Rabu, 30 November 2022

Surabaya ternyata kota nomor 10 di Indonesia

Surabaya pernah jadi kota terbesar di Indonesia. Lebih tepat di Hindia Belanda. Waktu itu lebih tepat Soerabaia atawa kadang ditulis Soerabaja. Belum ada Surabaya.

Batavia malah kota terbesar kedua. Belum ada Djakarta, apalagi Jakarta. Padahal Batavia itu pusat pemerintahan Hindia Belanda. Soerabaia kota dagang.

Itu dulu. Sebelum ada Republik Indonesia. Sebelum ada pertempuran heroik Arek-Arek Surabaya itu. Sebelum para meneer dan mevrouw pemakan roti dan keju itu dipulangkan ke negaranya di Holland sana.

Pagi ini ada anggota grup tempo doeloe yang mengangkat lagi nostalgia ini. Bahwasanya doeloe Surabaya kota terbesar nomor 1 di Indonesia (d/h Hindia Belanda). Jumlah mobil lebih banyak di Surabaya. Omzet dagang pun lebih banyak di Soerabaia.

"Sekarang Surabaya nomor berapa?" Ayas bertanya iseng saja.

Bung TS tidak jawab. Tapi ada anggota lain yang jawab Jakarta. Sudah pasti Jakarta lah, kata yang lain lagi. Ayas respons dengan hahahaha...

Ayas ingat betul tulisan seorang pewarta senior. Sebelum ada media sosial, ponsel pintar. HP sudah ada tapi hanya bisa menelepon dan kirim SMS. Juragan media itu bilang Surabaya bukan kota nomor 2 tapi nomor 6.

Nomor 2 kota apa? "Nomor 1 sampai 5 Jakarta, Jakarta, Jakarta, Jakarta, Jakarta," kata sang juragan koran.

Begitu terpusatnya ekonomi, bisnis, peredaran uang, pemerintahan dsb dsb di Jakarta. Kota-kota lain di luar Jakarta hanya kebagian remah-remah. Soerabaia yang doeloe unggul atas Batavia pun kalah jauh dari Jakarta yang nomor 5 (Jakarta Timur). 

Ayas sering kutip ungkapan Surabaya kota nomor 6 itu. Tapi dua pekan lalu tokoh kita rupanya punya versi baru tentang Jakarta vs Surabaya. Surabaya pada tahun 2022 ini ternyata cuma kota nomor 10 di Indonesia.

Berikut kutipan tulisan Siansen itu:

"Hermawan sudah identik dengan marketing. Ia sudah jadi ikan besar marketing di Surabaya. Tapi Surabaya itu ibarat kolam kecil. Yang disebut kolam besar adalah Jakarta. 

Surabaya memang kota terbesar kedua setelah Jakarta, tapi kedua yang jauh. Kota terbesar kedua yang sebenarnya masih Jakarta. Nomor tiganya masih Jakarta. Pun nomor 8-nya. 

Surabaya itu nomor 10. Nomor 9-nya Bekasi atau Tangerang. Secara ekonomi.

Maka Hermawan itu ibarat ikan besar di kolam kecil. Untuk bisa lebih besar ia harus mencari kolam besar. Ia pun pindah ke Jakarta."

4 komentar:

  1. 1. Jakarta Pusat
    2. Jakarta Utara
    3. Jakarta Selatan
    4. Jakarta Barat
    5. Jakarta Timur
    6. Tangerang
    7. Bekasi
    8. Bogor
    9. Depok
    10. Surabaya

    Begitu ?

    BalasHapus
  2. Kira-kira begitu. Nomor 1 Jaksel, 2 Jakbar, 3 Jakpus dst.

    Ini satire khas Srimulat betapa jauhnya jurang alias gap antara Jakarta dan bukan Jakarta.

    Kalau kita tinggal seminggu di Jakarta, setelah kembali ke Surabaya memang sangat terasa perbedaannya. Apalagi kalau nginap di kawasan Sudirman atau Thamrin, Kuningan, Rasuna Said.

    BalasHapus
  3. Saya pernah 3 tahun di Jakarta Timur. Sebelumnya sempat di Jaksel bbrp bulan. Utk saya Jakarta terlalu keras. Semua diukur dengan uang dan kekuasaan. Tanpa keluarga dan komunitas, terasa sepi. Saya lebih suka Surabaya. Bahkan kalau ke Indonesia pun skrg saya malas ke Jakarta walaupun banyak teman di sana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dui dui.. Saya juga pernah di Sunter Jakarta Utara dan kampung belakang Sudirman yg penuh gedung pencakar langit. Memang ritme hidup sangat beda dengan Surabaya.

      Surabaya ini meski kota besar tapi iramanya masih terasa seperti kampung yang ramah. Apalagi kalau cangkrukan di warkop, dolanan ke tambak atau pinggir kota.. suasananya masih seperti desa. Khususnya di wilayah eks Kabupaten Surabaya.

      Hapus