (Tukar Jantung tahun 1945)
8. Amuk
9. Rahasia Kelimutu
10. Rahasia Kelimutu II

11. Nggero Ende
12. Maha Iblis

BK telah meramalkan 'tukar jantung' dari Belanda ke Indonesia lewat sandiwara Ero Dinamit.

Cerita tentang Kelimutu, danau tiga warna di Flores - merah, putih, hijau - bakal berubah jadi dua warna saja: merah, putih.

Obsesi BK tentang kemerdekaan Indonesia memang luar biasa. Ibarat ahli nujum yang sangat jitu.

Ketua RI sekarang perlu ngopi dan membaca kembali cerita-cerita tempo doeloe tentang BK dan perjuangannya. Tidak perlu lagi cawe-cawe, blusukan, bagi-bagi bansos, otak-atik aturan main konstitusi.

Merdeka!!!

Sabtu, 08 Juni 2024

TK Katolik Santa Clara Surabaya Lepas 90 Murid - Serahkan STTTK dan Gelar Karya P5




Oleh Indra Wijayanto
Wali Murid TKK Santa Clara Surabaya

Sebanyak 90 murid TK Katolik Santa Clara Surabaya mengikuti perpisahan yang dikemas dalam acara penerimaan Surat Tanda Tamat Taman Kanak Kanak (STTTK) angkatan ke-54 Tahun Pelajaran 2023/2024. Sekaligus Gelar Karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) Kelompok B bertempat di Balai Paroki Santa Maria Tak Bercela, Jakan Ngagel Madya 1, Surabaya, Sabtu (8/6/2024).

Kepala TK Katolik Santa Clara Surabaya, Sr. Marselina Siu, MC., M.Pd. mendampingi Ketua Yayasan Puspita Kencana, Sr. Maria Lordes Uran, MC menyerahkan STTTK kepada para siswa-siswi yang dilepas untuk menempuh pendidikan ke jenjang selanjutnya.

"Pelepasan murid TK Katolik Santa Clara ini menandakan telah selesai masa pembelajaran, dan mereka bersiap-siap memasuki tahap pembelajaran berikutnya di jenjang pendidikan sekolah dasar (SD)" tutur Sr. Seli, panggilan akrabnya.





Pendidikan usia dini ini merupakan kegiatan proses belajar yang sederhana, meliputi pengetahuan umum dan agama, yang lebih banyak dilakukan dengan bermain maupun bantuan alat peraga, sesuai dengan jiwa dan usia anak-anak.

Mengambil tema "Membumi dengan Budaya dan Karya" acara dihadiri Pimpinan Regional Misionaris Claris indonesia, Sr. Rina Rosalina, MC, komite sekolah serta orang tua dan wali murid ini diisi dengan berbagai tampilan seni yang dimainkan siswa-siswi dari Kelompok B sebagai gelar karya P5.

Di antaranya, penampilan dari ekstrakurikuler menyanyi, English Club, menari (tari semut dan tari tikus pithi), serta tampilan ansamble dan angklung.

Menggemaskan sekaligus membanggakan! Anak-anak bisa tampil dengan percaya diri di hadapan publik. Mereka pun mampu menampilkan yang terbaik di hadapan orang tua.

Sr. Seli menyebut penampilan yang disuguhkan anak-anak ini merupakan hasil dari ekstrakurikuler yang ada di sekolah.

"Kreativitas yang disuguhkan anak-anak ini sangat membanggakan. Mereka bisa tampil percaya diri dan luar biasa" katanya.

Acara ini merupakan momen istimewa yang menandai akhir dari perjalanan para siswa-siswi Kelompok B bersama seluruh suster dan bapak ibu guru di bangku sekolah ini.

"Kami berterima kasih atas kehadiran bapak ibu orang tua dan wali murid yang sudah datang untuk berbagi kenangan bersama dalam momen yang berbahagia ini" pungkasnya. 

Kamis, 06 Juni 2024

Forum Kerukunan Umat Tambang, Suara KWI di Padang Pasir

Sang penguasa lengser kurang empat bulan lagi. Tapi kebijakannya masih seperti biasa. Aneh, ugal-ugalan. Out of the box, kata orang pinter.

