Sabtu, 09 Maret 2024

Antara Wanita dan Perempuan - Peyorasi dan Ameliorasi

Sambutan Hari Wanita Antarabangsa.
Wanita Dijulang.

Begitu ucapan PM Malaysia Anwar Ibrahim. Ayas memang pengagum Anwar Ibrahim. Jauh sebelum dia jadi perdana menteri. Saat itu Anwar masih pembangkang. Kemudian dipenjarakan.

Ayas tak sedang membahas perjuangan Anwar Ibrahim hingga jadi PM Malaysia. Ayas tertarik dengan kata "wanita". Di Indonesia lebih populer Hari Perempuan. 

Kawan-kawan aktivis perempuan dari dulu kurang suka kata "wanita". Wanita konotasinya domestik, rumah tangga, pasrah, makhluk yang lemah.

Ada lagunya: Wanita dijajah pria sejak dulu!

Perempuan tidak dijajah? Lebih berdaya dan mandiri, kata teman aktivis wanita, eh perempuan.

Ayas bertanya kepada Bung Sandyawan Sumardi yang sedang bikin riset di Leiden, Belanda. Apakah perempuan = wanita? Kedua kata ini sinonim? Bisa ditukar? atau ada nuansa, rasa, konotasi yang berbeda?

Bung Sandyawan yang mantan pastor ini kemudian menjawab begini:

"Sejauh saya faham kata 'perempuan' memiliki makna konotasi khas. Karena menurut akar bahasanya, 'perempuan' berasal dari kata "empu' yang berarti 'tuan'. Atas arti itulah, perempuan memiliki nilai yang tinggi/dalam. 

Berbeda dengan sebelumnya, kata tersebut seolah mengindikasikan bahwa perempuan bukanlah objek semata yang harus yang harus senantiasa menyenangkan kaum pria.

Sebaliknya, makna kata  'wanita' pun memiliki kata turunan, yakni kewanitaan. Dalam pergeseran maknanya, kewanitaan juga merujuk pada sifat wanita khas keraton.

Wanita cenderung lebih dipandang  dapat memiliki sifat yang lemah gemulai, sabar, halus, tunduk, patuh, serta mendukung pria. Makna tersebut seolah menegaskan bahwa seorang wanita harus senantiasa menyenangkan kaum pria belaka..

Ibu adalah seorang perempuan  yang menikah dan melahirkan anak, dan  menjadi orang yang pertama menjalin ikatan batin dan emosi pada anak dan juga sebagai sentral dalam perkembangan awal anak dengan memiliki sifat-sifat keibuan yaitu memelihara, menjaga dan merawat anak."

Menarik sekali penjelasan bung yang dulu biasa disapa Romo Sandyawan itu. Masuk akal kalau para aktivis perempuan kurang suka kata "wanita".

Ayas buka kamus bahasa Indonesia lama era 1950-an karangan Sutan Moh Zain. Ada penjelasan di lema perempuan.

<< perempuan: asalnya dari empu, bangsa empu², pertuanan, bangsa tuan²... tetapi sekarang perempuan baik² lebih suka dinamai wanita. >>

Begitulah. Bahasa dengan segala nuansa dan konotasinya selalu berubah dari masa ke masa. Tempo doeloe kata "wanita" lebih disukai ketimbang "perempuan", kini di era 2000-an kata "wanita" malah hendak dihapus dari kamus.

Di Malaysia kelihatannya kata "wanita" lebih populer ketimbang "perempuan". PM Anwar Ibrahim mungkin heran mengapa kita masih mempertentangan wanita vs perempuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar