Senin, 10 Oktober 2022

212 Tahun Gereja Kepanjen, Paroki Kelsapa Surabaya

Gereja Kelahiran Santa Perawan Maria  (Kelsapa), Surabaya, baru saja merayakan hari jadi ke-212. Dua abad lebih. Gereja di Jalan Kepanjen 9 ini disebut-sebut sebagai gereja katolik tertua di Surabaya. Mungkin tertua di Jawa Timur juga.

Tidak ada perayaan besar 212 tahun Paroki Kelsapa. Bukan hanya karena masih ada sisa-sisa pandemi covid, tapi memang itu sudah jadi kebiasaan umat Katolik di Indonesia. Pesta atau perayaan besar hanya digelar orang Katolik  lima tahun sekali alias Lustrum.

Pesta hari jadi paroki atau gereja hanya dirayakan pada ulang tahun kelipatan lima. Misalnya, ulang tahun ke-50, 55, 70, 75, 100, 200, 205, 210, 215, dst. 

"Terlalu capek, buang energi, buang duit, kalau dirayakan tiap tahun," kata seorang pater tua yang sudah tiada. 

Perayaan ekaristi atau misa HUT ke-212 Paroki Kelsapa Surabaya dipimpin Romo Martinus Paryanto, CM. Saya ikut misa daring alias live streaming - habitus baru sejak awal pandemi covid. 

Saya lihat banyak jemaat mengenakan busana adat Nusantara. Orang-orang Flores, NTT, tak ketinggalan memakai busana tenun ikat khas Flores, Lembata, Adonara, Solor, Timor dsb.

Sejak dulu Gereja Kepanjen memang jadi jujukan perantau-perantau asal NTT yang katolik untuk misa mingguan. Maklum, dulu perhubungan hanya mengandalkan kapal-kapal kayu yang sandar di Kalimas. Kos-kosan atau kontrakan orang NTT (dulu) pun hampir semuanya di kawasan Surabaya Utara. 

Gerejanya ya cuma di Kepanjen ini. Belum ada Paroki Santo Mikael di Jalan Tanjung Sadari yang kini digembalakan imam-imam SDB alias Selesian itu. Juga belum ada paroki di Pogot, dekat Kedungcowek, dan Paroki Marinus Yohanes di Kenjeran Perum AL.

Maka, saya dulu pun pertama kali misa di Surabaya ya di Gereja Kepanjen yang legendaris itu. Orang-orang Flores dan Lembata dulu saya lihat sudah banyak sekali. Jadi dirigen, paduan suara, pastor, lektor, pengurus lingkungan, hingga juru parkir. 

Setiap kali lewat di kawasan Indrapura, kita orang biasanya mampir ke Jalan Kepanjen. Ngombe es teh, mangan mi, di depan gereja lalu masuk untuk sembahyang tasbeh alias doa rosario meski sering tidak genap 5 peristiwa. Apalagi di bulan Oktober yang disebut bulan rosario ini. 

Selamat hari jadi ke-212 Paroki Kelsapa Surabaya.

Berkah Dalem.

18 komentar:

  1. Apa nama Gereja Kepanjen yang asli, ketika diresmikan oleh Uskup Belanda ? Gereja yang sedemikian indah kok bisanya diberi nama sembarangan, Akronim, seperti di militer.
    Apa salahnya jika memakai nama Gereja Maria Immaculata, dan diakronim menjadi " GMI " atau Gereja MI di Jalan Kepanjen, daripada nama ngawur Kelsapa.
    Mengapa tempat ibadah agama lain, boleh, malah bangga, pakai nama bahasa asing ?
    Cukuplah aku, si cino, yang gonta ganti nama, biarlah tempat ibadah pakai nama aslinya. Hati-ku ter-nyuh, gemetar, jika mendengar ada orang di Denpasar dan di Banyuwangi yang memanggil ku dengan nama asli dalam bahasa mandarin, itu tanda dia sejak tahun 1957 masih ingat kepada ku.

