Kamis, 03 Agustus 2023

Prof Andrew Weintraub dari USA Bikin Riset Orkes Melayu, Ludruk, Genjer-Genjer dan Lekra di Jawa Timur

Prof Andrew Noah Weintraub PhD pernah melakukan penelitian mendalam tentang musik dangdut di Indonesia. Kajian profesor etnomusikologi dari University of Pittsburgh, Pennsylvania, California, Amerika Serikat, itu juga telah dibukukan dalam buku Dangdut Stories.

Meski begitu, profesor yang lebih suka dipanggil Andrew tanpa embel-embel profesor, doktor, atau mister itu rupanya belum puas. Dia masih terus menggali lagi sejarah orkes Melayu (OM) yang menjadi cikal bakal musik dangdut.

 "Makanya, saya datang ke Surabaya untuk riset orkes Melayu," ujar Andrew kepada Amahurek di Hotel Kokoon, Jalan Slompretan Nomor 26, Surabaya, Rabu (2/8/2023).

Menurut Andrew, salah satu kota yang menjadi pusat orkes Melayu di Indonesia pada tahun 1950-an dan 1960-an adalah Surabaya. Khususnya kawasan Ampel yang dihuni banyak warga keturunan Arab. Salah satu orkes terkemuka adalah OM Sinar Kemala pimpinan Abdul Kadir.

OM Sinar Kemala dibentuk pada 1952-1953. Kelompok musik di kawasan Ampel ini disebut Andrew sebagai orkestra terbesar pada dekade 1960-an. Jumlah anggotanya 15-25 musisi. Aransemen musiknya terpengaruh Timur Tengah, khususnya Mesir dan Lebanon.

 "OM Sinar Kemala memakai empat sampai enam penyanyi. Di antaranya, Ida Laila, Nur Kumala, Latifah, dan Nur A'in," ungkap profesor berusia 61 tahun itu.

Berbeda dengan orkes-orkes di Jakarta dan Medan, menurut Andrew, OM Sinar Kemala membawakan lagu-lagu dengan tema keagamaan (Islam). Ada kemiripan dengan orkes gambus yang tempo doeloe juga tumbuh subur di kawasan Ampel. "Penyanyi-penyanyi Sinar Kemala punya cengkok seperti seni baca Alquran," katanya.

Sayang sekali, hampir semua personel OM Sinar Kemala sudah berpulang. Abdul Kadir sudah lama tiada. A. Malik Buzaid, komposer lagu-lagu Sinar Kemala, dan vokalis andalan Ida Laila pun telah menghadap Ilahi beberapa tahun lalu. Karena itu, Andrew bakal menemui putra-putri sejumlah dedengkot orkes Melayu tempo doeloe itu.

Selain riset tentang orkes Melayu, Prof Andrew Weintraub juga memanfaatkan kunjungan ke Jawa Timur untuk menggali informasi tentang kesenian ludruk di masa lalu. Khususnya pada era 1960-an. "Ludruk-ludruk yang terkenal dulu punya kaitan dengan Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra)," katanya.

Sayang sekali, kelompok-kelompok ludruk tempo doeloe itu tidak ada lagi di Surabaya dan sekitarnya. Padahal, kesenian tradisional itu sangat hidup di masyarakat. Setiap malam ada pertunjukan di berbagai tempat. Kini, praktis tak ada lagi pertunjukan ludruk secara rutin di Surabaya.

Karena itu, Andrew akan berangkat ke Banyuwangi untuk menemui sejumlah seniman tradisional yang pernah aktif pada tahun 1960-an. Mereka diduga punya keterkaitan dengan Lekra. "Termasuk musisi Genjer-Genjer," kata Andrew.

Menurut profesor yang juga pimpinan Dangdut Cowboy Band di USA itu, selama ini belum ada riset atau kajian mengenai respons masyarakat atau penonton terhadap kesenian-kesenian rakyat seperti ludruk, ketoprak, wayang, dan sebagainya pada masa Orde Lama. Yang ada hanyalah pendapat-pendapat atau sikap para elite Lekra hingga politisi di Jakarta.

"Beberapa narasumber yang akan saya temui di Banyuwangi sudah sangat tua. Tapi mudah-mudahan mereka bisa memberikan informasi yang penting tentang ludruk di masa Lekra dulu," katanya.

Obrolan dengan Andrew terhenti sejenak. Seorang pelayan hotel datang membawa capcay pesanan sang profesor cum seniman itu. Andrew perlu makan banyak karena kondisinya agak drop setelah berada di Surabaya.

 "Badan saya kurang enak," katanya.

"Obatnya makan yang banyak, Prof!"

Andrew tersenyum. Lalu menikmati capcay yang masih hangat. "Di Indonesia kalau beli obat tidak harus pakai resep dokter, ya?" 

"Dianjurkan pakai resep dokter. Tapi ada juga obat-obat bebas yang bisa dibeli bebas di mana saja tanpa resep."

Selamat berkelana, Andrew!

Selamat meneliti Orkes Melayu, ludruk, kesenian rakyat, Lekra, dan sebagainya! 

Orang Indonesia mestinya berutang ilmu padamu. Merdeka!!!

2 komentar:

  1. Pd waktu Andy sedang di Berkeley mengambil PhD sebenarnya saya sedang di sana juga untuk mengambil master. Sayang kami tidak sempat berkenalan, karena sepertinya beliau ini orangnya asyik dan menyenangkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dui dui.... Andrew ini profesor yg seniman, gitaris, anak band sehingga asyik orangnya. Tapi sangat serius dan detail kalau bicara tentang topik yang sedang ditelitinya. Semua informasi dia simak dengan penuh perhatian.

      Begitu juga analisis musik dangdut, koplo dsb sangat detail. Beda dengen kita orangbyang biasanya dengar musik sambil lalu untuk senang2 saja.

      Hapus