IKN sudah dekat deadline. Upacara bendera 17 Agustus 2024 harus di sana. Apa mungkin? Dua petinggi IKN kompak mundur. Kelihatannya tak kuasa menanggung beban dan target yang sangat ambisius.

Belakangan ada lagi gebrakan di luar kotak. Ormas keagamaan diberi jatah untuk mengelola tambang. Ormas yang biasa ngurus masalah keagamaan bisa ngurus tambang batu bara, nikel, emas, dsb?

Sang penguasa biasanya tak peduli dengan masukan atau kritik. Jalan terus. Apa pun yang dilakukannya akan ada pembenaran oleh pakar-pakar dan intelektual tukang. Legislatif, yudikatif, eksekutif tak akan berani bilang tidak. 

Semalam Goenawan Mohamad menulis cuitan di X: "Menarik utk melihat, apakah organisasi Budhis juga akan bergabung."

Itu keterangan gambar atau caption berjudul Forum Kerukunan Umat Tambang.

Pagi ini saya dibagi berita CNN oleh mantan pastor. Isinya: KWI menolak kebijakan ormas diberi kewenangan untuk mengelola tambang. KWI bukan ormas.

KWI berdiri pada 1927 sebagai lembaga keagamaan Katolik. Urusan KWI hanya berkaitan dengan tugas-tugas kerasulan diakonia (pelayanan), kerygma (pewartaan), liturgi (ibadat), martyria (semangat kenabian).

Haleluya! 

KWI masih berani bersikap beda dengan penguasa yang super power. Tapi KWI hanyalah umat minoritas. Cuma 3%. Mungkin kurang. Jauh di bawah Protestan.

 Apalah arti suara KWI yang cuma segelintir itu. Ibarat orang berteriak di padang pasir.

Lagu Bunda Pembantu Abadi Jadi Bunda Penolong Abadi... Lama-Lama Bunda Asisten Abadi

Lagu lama Bunda Pembantu Abadi sangat terkenal di kalangan umat Katolik. Khususnya di NTT. Khususnya lagi di Flores, Lembata, Adonara, Solor, Alor. Diciptakan orang Flores.

 Melodinya manis khas lagu-lagu liturgi dari NTT. Tingkat kesulitannya rendah. Mudah dibawakan kor-kor di stasi atau kampung tanpa perlu latihan berjam-jam.

Lagu Bunda Pembantu Abadi kemudian menyebar ke mana-mana. Di gereja-gereja katolik di Jawa pun sering dinyanyikan paduan suara. Biasanya kor yang dirigennya orang NTT. Lama-lama Bunda Pembantu Abadi tersebar juga ke luar NKRI.

Saya lihat di YouTube lagu Bunda Pembantu Abadi ini juga dibawakan di Italia, Jerman, Belanda dsb. Biasanya dibawa pater-pater atau suster-suster asal Flores NTT yang bertugas di Eropa, Amerika, Afrika dsb.

 Di Tiongkok tidak ada pater atau suster asal Indonesia. Bisa diusir Tuan Si Chin Ping yang agak anti Barat. Katolik Roma dianggap berbau Barat. Maka Tiongkok bikin Gereja Katolik Tiongkok Cinta Tanah Air.

Belakangan ini sering ada diskusi di grup-grup katolik yang saya ikuti. Salah satunya grup lagu misa dan musik liturgi. Polemiknya bukan tentang musik, aransemen, tata suara.. tapi frase "pembantu abadi". Istilah Inggrisnya: perpetual help.

Rupanya banyak orang Katolik keberatan kalau Bunda Maria disebut pembantu abadi. Kesannya kurang sopan. Kasar. "Kata pembantu tidak cocok. Mestinya diganti penolong," kata seorang Katolik dari Jawa Tengah.

Banyak anggota grup yang sepakat bahwa kata "pembantu" kurang cocok. Konotasinya kayak pembantu rumah tangga (PRT). Wong PRT saja sudah lama diganti jadi ART: asisten rumah tangga. ART lebih halus, keren, modern. Pembantu masih ada nuansa baboe macam zaman Hindia Belanda.

Saya akhirnya cek video-video di YouTube. Ternyata banyak padus sudah lama menggunakan penolong abadi, bukan pembantu abadi. Pertimbangannya karena itu tadi.. kesopanan dan kepantasan. Masak, Bunda Maria disamakan dengan ART.

