Sabtu, 23 Mei 2020

Misa 19 Menit ala Amerika


Sabtu ini, 23 Mei 2020, saya ikut misa online. Seperti biasa sejak gereja-gereja di Surabaya tutup sementara sejak 22 Maret 2020.

Sengaja kali ini saya pilih channel dari USA. Bukan Canada atau Washington seperti sebelum pandemi corona. Uskup Msgr. William F. Stumpf yang pimpin misa dari SS. Peter and Paul Cathedral di Indianapolis, Amerika Serikat.

Luar biasa!

Misa bersama Bapa Uskup Stumpf ini sangat padat dan efisien. Lecta missae alias misa tanpa nyanyian. Tanpa misdinar atau putra altar. Cukup dibantu seorang pater atau romo.

Tata perayaan ekaristi sama saja dengan di Indonesia. Cuma beda bahasanya saja. Bahasa Inggris punya kelebihan: lebih padat dan lancar mengalir. Uskup atau romo di USA juga tidak banyak basa-basi seperti di sini.

Karena itu, misa cepat selesai. Hanya 19 menit! Bandingkan dengan misa harian di Surabaya atau Malang yang rata-rata 50 menit. Misa hari Minggu di Indonesia paling cepat 70 menit. Syaratnya tidak banyak nyanyian dan homili singkat.

Selama dua bulan misa online ini saya rasa misa di Indianapolis USA ini yang tercepat. Biasanya misa harian di Amerika berkisar 25 sampai 33 menit. Indonesia minimal 40-an menit.

Selama 30-an tahun saya pikir rekor misa tercepat itu di Larantuka, Flores Timur. Misa yang dipimpin Pater Krisik SVD asal Ceko. Bacaannya sangat cepat, lancar, tanpa basa-basi, dan tanpa khotbah.

Bagian utama misa, yakni doa syukur agung, juga mengalir kayak sungai. Pater Krisik biasa berdoa sendiri tanpa jawaban umat. Belakangan baru saya tahu itulah tata kurban misa pra Konsili Vatikan II.

Karena itu, misa bersama Pater Krisik cepat selesai. Tapi secepat-cepatnya Pater Krisik, saya rasa durasinya masih di atas 23 menit. Lebih lama ketimbang misa yang dipimpin Uskup Stumpf di Indianapolis itu.

Yang jelas, orang-orang NTT di NTT umumnya tidak suka misa yang terlalu singkat dan padat. Sebab mereka sangat suka bernyanyi. Lagu yang punya 5 atau 7 ayat atau kuplet dinyanyikan semua. Beda dengan di Jawa yang nyanyiannya biasa cuma dua kuplet atau satu kuplet saja.

Que bene cantat bis orat! Siapa yang bernyanyi dengan baik berdoa dua kali.

Pepatah ini sangat merasuk di kalangan umat Katolik di NTT, khususnya Flores dan Lembata. Orang sedih kalau misa atau ibadat sabda tanpa nyanyian.

Tapi di era milenium yang bergegas ini rasanya misa cepat ala mendiang Pater Krisik SVD atau Uskup Stumpf di Amerika lebih disukai. Lebih hemat data internet juga.

Dominus vobis cum!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar