Mendiang ayahku, Nikolaus Nuho Hurek, dulu sering bicara dengan turis-turis bule yang kebetulan datang ke Desa Mawa, Kecamatan Ileape, Kabupaten Lembata, NTT. Obrolan ringan pakai bahasa Indonesia dan sedikit bahasa Inggris. Tidak lancar English tapi lumayan untuk ukuran orang desa di pulau terpencil yang dulu disebut Lomblen itu.
Belajar bahasa Inggris di mana?
Kok bisa ngomong sedikit English?
Sementara kita orang di kampung koda Melayu nepa kahen (bicara bahasa Indonesia pun tidak lancar)?
Ama Niko cuma lulusan SGB, sekolah guru lawas di Larantuka. Ada pelajaran bahasa Inggris tapi cuma selintas ala sekolah menengah sekarang.
"Saya belajar sedikit dari Pater Lawrence. Tuan Lawrence nepe Amerika lewun (Pater Lawrence itu orang Amerika)," kata Ama Niko yang berpulang pada 22 Juli 2019.
Saya cuma tiga atau empat kali melihat Pater Lawrence lewat di kampung. Pakai motor besar ala Amerika. Orangnya ramah, senyum, asyik. Senang ngobrol dengan orang kampung yang tidak ada listriknya.
Saat saya masih SD itu Pater Lawrence sudah pindah ke paroki lain. Paroki Ilape dilayani Pater PM Geurtz SVD dan Pater Willem van der Leur SVD. Keduanya orang Belanda. Karena itu, logat bahasa Indonesia Pater Lawrence sangat berbeda dengan dua pater van Hollands itu.
Pekan lalu, iseng-iseng saya baca catatan singkat di media sosial orang Tionghoa Lembata. Ada foto bersama almarhum Pater Lawrence Hambach SVD. Saya langsung teringat pater asli Amerika Serikat yang menjalani misi di Lembata dan Flores hingga tutup usia itu.
Saya pun mencoba melacak sedikit perjalanan Pater Lawrence. (Banyak orang Lembata pakai nama Lorensius atau Laurensius karena terinspirasi Pater Lawrence Hambach SVD.)
Ketemu sedikit catatan obituari di laman SVD Amerika Serikat.
《Rev. Lawrence Hambach, SVD
(1933 - 2016)
Divine Word missionary Father Larry Hambach passed away Oct. 28, in Indonesia, where he had served the past 55 years.
Born in Canton, June 18, 1933, to the late Lawrence and Rose (Zucal) Hambach. Graduated from St. Mary's School, then continued high school and graduate studies at seminaries in Pennsylvania, New York and Iowa.
He was ordained April 16, 1961, at Techny, Ill.
In 2011, he returned to Canton to celebrate 50 years of Priesthood with family and friends at St. Mary's. 》
Pater Lawrence menghabiskan sebagian besar hidupnya sebagai misionaris di Pulau Lembata, Pulau Solor, dan Pulau Flores. Sebagai native speaker, Pater Lawrence dengan senang hati mengajarkan bahasa Inggris (dasar) kepada orang-orang kampung macam ayahku hingga frater-frater dan pater-pater SVD yang akan diutus ke berbagai negara.
"Semua calon misionaris dari Ledalero wajib ikut English Pronunciation Test yang dibimbing Pater Lawrence," kata seorang pater yang sekarang tugas di luar negeri.
Selain Pater Lawrence Hambach SVD, ada dua lagi pater asal Amerika Serikat yang punya kontribusi luar biasa untuk Pulau Lembata dan Keuskupan Larantuka. Yakni Pater Eugene Schmitz SVD dan Pater Nicholas Strawn SVD.
Ketiga pater asal negeri Paman Sam itu sudah tiada. Tapi jasa-jasa mereka akan selalu dikenang oleh orang Lembata.
Belajar bahasa Inggris di mana?
Kok bisa ngomong sedikit English?
Sementara kita orang di kampung koda Melayu nepa kahen (bicara bahasa Indonesia pun tidak lancar)?
Ama Niko cuma lulusan SGB, sekolah guru lawas di Larantuka. Ada pelajaran bahasa Inggris tapi cuma selintas ala sekolah menengah sekarang.
"Saya belajar sedikit dari Pater Lawrence. Tuan Lawrence nepe Amerika lewun (Pater Lawrence itu orang Amerika)," kata Ama Niko yang berpulang pada 22 Juli 2019.
Saya cuma tiga atau empat kali melihat Pater Lawrence lewat di kampung. Pakai motor besar ala Amerika. Orangnya ramah, senyum, asyik. Senang ngobrol dengan orang kampung yang tidak ada listriknya.
Saat saya masih SD itu Pater Lawrence sudah pindah ke paroki lain. Paroki Ilape dilayani Pater PM Geurtz SVD dan Pater Willem van der Leur SVD. Keduanya orang Belanda. Karena itu, logat bahasa Indonesia Pater Lawrence sangat berbeda dengan dua pater van Hollands itu.
Pekan lalu, iseng-iseng saya baca catatan singkat di media sosial orang Tionghoa Lembata. Ada foto bersama almarhum Pater Lawrence Hambach SVD. Saya langsung teringat pater asli Amerika Serikat yang menjalani misi di Lembata dan Flores hingga tutup usia itu.
Saya pun mencoba melacak sedikit perjalanan Pater Lawrence. (Banyak orang Lembata pakai nama Lorensius atau Laurensius karena terinspirasi Pater Lawrence Hambach SVD.)
Ketemu sedikit catatan obituari di laman SVD Amerika Serikat.
《Rev. Lawrence Hambach, SVD
(1933 - 2016)
Divine Word missionary Father Larry Hambach passed away Oct. 28, in Indonesia, where he had served the past 55 years.
Born in Canton, June 18, 1933, to the late Lawrence and Rose (Zucal) Hambach. Graduated from St. Mary's School, then continued high school and graduate studies at seminaries in Pennsylvania, New York and Iowa.
He was ordained April 16, 1961, at Techny, Ill.
In 2011, he returned to Canton to celebrate 50 years of Priesthood with family and friends at St. Mary's. 》
Pater Lawrence menghabiskan sebagian besar hidupnya sebagai misionaris di Pulau Lembata, Pulau Solor, dan Pulau Flores. Sebagai native speaker, Pater Lawrence dengan senang hati mengajarkan bahasa Inggris (dasar) kepada orang-orang kampung macam ayahku hingga frater-frater dan pater-pater SVD yang akan diutus ke berbagai negara.
"Semua calon misionaris dari Ledalero wajib ikut English Pronunciation Test yang dibimbing Pater Lawrence," kata seorang pater yang sekarang tugas di luar negeri.
Selain Pater Lawrence Hambach SVD, ada dua lagi pater asal Amerika Serikat yang punya kontribusi luar biasa untuk Pulau Lembata dan Keuskupan Larantuka. Yakni Pater Eugene Schmitz SVD dan Pater Nicholas Strawn SVD.
Ketiga pater asal negeri Paman Sam itu sudah tiada. Tapi jasa-jasa mereka akan selalu dikenang oleh orang Lembata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar