Minggu, 03 Mei 2020

PSBB Surabaya Raya Perlu Diperketat Lagi

Pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diterapkan di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik sejak 28 April 2020. PSBB itu semacam lockdown ringan. Ada 17 pos pemeriksaan di perbatasan Surabaya dengan Sidoarjo/Gresik.

Minggu pagi ini saya nggowes ke kawasan Pondok Candra, Waru, Sidoarjo. Tentu saja harus lewat checkpoint. Cukup banyak petugas duduk di pos. Ada juga yang ngopo di warung - bagi yang tidak puasa.

"Pesan sinom," kata saya kepada ibu pemilik warung dekat perbatasan Surabaya dan Sidoarjo.

Gara-gara corona, belakangan saya senang sinom, beras kencur, jahe, temulawak dsb. Sesuai anjuran Bu Risma, Wali Kota Surabaya. Sinom satu gelas besar Rp 5.000.

Saya ikut memantau kendaraan-kendaraan yang masuk dan keluar Surabaya. Kayaknya sama saja dengan Ahad pagi sebelum Covid-19 merebak. Petugas gabungan pun tidak memeriksa pengendara-pengendara itu.

"Belum," kata seorang petugas. "Intinya, kami selalu monitor dan sosialisasi. Agar kita bersama-sama menanggulangi corona."

Agak longgar memang. Tidak seketat seperti potongan video di televisi atau media sosial. Padahal PSBB merupakan kebijakan drastis layaknya lockdown di negara-negara lain.

Yang bikin ketar-ketir, tidak jauh dari checkpoint ini terungkap klaster baru Covid-19 skala besar di Jawa Timur. Ratusan karyawan pabrik rokok Sampoerna diisolasi di sebuah hotel. Sebanyak 123 karyawan yang swab test-nya positif Covid-19.

Klaster baru di kawasan Rungkut Industri ini bukan main-main. Ratusan karyawan Sampoerna itu punya keluarga dan teman dekat. Bukan tidak mungkin virus corona itu sudah menular ke istri, anak, teman kampung, tetangga dsb.

Surabaya yang paling awal jadi zona merah pun makin merah. Bayangkan, ada ratusan pasien covid di satu tempat kerja di pabrik rokok! Padahal di banyak negara pasien covid tidak sampai 100 orang.

Mudah-mudahan warga makin sadar bahwa virus corona ini bukan virus sembarangan. Sangat mudah menular dan tak pandang kaya miskin, tua muda, apa pun latar belakang orang.

1 komentar:

  1. Orang Bali kebal terhadap coronavirus, sebab mereka belum melupakan tradisi dan budaya nenek-moyang nya. Rahasia utamanya: kesune & cekoh.

    BalasHapus