Selasa, 15 Agustus 2023

Maestro dari Perak Telah Berpulang!


Oleh Kanisius Karyadi

Penulis Buku Biografi Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono, "Sang Maestro dari Perak"

16 tahun silam, Mgr Vincentius Sutikno Wisaksono, Uskup Keuskupan Surabaya, mengirim SMS (Short Massage Service), kepada saya. Ia meminta saya segera menghadap, karena ada urusan penting. 

Saya segera menghadap Yang Mulia Bapa Uskup Surabaya ini. Tanpa basa basi, ia menawari jabatan kepada saya, sebagai Direktur Sasana Krida Jatijejer, Trawas, Mojokerto. Ini sebuah tempat pembinaan dan pertemuan yang dimiliki Keuskupan Surabaya.

Ia menerangkan segala bentuk kompensasi, baik gaji, fasilitas mobil dan lain lain. Ia agak terperangah dan kaget dengan jawaban saya yang menolak jabatan mentereng dan keren itu.

"Gila kau Karyadi, orang lain berlomba mengejar jabatan tinggi, kau ditawari malah menolak!" timpal Mgr Oei Tik Hauw, nama kecil dan asli Bapa Uskup Surabaya ini.

Ia kaget, mungkin ia mengira ini anak nakal, sampai menolak jabatan penting di awal masa kepemimpinannya. 

Itulah secuil kisah dengannya yang membekas sampai hari ini. Uniknya, ia tidak marah, tetap menjalin komunikasi. 

Mgr Sutikno lahir di Surabaya, 26 September 1953. Ia adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Oei Kok Tjia (Stephanus Widiatmo Wisaksono) dan Kwa Siok Nio (Ursula Madijanti),

Menurut Ibu Ursula Madijanti (RIP), waktu kehamilan anak kedua ini sering mengidam pencit (mangga muda).  Madijanti mengatakan nama Oei Tik Hauw diberikan kepada anak keduanya itu berarti 'kebijaksanaan yang indah'.

Sejak kecil, Tikno akrab dipanggil maminya, "Nyooce" yang artinya sinyo atau anak kecil yang lucu. Sejak kecil bersama keluarga tinggal di Jalan Perak Timur 216 Surabaya, Jawa Timur.

Masa kecilnya lengket kayak perangko dengan maminya. Ke mana pun  mami pergi, Nyooce tak mau dilepaskan. Dalam belajar sehari hari, ia mendapat porsi lebih banyak, tak jarang, kedua saudara perempuannya menjadi iri (meri), tapi uniknya tak pernah berkelahi.

Menurut maminya, Nyooce di masa kecil badannya kecil dan kurus. Soal daya tahan tubuh, Nyooce gampang sakit. Kekuatan fisiknya lebih rapuh dibandingkan kedua saudara perempuannya.

Awal mula ketertarikan menjadi pastor Gereja Katolik. Ia terinspirasi sosok, dan teladan hidup Romo Herman Kock, CM. Pastor Katolik dari Kongregasi Misi ini banyak menginspirasi soal keutamaan hidup, kesederhanaan, pelayanan sesama manusia. 

Setelah lulus dari SMPK Angelus Custos Surabaya, tahun 1970-an, ia melanjutkan studi di Seminari Menengah Garum, Blitar, lanjut ke Seminari Tinggi Santo Paulus, Kentungan, Yogjakarta. Sampai ditahbiskan menjadi imam pada tanggal 21 Januari 1982 oleh Mgr J Klooster, CM di Gereja Katolik Hati Kudus Yesus, (Katedral) Surabaya. 

Pasca tahbisan imam itu ia ditugaskan di berbagai tempat seperti Blitar, Malang. Ia spesialis menangani pembinaan calon imam di Keuskupan Surabaya. Pernah ditugaskan di Seminari Menengah Vincentius a Paulo, Blitar, sampai Seminari Tinggi Praja Antar Keuskupan di Malang sebagai Rektor. 

Setelah 10 tahun menjadi Rektor Seminari Tinggi, tahun 2000 ditugasi oleh Mgr Hadiwikarta untuk studi S3, memperdalam ilmu psikologi konseling di De La Salle University, Manila, Filipina. 

Tak terduga tak ternyata, 1 April 2007, ia mendapat telpon dari Duta Besar Vatikan untuk Indonesia mengabarkan dirinya ditunjuk jadi Uskup baru Keuskupan Surabaya. Ia tak percaya, karena menganggap sebagai April Mop semata, alias kabar bohong. Kemudian ia konfirmasi ulang, ternyata berita itu benar. 

Pada perayaan Misa Krisma, 3 April 2007, Duta Besar Vatikan, Mgr Geopoldo Girelli mengumumkan secara resmi, "Saya dengan gembira memberitahukan kepada anda bahwa Bapa Suci, Paus Benedictus XVI, telah menunjuk Romo Vincentius Sutikno Wisaksono dari Keuskupan ini, sebagai Uskup Surabaya." Lalu ditahbiskan menjadi Uskup Surabaya pada tanggal 29 Juni 2007 oleh Kardinal Mgr Julius Darmaatmadja, SJ.