Sebagai penyunting naskah dan mantan dirigen padus, meski cuma level mudika dan lingkungan, saya sendiri tidak keberatan dengan syair asli lagu Bunda Pembantu Abadi. Kata bantu sama artinya dengan tolong. Pembantu = penolong. Sama saja. Sinonim.

Cuma memang ada nuansa kata yang berubah seiring perkembangan zaman. Kata-kata yang tempo doeloe netral mungkin sekarang dianggap tidak sopan. Itu disampaikan Prof Gorys Keraf di buku tata bahasa zaman dulu.

Gorys Keraf yang asli Pulau Lembata, NTT, kampung pemburu ikan paus di Lamalera, menyebut gejala bahasa peyorasi vs ameliorasi. Rupanya kata pembantu dan babu mengalami peyorasi. Kata asisten dianggap lebih sopan dan bermartabat. Jadilah ART.

Yang jadi masalah, komposisi musik paduan suara garapan Frater Albert SVD (tentu sudah lama jadi pater) tidak bisa diubah seenaknya baik satu dua not maupun satu dua kata. 

Revisi lirik harus sepengetahuan komposer aslinya. Lebih bagus lagi kalau sang komponis sendiri yang mengubah syair atas masukan dari sana sini.

Itulah yang dilakukan Komisi Liturgi KWI ketika merevisi syair lagu-lagu Madah Bakti untuk dimuat di buku Puji Syukur. Sebagian besar komposer setuju syair lagu karangannya direvisi sesuai keinginan KWI. Tapi ada juga komposer yang menolak lagu-lagunya dirombak syair dan melodinya. 

"Apa yang sudah kutulis tetap tertulis!"

Kata-kata Pilatus ini jadi prinsip Paul Widyawan komposer asal Jogjakarta. Karena itu, tidak ada satu pun lagu karangan Paul Widyawan yang dimuat di Puji Syukur. Padahal lagu-lagu liturgi inkulturasi karya Paul Widyawan (+) paling banyak mengisi buku Madah Bakti.

Bisa jadi suatu ketika kata penolong pun dianggap tidak sopan di Indonesia. Maka judul lagu itu bisa berubah lagi menjadi Bunda Asisten Abadi.

Selasa, 04 Juni 2024

Makam Kembang Kuning Surabaya Jadi Tempat Mangkal PSK Tua, Prostitusi Online Makin Marak

Semalam Satpol PP merazia Makam Kembang Kuning Surabaya. Puluhan pekerja seks komersial (PSK) semburat melarikan diri. Banyak kupu-kupu malam yang lolos tapi ada juga yang apes.

Para PSK yang terjaring razia lalu dibawa ke Liponsos Surabaya di Keputih untuk menjalani pembinaan dan pendataan. Yang dari luar Surabaya dipulangkan ke daerah asalnya. Mereka juga harus menandatangani pernyataan tidak boleh praktik lagi. 

"Carilah pekerjaan yang halal. Jangan mbalon di atas kuburan. Bahaya Aids, tambah dosa dan sebagainya," pesan petugas.

Wali Kota Bu Risma dulu memang berhasil menutup semua lokalisasi pelacuran di Surabaya. Mulai Gang Dolly, Jarak, Bangunsari, Kremil, Sememi, Klakahrejo dsb pada 2013-2014.

 Luar biasa karena kompleks-kompleks ini terkenal sakti selama puluhan tahun. Diduga ada beking yang sangat kuat melibatkan oknum-oknum. Tapi Bu Risma pantang menyerah. Dolly, Jarak dan kawan-kawan akhirnya tutup.

Kembang Kuning ini yang kelihatannya sulit dihapus meski satpol PP sering menangkap para WTS (wanita tuna susila) - istilah lawas. Ada juga pekerja seks dari kalangan bencong atau waria di Kembang Kuning.

 Bolak-balik dilakukan razia, pembinaan, pemulangan, tapi tetap saja kumat lagi. Para germo dan PSK bahkan seakan tahu kapan ada razia dan kapan aman. Yang kena razia biasanya lupa atau tidak dapat "bocoran" informasi dari atasannya.