    BalasHapus
  2. Itu gereja saya selagi masih SD. Tempat saya dibaptis oleh alm. Rm Soemarki.

    Dulu kita tidak pernah menyebutnya dgn nama Kelsapa, tetapi hanya dgn Santa Perawan Maria. Setelah saya meninggalkan tanah air, namanya dijelaskan dg yg betul, tetapi panjang, shg disingkat oleh orang Indonesia yg suka membikin akronim.

    Di pekarangan depan (ke arah kantor pos), dulu ada rumah kecil / paviljoen yg ditinggali oleh guru agama kami, Ibu Lily, yang Indo setengah Belanda dan masih fasih berbahasa Belanda. Ada kakak kelas kami yg bernama Stevie yg berambut ikal yang tinggal dengan Ibu Lily. Entah cucunya atau keponakannya. Yg pasti bukan anaknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Gereja Santa Perawan Maria , ini baru nama yang masuk akal.
      Kalau mau disingkat-singkat, sesuai dengan kebiasaan orang Indonesia yang cenderung militerphilie, Gereja St. Maria.
      Kalau ada yang ingin menekankan Keperawanan, ya ditambah embel embel Gereja St. Maria B.M.V., yaitu akronim dari Beatae Mariae Virginis.
      Tetapi kalau saudara2 kita dari NTT mau pakai nama Gereja Kelsapa, ya tidak ada masalah. Apa sih artinya sebuah nama ? Isuk dele, sore tempe.
      Pari - gabah - beras - sego - aking. Asalnya cuma satu.

      Hapus
    2. Yang bikin akronim Kelsapa itu ya tokoh² Kelsapa juga sejak lamaaa. Bukan orang NTT yg bikin itu hehe.
      Gereja Santa Maria atawa Santa Perawan Maria itu banyaak macamnya. Makanya ada Kelahiran Santa Perawan Maria di Kepanjen. SMTB: St Maria Tak Bercela di Ngagel Madya. Santa Maria Annuntiata di Sidoarjo dsb dsb.

      Kelsapa itu aslinya St Maria Geborte kalau tidak salah.

      Hapus
  3. Semua nama paroki di Surabaya dan sekitarnya memang disingkat atau diakronimkan. Ada KR (Kristus Raja), HKY (Hati Kudus Yesus), Yopem (Yohanes Pemandi), Algonz (Aloysius Gonzaga), Sayuka (St Yusuf Karangpilang), SMK atau Samaku (Sakramen Mahakudus).. dsb dsb.

    Awalnya saya heran dan bingung tapi lama² jadi biasa. Itu memang kebiasaan lama yg makin meluas di mana².

    Semua orang Katolik di Surabaya pasti paham Kelsapa atau VAP Sawahan atau RM Dukuh Kupang atau RK Rungkut Purimas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kristus Raja disingkat jadi KR, dan juga contoh2 lainnya yang Rika sebut, ada logika nya, bisa diterima secara nalar.
      Tetapi maaf, beribu-ribu maaf, Kelsapa agaknya jauh panggang dari api.
      Na ya, orang china juga lebih soro, sak karepe dhewe,
      Frankfurt ditulis 法兰克福,Falankefu, juga semua orang china tahu apa yang dimaksud.

      Hapus
    2. Iya Lambertus. Kebiasaan membikin akronim dengan suku kata itu merajalela kira2 setelah Pak Harto mengubah singkatan Departemen P dan K menjadi Depdikbud. Lalu Departemen Penerangan menjadi Deppen. Shg ada akronim luar biasa: Poleksosbudhanjam. Jaman Polisi dimerdekakan dari ABRI, terjadilah singkatan Kombespolrestabes.

      Orang Malaysia yang berkunjung ke Indonesia akan menangis melihat singkatan2 tsb.

      Hapus
    3. Akronim dengan suku kata membentuk kata baru. Itu pakarnya bernama Bung Karno. Akronim macam itu enak dibaca, mudah diingat. Akronim orbaisme khas militer kurang enak didengar dan sulit diingat.

