Bishop Robert Barron dari USA menulis:
"Friends, October is the Month of the Rosary. Through the prayers of the Rosary, we meditate upon the great Christian mysteries of Jesus' birth, life, death, and resurrection."
Bapa Uskup Barron ini salah satu pembicara dan penulis masalah kekatolikan yang cukup terkenal di USA. Ia juga aktif sekali di media sosial, YouTube, dan sebagainya sehingga dikenal di seluruh dunia. Saya sering ikuti homili dan kuliahnya di Youtube.
Yah.. Uskup Barron mengingatkan kita semua, orang Katolik, tentang Bulan Rosario. Selama bulan Oktober harus selalu berdoa rosario. Orang Flores Timur dan Lembata dulu bilang sembahyang kontas. Orang Katolik di Jawa bilang sembahyang tasbeh.
Sembahyang Kontas ini tidak sulit. Rosario itu doa sederhana. Paling sederhana. Tinggal mengulang-ulang Salam Maria sampai 50 kali.
"Kalau tidak kuat ya cukup 30 kali saja," pesan bapaku dulu.
"Kalau tidak kuat 30 kali ya 10 kali Salam Maria saja," pesan guru sekolah dasar di kampungku dulu.
Saya perhatikan orang Katolik di Jawa selalu sembahyang tasbeh lengkap 5 peristiwa atawa 50 kali Sembah Bekti Kawula alias Salam Maria. Tidak pakai diskon jadi 30 kali atau 10 kali macam di kita orang punya kampung.
Di buku Finding God karya Father Ken Kaisch, yang barusan saya baca, ada sembahyang rosari primitif. Disebut juga The Psalter of The Blessed Virgin. Doa rosario primitif ini hanya mendaraskan 150 kali Salam Maria tanpa Bapa Kami, Kemuliaan, Terpujilah, Doa Fatima dsb.
"Going back to the primitive rosary, you are able to move more directly into the monologistic aspects of this great prayer," tulis Pater Ken Kaisch.
Cukup banyak variasi sembahyang kontas atau rosario ini. Teorinya sudah sering kita dengar dan baca. Namun, praktiknya sering tidak mudah di era disrupsi digital ini.
Ave Maria, gratia plena...