Mengapa lokalisasi di Makam Kembang Kuning sulit diberantas? Wong Dolly yang sakti saja bisa ditutup oleh Pemkot Surabaya?

Sebetulnya tidak sulit kalau ada kemauan sangat kuat. Seperti Bu Risma menutup Dolly, Jarak, Sememi, Kremil dsb itu. Apalagi kompleks makam Kristen dan Tionghoa ini mudah dikontrol. Pemainnya juga para PSK senior alias kewut (tuwek) yang itu-itu saja.

Yang sulit dikontrol sekarang adalah prostitusi online. Ratusan hingga ribuan PSK praktik di hotel, losmen, kos-kosan memanfaatkan aplikasi pertemanan. Aplikasi Ijo alias MiChat paling terkenal sebagai ajang transaksi prostitusi modern.

Bulan lalu polisi menangkap 7 tersangka perdagangan anak-anak di hotel kawasan Sukolilo Surabaya. Tujuh orang ini menjual gadis-gadis di bawah umur (18) dari Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, sebagai pekerja seks lewat aplikasi MiChat.

Praktik prostitusi anak ini terungkap karena salah satu cewek kabur. Korban tidak dapat bayaran dari Mami Yeyen. Padahal sehari dia biasa melayani 10 pelanggan. 

Polisi bergerak karena ada TPPO atau trafficking. Bagaimana kalau PSK online itu berusia di atas 18 tahun? 

Bisnis prostitusi modern inilah yang sulit disentuh oleh satpol PP atau kepolisian. Biasanya yang ditangkap hanya joki atau makelar saja. Sementara para PSK cuma dijadikan saksi dan dianggap sebagai korban perdagangan manusia.

Yang lebih susah lagi kalau si PSK online itu tidak pakai joki atau makelar tapi menjual tubuhnya sendiri dengan membuat beberapa akun di MiChat. Kasus begini sangat banyak di era aplikasi ini.

Rupanya Wali Kota Bu Risma dulu tidak menyangka kalau setelah Dolly, Jarak, Kremil dan lokalisasi-lokalisasi konvensional ditutup bakal ada prostitusi online yang kian marak. Bisnis satu ini memang tidak ada matinya. 

Senin, 03 Juni 2024

Kya-Kya Kembang Jepun Surabaya Sudah Tutup Tiga Bulan, Entah Kapan Buka Lagi

Kapan Kya-Kya di Kembang Jepun buka lagi? Apakah tutup seterusnya?

Itu pertanyaan seorang ibu di kawasan Rungkut Surabaya. Ibu itu tahu kalau saban hari saya wira-wiri di Kembang Jepun. Dekat Jembatan Merah, kawasan Kota Lama Surabaya, yang terkenal itu. Juga dekat Pasar Bong, Pasar Pabean, Kelenteng Dukuh hingga kawasan wisata religi Sunan Ampel.

Wisata Pecinan Kya-Kya Reborn memang tutup sejak Maret 2024 lalu. Tepatnya sebelum bulan puasa. Sebab Pemkot Surabaya punya proyek besar box culvert atau gorong-gorong di Kembang Jepun dan sekitarnya.

 Sejak Maret dan April lalu Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menggeber proyek box culvert di mana-mana. Skala pengerjaan di Kembang Jepun, Kalimati, Karet, Songoyudan tergolong besar. Pasti lama selesainya.

Michael Wijaya, pengurus Wisata Pecinan Kya-Kya, awalnya bilang Kya-Kya buka lagi setelah Lebaran pada pertengahan April 2024. Ternyata pengerjaan gorong-gorong belum apa-apa.

"Mungkin bulan Mei baru buka. Saat musim kemarau jadi lebih bagus suasana Kya-Kya," kata Michael yang juga menangani Wisata Kampung Pecinan di Kapasan.

Bulan Mei berlalu. Proyek gorong-gorong di Kembang Jepun belum selesai. Tapi sudah jauh lebih baik kondisinya ketimbang bulan lalu. Hanya tinggal finishing, kata pemkot.

Saya pun tak lagi menghubungi Michael Wijaya karena dia tidak bisa memastikan kapan Kya-Kya buka lagi. Kuncinya ada di Pemkot Surabaya yang punya proyek. Cak Eri geber proyek karena masa jabatannya sebagai wali kota mau selesai.

Sebetulnya Pemkot Surabaya menargetkan proyek revitalisasi kota lama selesai sebelum akhir Mei 2024. Dengan begitu, wisata kota lama Surabaya diresmikan pada 31 Mei 2024. Tepat pada Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) ke-731.

Namun, apa hendak dikata, proyek itu belum selesai juga sampai awal Juni ini. Sekitar 60 pedagang makanan minuman yang biasa jualan di Kya-Kya sepanjang Jalan Kembang Jepun pun terpaksa harus jualan di tempat lain dulu.

Apakah setelah revitalisasi kota lama, konsep Kya-Kya masih sama atau ada modifikasi? 

"Wah, kalau itu saya belum tahu. Nanti kita lihat saja," kata Michael.

Minggu, 02 Juni 2024

Karyawan datang dan lekas pergi di era digital, belum diangkat sudah resign

Bulan lalu HS keluar dari grup. Tanpa pamit. Tapi semua anggota grup sudah paham. HS mundur. Resign.

HS masih muda dan cerdas. Lulusan PTN ternama. Peluang dapat kerja di tempat baru terbuka lebar. Atau, lebih tepat, dia sudah dapat tawaran di tempat lain sehingga berani resign.

Mundur tanpa ada backup di lahan baru jelas berisiko. Apalagi di era akhir kekuasaan Jkw yang makin ugal-ugalan itu. Semua serba tak pasti.

Pagi ini JL pamit baik-baik di grup. Karyawati paling cakep ini bulan lalu mengakhiri masa lajang. Mungkin sudah ada diskusi dengan sang suami terkait pekerjaan yang high pressure, deadline ketat, target-target tinggi dsb.

"Saya dapat pelajaran bekerja yang luar biasa selama enam tahun," begitu kira-kira kata perpisahan JL di grup karyawan.

JL boleh dikata paling bening dan modis. Mirip artis Korea - kalau dilihat agak jauh. JL juga kerap digojlok teman-teman karena pembawaannya yang periang. Murah senyum.

Melihat tren beberapa tahun terakhir tampaknya karakter generasi baru di dunia kerja sangat berbeda dengan angkatan lawas. Mereka sangat berani keluar jika dirasa kurang nyaman atau kurang tantangan. Kurang duit juga.

Mereka berani resign meski belum ada pekerjaan baru. Mereka suka mencari tantangan di tempat lain. Mereka ogah bekerja di sebuah perusahaan atau instansi sampai pensiun. 

Bekerja dua atau tiga tahun, lima enam tahun di satu perusahaan dianggap cukup. Pindah ke tempat lain. Satu dua tahun pindah lagi. Begitu seterusnya sampai bosan.

Lebih bagus lagi jika bisa buka bisnis sendiri. Kerja lebih fleksibel di mana saja karena dunianya memang sangat digital. Bukan lagi karyawan kantoran yang harus mengisi daftar hadir digital saban hari.

 Terlambat satu menit saja hangus uang makan dsb. Kemudian dipanggil HRD, dapat surat peringatan, dan sanksi lain. Adik-adik generasi Z memang sebaiknya tidak kerja ikut orang.

Sabtu, 01 Juni 2024

Bakso Pak Sobar yang Legendaris di Kantin SMAN 1 Malang Sejak 1977

Pak Sobar

Penjual bakso ini sangat terkenal di SMAN 1 Malang alias Mitreka Satata. Pak Sobar. Mulai Ikamisa (alumni Mitreka Satata) zaman lawas hingga era milenial pasti tahu Pak Sobar. 

Bakso Pak Sobar. Hampir semua siswa SMAN 1 Malang pernah mencicipi baksonya yang khas di kantin sekolah. Siswa sekolah tetangga, SMAN 3 dan SMAN 4, pun sering membeli bakso Pak Sobar karena rasanya yang khas.

Setiap kali ada acara Uklam Tahes biasanya para alumni Mitreka Satata Malang mencari Pak Sobar untuk foto bareng. Melepas kangen dengan pria bernama asli Sabar itu. 

