Kamis, 10 Agustus 2023

Selamat Jalan Bapa Uskup Surabaya Msgr Vincentius Sutikno Wisaksono (1953-2023)

Kabar duka bagi umat Katolik di Keuskupan Surabaya. Bapa Uskup Surabaya Msgr. Vincentius Sutikno Wisaksono telah meninggal dunia pada pukul 10.29 WIB di ICU RKZ Surabaya, Kamis 10 Agustus 2023. Uskup asal Tanjung Perak Surabaya ini tutup usia pada 70 tahun. 

"Mari kita berdoa bagi kedamaian abadi jiwa beliau oleh karena belas kasih-Nya. Pengumuman tentang hal-hal selanjutnya akan disampaikan secara resmi oleh pihak Keuskupan Surabaya," tulis RD. Paulus Febrianto, Sekretaris Keuskupan Surabaya.

Mgr Sutikno Wisaksono ditahbiskan pada 29 Juni 2007 di Lapangan Kodikal, Bumimoro, Surabaya. Beliau menggantikan Mgr Johanes Hadiwikarta yang berpulang pada 13 Desember 2023. 

Uskup Sutikno anak kedua dari tiga bersaudara dari pasutri Stephanus Oei Kok Tjia (Widiatmo Wisaksono) dan ibu Ursula Mady Kwa Siok Nio (Madijanti Wisaksono).

Motonya sebagai Uskup: "Ego veni ut vitam habeant et abundantius habeant." (Yoh 10:10). Aku datang supaya mereka mempunyai hidup dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.

Selama 16 tahun menduduki takhta Keuskupan Surabaya, Uskup Sutikno melakukan berbagai kebijakan. Boleh dikata cukup drastis. Salah satunya di awal jabatannya adalah menarik semua imam projo Keuskupan Surabaya dari Seminari Tinggi Inter Diosesan di Malang.

Setelah itu didirikan seminari tinggi baru di Surabaya. Seminari Tinggi Providentia Dei pun kini berdiri megah di kawasan Pakuwon City, Sukolilo, Surabaya. Sudah banyak imam atau romo yang dihasilkan seminari itu.

"Mgr Sutikno orangnya tegas dan berprinsip. Tapi orangnya juga sangat baik," kata Thomas dari salah satu paroki di Sidoarjo.

Uskup Sutikno pula yang akhirnya meresmikian Stasi Krian di Sidoarjo sebagai paroki baru di Keuskupan Surabaya. Begitu juga paroki baru di kawasan perumahan TNI AL di Semampir, Sukolilo. Paroki Santo Yosafat.

Dalam beberapa tahun terakhir kondisi fisik Uskup Sutikno memang melemah. Masuk keluar, opname di rumah sakit. Bapa Uskup juga sering memimpin misa dengan duduk di kursi roda. 

"Terima kasih banyak atas kepemimpinan Bapa Uskup Sutikno di Keuskupan Surabaya," kata Retno dari Paroki Karangpilang. 

Selamat jalan, Monsinyur Sutikno. Jasa-jasamu akan selalu dikenang umat Katolik di Keuskupan Surabaya dan Jawa Timur umumnya. 

Resquescat in pace! 

4 komentar:

  1. Lambertus, apakah ada perbedaan gaya dan hasil kepemimpinan dari Monsinyur Sutikno (RIP), wong turunan Tionghoa pertama di Indonesia yang jadi uskup, dibandingkan dengan uskup2 wong Jawa sebelumnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Secara umum sama saja gaya kepemimpinan para bapa uskup baik Tionghoa, Jawa, Flores, Batak dsb. Kalaupun ada perbedaan ya beda² tipis lah.

      Yang paling kelihatan kebijakannya sedikit banyak mengikuti Sri Paus yang mengangkat beliau atau Paus yang berkuasa saat itu. Yang mengangkat Mgr Sutikno ini Paus Benediktus XVI. Maka sejak itulah ada misa bahasa Latin yang lama atau Misa Tridentina diizinkan untuk komunitas tertentu. Lebih konservatif.

      Liturgi pun cenderung lebih konservatif. Beda dengan masa Paus Yohanes Paulus II yang cenderung lebih inkulturasi dan agak longgar. Gaya karismatik yang karikatural macam di film Sister Act boleh dikata tidak ada lagi pada masa Mgr Sutikno.

      Hapus
    2. Pepatah Jerman bilang; Nach jemandes Pfeife tanzen.
      Siapa yang kasih kepada ku uang, maka aku akan menari sesuai dengan irama siulan-nya.
      Ergo, kalau Yohanis berhasil jadi RI-1, maka dia akan nandak sesuai siulan SP dan JK.

      Hapus
    3. Pepatah Jerman yang bagus dan cocok untuk segala cuaca. Kamsia.

      Hapus