Selamat Hari Raya Nyepi!
Selamat Tahun Baru Saka!
Mestinya awal puasa Ramadan juga bersamaan dengan Hari Nyepi. Sebab bulan yang jadi rujukan sama. Namun, di Indonesia tahun 2024 ini awal Ramadan tidak sama.
Muhammadiyah menjalankan puasa pada Senin 11 Maret - bersamaan dengan Nyepi - sedangkan NU dan pemerintah mulai Selasa 12 Maret. Kedua pihak sama-sama punya hujah, dalil, argumentasi astronomis yang kuat.
Tinggi hilal kemarin masih di bawah 1 derajat. Tidak mungkin dilihat. Hilal baru bisa dilihat kalau sudah di atas 3 derajat. Kalau hilal belum tampak maka belum masuk Ramadan. Bulan Syaban digenapkan jadi 30 hari.
Begitu yang saban tahun kita baca dan dengar di televisi, media sosial dan sebagainya. Muhammadiyah punya kriteria sendiri. Tidak perlu memantau hilal di ratusan titik karena data dan perhitungan astronomis sudah sangat jelas dan akurat.
Penanggalan bulan - lunar calendar - ini memang menarik. Tapi juga sulit jadi patokan. Tidak ada kepastian lamanya satu bulan. Ramadan bisa 29 hari, bisa 30 hari.
Kalau Syaban kemarin digenapkan jadi 30 hari berarti Ramadan tahun 2024 ini lamanya 29 hari. Bisa dipastikan Lebaran nanti bersamaan. Sebab tidak mungkin Syaban dan Ramadan sama-sama 29 hari - bagi Muhammadiyah. Dan tidak mungkin Syaban dan Ramadan sama-sama 30 hari - bagi pemerintah dan NU.
Ayas perhatikan kalender Tionghoa yang juga pakai rujukan bulan alias Imlek. Tanggal 1 atau bulan baru bersamaan dengan Hari Nyepi dan awal puasanya Muhammadiyah di Indonesia.
Mengapa kalender bulannya Tionghoa, Hindu (Bali), dan Islam (Hijriah) sering berbeda awal bulannya? Tentu karena kriterianya berbeda. Hari baru kalender Tionghoa dan Bali tidak diawali saat matahari terbenam tapi mulai pukul 00.00 (Imlek) dan matahari terbit (Bali).
Penanggalan Hijriah, karena itu, lebih cocok untuk urusan peribadatan umat Islam. Sulit menggantikan kalender matahari (Masehi) yang berlaku sekarang. Selain tidak ada kepastian jumlah hari dalam sebulan, saban akhir bulan harus ada pengamatan hilal di ratusan tempat.
Bisa-bisa ada sidang isbat setiap bulan.
Kalo menurut ilmu pengetahuan ya Muhammadiyah yang lebih akurat. Pengamatan bulan dari muka bumi sangat dipengaruhi keadaan cuaca di tempat pengamatan. Pemerintah ikut NU karena ingin menghormati para kiai.
BalasHapusAda dalil agama harus lihat bulan baru. Muhammadiyah gunakan sains astronomis. Pemerintah dan NU juga guna sains tapi tetap lihat visual agar sejalan dengan ayat suci.
HapusMasalhnya bukan cuma Indonesia tapi Mabinsv Malaysia Brunei Indonesia Singapura sepakat kriteria ketinggian 3⁰. Makanya penentuan versi Muhammadiyah bekum diterima.