"Sobar itu artinya Bakso Pak Sabar. Lama-lama nama saya jadi Pak Sobar. Sobar dan Sabar ya sama aja," kata pria berusia 71 tahun asli Ngalam alias Malang itu.

Sabar muda mulai mencoba jualan bakso di kantin SMAN 1 Malang sejak 1977. Awalnya tidak banyak karena masih coba-coba. Perlahan-lahan bakso racikannya disukai para siswa. Maka porsi yang disiapkan pun terus bertambah dari tahun ke tahun.

Sobar alias Sabar meski bukan pakar marketing ternyata sangat paham selera konsumen. Selera pelajar pada tahun 70-an agak beda dengan 80-an, 90-an, kemudian di atas tahun 2000. 

Makin ke sini anak-anak sekolah tidak hanya membeli bakso. Tapi juga menu lain macam siomay, pangsit mie, cilok, sempol, es mocha. Pak Sobar pun melayani permintaan dan selera generasi Z.

"Sekarang makin banyak variasi. Anak-anak dulu pesannya cuma bakso, bakso, bakso. Sekarang macam-macam permintaan mereka. Ya, kita usahakan melayani dengan baik," kata kakek empat cucu itu.

Selain selera anak sekarang yang agak bergeser, menurut Sobar, teknologi juga membuat kebiasaan para siswa Mitreka Satata sekarang beda dengan generasi orang tuanya.

 Dulu belum ada HP, media sosial, internet, gawai. Siswa jadul angkatan 80-an dan 90-an cenderung suka iseng dan agak nakal. Khas remaja belasan tahun. Anak sekarang lebih pendiam, sibuk dengan gawai dan HP masing-masing.

"Tapi secara umum sama saja," kata Pak Sobar. 

Di usianya yang sudah 71 tahun, wis kewut, Pak Sobar masih tampak kuat dan semangat. Hanya rambutnya yang memutih. Setiap pukul 03.00 sudah bangun untuk persiapan bakso dan menu-menu lain yang akan dibawa ke kantin SMAN 1 Malang.

Pukul 08.00 Pak Sobar mulai jualan bakso hingga pukul 16.00. Rutinitas itu dilakukan Pak Sobar sejak 1977 sampai sekarang. Sudah 44 tahun Pak Sobar istikamah alias konsisten berjualan bakso untuk para peserta didik SMAN 1 Malang.

Apa rahasianya tetap sehat dan kuat jualan bakso selama puluhan tahun?

"Selalu gembira, banyak tertawa, tidak suka marah," kata Pak Sobar.

Rutam nuwus, Pak Sobar!
Salam tahes! Komes!

Terlalu Banyak Salam di Indonesia! MUI Haramkan Salam-Salam Bukan Islam


Assalamualaikum!
Salam sejahtera!
Selamat pagi!
Syalom!
Om swasti astu!
Namo buddaya!
Salam kebajikan!
Rahayu!
Merdekaaaa!

Di Nusa Tenggara Timur  (NTT) ada satu salam lagi: Salve!!!

Salve (bahasa Latin) dipakai di NTT karena syalom atau shalom dianggap salamnya orang Protestan. Padahal, rakyat yang beragama Katolik di NTT sedikit lebih banyak ketimbang Protestan, Pentakosta, Karismatik, Advent dsb.

Sebenarnya di lingkungan Katolik sendiri tidak ada salam Salve. Pastor atau pater atau romo atau katekis awam sejak saya kecil di pelosok Pulau Lembata biasa ucap selamat pagi atau "malam bae" (malam hari).

Salve lazimnya dipakai untuk devosi kepada Bunda Maria: Salve Mater, Salve Regina, dan sebagainya. Cukup banyak lagu gregorian yang ada kata  salve. Tapi salve bukan untuk salam sejenis syalom atau assalamualaikum.

Kreatif juga orang NTT yang Katolik. Menjadikan "salve" sebagai salam. Padahal syalom atau shalom itu sebetulnya sama saja. Tapi rupanya orang Katolik di NTT kurang suka dengan ungkapan-ungkapan yang berbau Protestan atau Pentakosta.

Salam-salam di Indonesia memang terlalu banyak. Ada 6 agama resmi berarti ada 6 salam. Belum salam budaya "rahayu" dan aliran-aliran kebatinan lainnya. 