Selama 16 tahun menggembalakan umat Keuskupan Surabaya, Banyak hal yang dilakukan bersama jajaran hirarkinya. Mulai Manajemen struktur paroki, Manajemen keuangan Gereja, arah gerak, program Gereja dan banyak hal melalui Musyawarah Pastoral yang melibatkan stakeholder Keuskupan Surabaya.

Hal yang unik dan nyentrik dari Monsinyur Sutikno  adalah ciri khas dialek bahasa Suroboyoan yang khas dan kental. Agak vulgar, ceplas ceplos, suaranya keras menggelegar.

Tak lupa, dalam banyak khotbah disukai umat karena lucu, berisi dan menggugah. Dalam sesi pembinaan selalu menggembirakan, menarik dan menggugah. 

Dalam kehidupan sehari hari, watak sosialnya begitu tinggi, Sering memberikan bantuan material kadang juga bantuan petunjuk, nasehat iman spiritual kepada umatnya.

Jiwa pembauran sungguh nyata. Ia Uskup pertama yang keturunan etnis Tionghoa, sungguh memberikan teladan pembauran sejati di kalangan umatnya.

Monsinyur Sutikno sosok yang bersemangat lebih (magis semper) tentang pembinaan calon calon pastor/imam praja atau diosesan. 

Peninggalan besar adalah merintis dan membangun seminari tinggi imam diosesan di Surabaya, secara mandiri.  Pada awalnya masih bergabung dengan beberapa keuskupan di Malang.

Ia merintis dan  membangun Seminari Tinggi di Keuskupan Surabaya, bernama Providentia Dei. Untuk melengkapi ia bersama tim membuat kelas studi filsafat dan teologi, sekaligus mulai mendirikan Fakultas Kedokteran di Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. 

Mulai dari awal menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan seminari tinggi, baik fisik gedung, konsep, tenaga pengajar, dana, dan lain sebagainya.

Kamis, 10 Agustus 2023, kita dikejutkan berita duka, Sang Maesto dari Perak wafat, menghadap Sang Ilahi. Selamat jalan Monsinyur Vincentius Sutikno Wisaksono, semoga segala kebaikan yang telah ditebar membawa banyak inspirasi bagi umat dan masyarakat. 

8 komentar:

  1. Bagus sekali pencapaian2 uskup keturunan Tionghoa pertama di Indonesia. Mendirikan seminari. Fakultas Kedokteran. Usia 70 di zaman sekarang belum termasuk tua sekali. Memang tua, tapi tua yang muda. Beristirahatlah dalam damai, Uskup Sutikno Wicaksono Oei Tik Hauw.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Luar biasa memang Mgr Tikno. Mendirikan seminari tinggi itu nyaris tidak terbayangkan. Di mana2 seminari tinggi itu kolaborasi banyak keuskupan macam di Malang atau Ledalero Flores atau Kentungan Jogja. Lah, Keuskuoan Surabaya punya seminari tinggi sendiri apa ora hebat?

      Agar bisa jalan seminari itu, maka Mgr Tikno sejak awal kolaborasi dengan Unika Widya Mandala. Harus dibuka Fakultas Filsafat dan Teologi di universitas itu. Segera! Dosen2nya bagaimana? bisa diatur katanya.

      Memang rada nekat. Tapi akhirnya berjalan dengan baik. Demgan begitu, para lulusan seminari rendah di Garum Blitar tidak lagi melanjutkan di STFT Widya Sasana Malang dan Seminari Tinggi Giovanni di Malang.

      Hapus
  2. Romo Tikno selama 10 tahun bertugas sebagai rektor seminari tinggi di Malang. Karena itu, beliau sangat paham kurikulum, sistem pendidikan, tenaga pengajar dsb.

    Pengalaman panjang itulah yang jadi modal untuk mendirikan Seminari Tinggi Providentia Dei di Surabaya. Didukung lahan yang cukup di Pakuwon, Sukolilo, ada kampus Unika Widya Mandala, semua rencannya bisa terlaksana.

    BalasHapus
  3. Menarik istilah ,,tua yang muda". Dibandingkan Biden dan Trump yang akan tarung lagi di Pilpres USA.
    Mahathir Mohamad 98 tahun masih ingin jadi PM Malaysia.

    Berarti Uskup Sutikno yang berpulang pada usia 70 bisa dikata masih belum terlalu tua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener.
      40-50 = usia pertengahan
      50-60 = menjelang tua
      60-70 = tua yang muda (young old)
      70-80 = tua
      80-90 = benar benar tua
      90 - … = tua bonus

      Hapus
    2. Kalau di Amerika dgn life expectancy yg lebih lama: The older adult population can be divided into three life-stage subgroups: the young-old (approximately 65–74), the middle-old (ages 75–84), and the old-old (over age 85). Today's young-old age group is generally happier, healthier, and financially better off than the young-old of previous generations.

      Hapus
  4. Biden = tua tak tahu diri , waktunya masuk panti
    Trump = tua kriminal , waktunya masuk bui

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu orang tua kriminal ndak mau masuk bui. Dia saban hari ajak orang Amerika gelut terus. Trump sudah tua tapi selalu merasa muda dengen stamina kuat bersama Melania dan nona2 manies.

      Hapus