      Nama² dinas di Surabaya sekarang tidak pakai akronim suku kata tapi singkatan huruf awal. Panjaaang dan sulit diingat.

      Contoh: DSDABM, DPRKP.

      Akronim² tempo doeloe lebih enak kayak Siskamling, Hankamrata, Ampera, Gestapu, Gestok, Repelita, waskat, tapol dan napol dsb.

      Hapus
    4. Kombespol itu akronim lama awal kemerdekaan sebelum polisi ditentarakan doeloe.

      Polrestabes juga akronim lawas.

      Hapus
    5. Bung Karno: Jasmerah. Jangan sekali kali meninggalkan sejarah. Berdikari. Berdiri di atas kaki sendiri. (Saking populernya sampai menjadi kosa kata baru). Nasakom. Itu ide yg membuat awal dari bencana yg menggulingkannya. Supersemar. Surat sakti yg secara resmi memulai pergeseran kekuasaan darinya ke Mayjen Suharto.

      Hapus
  4. Akronim dulu biasa dipakai anak sekolah untuk menghafal pelajaran. Misalnya: Roko Gefkol Testim Tifi = surat² Paulus: Roma, Kolose, Galatia, Efesus, Kolose, Tesalonika, Timotius, Titus, Filemon 😄😄

    BalasHapus
    Balasan
    1. Pernah baca Filemon. Apa artinya?

      Hapus
    2. Cara memudahkan menghafal sesuatu yang rumit dengan membentuk pantun, di Jerman disebut Eselbrücke yang berarti Jembatan Keledai.
      Semua dokter di Jerman ingat pantun sbb.:
      Ein Kahn fuhr im Mondschein im Dreieck um das Erbsenbein
      Vieleck gross Vieleck klein am Kopf muss ein Hacken sein.

      Hapus
    3. Kon iku relijius soro, Lambertus. Surat2 Paulus ae diapalin. Di jaman internet ini, tinggal lihat HP sudah ada referensinya, jadi gak perlu ngapalin lagi. Anak SMA jaman dulu ngapalin golongan IIA di tabel periodik: Bemo Mogok Cari Serep Ban Radial. Be Mg Ca Sr Ba Ra

      Hapus
  5. Semuanya ini adalah akibat atau hasil dari Konsilium Vatikanum II, yang tepat pada hari ini, 60 tahun silam dimulai, 11.Oktober 1962, dibawah pimpinan Bapak Paus Johannes XXIII.
    Sacrosanctum Concilium, bahasa Latin diganti dengan bahasa daerah masing2 ummat, sehingga terjadilah Kelsapa.
    Haruskah kita sebagai ummat mengerti semua isi kalimat yang tertulis, ataukah pokoknya menghafal dan percaya.
    Terlalu banyak mengerti malah bisa jadi runyam, seperti halnya Salman Rushdie dengan The Satanic Verses nya.
    Ada ummat yang berpendapat Vatikanum II belum membuahkan hasil, ada ujung tanpa pangkal, mereka ngotot selibat harus dihapus dan wanita harus bisa menjadi Paus. Karepe kono !

    BalasHapus
    Balasan
    1. Memang ada sisi positif dan negatif dari KV2 itu. Umat awam bisa membaca kitab suci dan semua dokumen gereja, sembahyang pakai bahasa setempat dsb.

      Di sisi lain, banyak orang katolik konservatif tempo doeloe yang menentang hasil KV2. Belum lagi urusan doktrin, konsep misa kudus, tata liturgi dsb.

      Hapus
    2. Orang Katolik konservatif itu sama saja dgn kadroen.

      Hapus
  6. Surat² Paulus itu hafalan anak SMP di Larantuka Flores tempo doeloe. Dulu belum ada internet. Otak dipaksa untuk hafalkan nama² pahlawan, nama² menteri, tahun² perang, hafalkan syair lagu pop dsb.

    Lagu² liturgi juga dihafalkan. Makanya dulu orang kampung tidak bawa buku nyanyian SKB, Jubilate, atau Madah Bakti ke gereja.

    BalasHapus