Sebagai negara kesatuan berdasar Pancasila, mestinya cukup satu salam saja yang universal. Yang berlaku untuk semua orang berbeda agama, keyakinan dsb. Kayak Ni Hao di Tiongkok atau Ladies & Gentlemen, atau Good Morning di Amerika dan Eropa.

Saya sih inginnya salam yang netral. Salam yang tidak bernuansa agama tertentu. Assalamualaikum jelas sangat Islam. Om swasti astu pasti Hindu punya. Kristen punya syalom. Namo buddaya khas Buddhis di Indonesia.

Sayang, realitasnya orang Indonesia sangat menonjolkan agamanya di ruang publik. Harus assalamualaikum.. ditambah doa bahasa Arab di awal pidato.

Bahkan, sesama muslim pun ada ungkapan yang khas untuk NU atau ormas Islam yang lain. Kita yang tinggal di Jawa Timur sangat paham ungkapan salam orang NU atau bukan NU. 

Pagi ini saya baca di grup media sosial. Isinya, "MUI menetapkan bahwa ucapan salam yang berdimensi doa khusus agama lain oleh umat Islam, hukumnya haram."

Prof Asrorun Niam Sholeh Ketua MUI Bidang Fatwa, Kamis (30/5/2024) menjelaskan pengucapan salam dengan menyertakan salam dari berbagai agama, bukan merupakan implementasi toleransi agama yang dibenarkan.

"Sebagai solusinya, ungkap dia, dalam forum yang terdiri atas umat Islam dan umat beragama lain, umat Islam dibolehkan mengucapkan salam dengan Assalamualaikum, salam nasional, atau salam lainnya, yang tidak mencampuradukkan dengan salam doa agama lain, seperti selamat pagi."

Sudah lama salam-salam aneka agama bergemuruh di ruang publik. MUI baru mengharamkan salam gado-gado tahun 2024 beberapa bulan sebelum Presiden Jokowi lengser.

Assalamualaikum!
Rahayuuuu!
Salam kebajikan!
Haleluyaaa!
Malam bae!
Syaloooom!
Salveeee!
Merdekaaaa!

Salam tempel!

Senja di Pelabuhan Perahu, Lagu Seriosa Favorit Pelukis Bambang Thelo di Sidoarjo

Dulu di Indonesia ada lagu seriosa. Genre musik ini cukup populer di era 50-an hingga 80-an. Saban tahun ada lomba bintang radio dan televisi (BRTV) jenis seriosa, hiburan, keroncong. Seriosa tergolong berat karena harus bisa baca not balok dan teknik vokal ala opera Barat.

Pelukis Sidoarjo Bambang Thelo (alm) dari Sidokare, Sidoarjo, sangat senang seriosa. Saat mancing di tambak Sedati, Banjar Kemuning, hingga Kepetingan Mbah Thelo selalu menyanyi seriosa - meski suaranya kurang enak dan ketukannya sering kacau.

Lagu seriosa yang sering dibawakan Bambang Thelo adalah Senja di Pelabuhan Perahu ciptaan Mochtar Embut. "Dulu waktu saya di Jogja lagu seriosa, keroncong, hiburan sangat populer," kata pelukis yang doyan gambar tokek itu.

Saya dulu juga sering nyambangi dan ngobrol dengan Mas Sugianto (almarhum juga). Sugianto ini arranger dan pembuat orkestrasi lagu-lagu seriosa untuk BRTV di Surabaya sekian tahun lalu.

Saya pun sedikit-sedikit belajar nyanyi seriosa di Mas Gianto yang rumahnya di kawasan Waru Sidoarjo. Malah dapat buku partitur lagu seriosa not balik.

"Kamu belajar baca not balok lah. Gampang kalau ditekuni. Kamu bisa nyanyi pakai not angka dan itu tidak cukup," kata Mas Gianto.

Buku nyanyian seriosa karya Binsar Sitompul, Mochtar Embut, dan FX Sutopo itu sudah lama "hilang". Pagi ini ketemu di dalam tas usang saat bongkar gudang.

Sampai sekarang pun saya belum mampu membaca not balok. Kecuali pakai nada dasar C (natural) karena paling mudah diketahui posisi nada-nadanya.