Empat pimpinan DPRD Kota Surabaya definitif periode 2019-2024 resmi dilantik, Kamis 26 September 2019. Ketua PN Surabaya Sujatmiko memimpin pengucapan sumpah dan janji ketua dan tiga wakil ketua dewan itu.
Ketua DPRD Surabaya kali ini adalah Dominikus Adi Sutarwijono, mantan wartawan Surya dan Tempo, yang dulu aktivis mahasiswa FISIP Universitas Airlangga. Yang menarik, dan tak banyak yang tahu adalah rohaniwan pendamping Mas Awi, sapaan akrab Dominikus Adi Sutarwijono.
Pastor itu tak lain Pater Dominikus Udjan SVD, Pastor Paroki Roh Kudus, Rungkut, Surabaya. Seperti pernah saya tulis, Pater Domi (sapaan akrabnya) satu daerah dengan saya di Lembata, NTT. Bahkan, ayahnya, Bapa Yosef Nuba Udjan (RIP), teman akrab Bapa Niko Hurek (RIP), ayah saya. Pater Dominikus Udjan SVD inilah yang memimpin misa requiem 40 hari meninggalnya Bapa Niko Hurek.
"Ini peristiwa bersejarah", kata saya kepada Pater Domi SVD. Kali pertama seorang pastor asal Lembata atau Flores atau NTT jadi rohaniwan untuk pelantikan ketua DPRD Surabaya. Kalau mendampingi pelantikan anggota dewan yang 50 orang itu sih biasa.
Juga mungkin pertama kali dalam sejarah ada orang Katolik yang jadi ketua DPRD Kota Surabaya. Kalau pada masa Hindia Belanda sih bisa jadi ketua dewan dijabat orang Belanda yang Protestan atau Katolik. Tapi sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945 kayaknya tidak ada. Baik itu Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, Konfusius, apalagi aliran kepercayaan.
Dominikus Adi alias Mas Awi ini lebih hebat lagi karena lolos dalam pemilihan langsung. Bukan pemilu ala Orde Baru yang tidak pakai dapil dan cukup mencoblos gambar partai. Perolehan suara Mas Awi juga tergolong tertinggi di dapilnya, Rungkut, Gununganyar, dan sekitarnya.
Saya pun iseng-iseng mengirim foto pelantikan 4 pimpinan DPRD Surabaya yang dimuat koran kepada Pater Dominikus Udjan SVD. "Menarik. Pater Dominikus mendampingi Dominikus Adi saat dilantik sebagai ketua DPRD Surabaya. Sama-sama Dominikus," begitu kira-kira teks foto yang saya tulis.
Pater Dominikus pun membalas. Menurut pater yang kakaknya juga pater itu, Mas Awi memang umat Paroki Roh Kudus, Rungkut, Surabaya. Bu Awi atau istrinya Awi juga pengurus harian dewan paroki. Karena itulah, Pater Dominikus sebagai pastor paroki yang mendampingi Awi untuk pengucapan sumpah dan janji.
Tugas dan tanggung jawab yang berat pun diemban Mas Awi dan semua anggota dewan. Harus bisa menjawab kepercayaan rakyat saat pemilu legislatif lalu. Apalagi citra parlemen yang sangat buruk sejak zaman Orde Baru (masih ingat 5D?) belum hilang sepenuhnya di era reformasi. Bahkan, makin banyak saja anggota dewan yang masuk penjara gara-gara korupsi.
Saat pelantikan anggota DPRD Surabaya bulan lalu, ada anggota dewan ditangkap lantaran korupsi jasmas periode lalu. Pimpinan dewan yang lama juga sudah pernah merasakan nikmatnya hidup di penjara. Anggota DPRD Sidoarjo (hampir semuanya) dulu pernah dijebloskan ke penjara gara-gara bancakan uang rakyat.
Semoga kasus-kasus memalukan ini bisa jadi cermin untuk Mas Awi dan semua anggota dewan di Surabaya. Selamat bekerja!
Ketua DPRD Surabaya kali ini adalah Dominikus Adi Sutarwijono, mantan wartawan Surya dan Tempo, yang dulu aktivis mahasiswa FISIP Universitas Airlangga. Yang menarik, dan tak banyak yang tahu adalah rohaniwan pendamping Mas Awi, sapaan akrab Dominikus Adi Sutarwijono.
Pastor itu tak lain Pater Dominikus Udjan SVD, Pastor Paroki Roh Kudus, Rungkut, Surabaya. Seperti pernah saya tulis, Pater Domi (sapaan akrabnya) satu daerah dengan saya di Lembata, NTT. Bahkan, ayahnya, Bapa Yosef Nuba Udjan (RIP), teman akrab Bapa Niko Hurek (RIP), ayah saya. Pater Dominikus Udjan SVD inilah yang memimpin misa requiem 40 hari meninggalnya Bapa Niko Hurek.
"Ini peristiwa bersejarah", kata saya kepada Pater Domi SVD. Kali pertama seorang pastor asal Lembata atau Flores atau NTT jadi rohaniwan untuk pelantikan ketua DPRD Surabaya. Kalau mendampingi pelantikan anggota dewan yang 50 orang itu sih biasa.
Juga mungkin pertama kali dalam sejarah ada orang Katolik yang jadi ketua DPRD Kota Surabaya. Kalau pada masa Hindia Belanda sih bisa jadi ketua dewan dijabat orang Belanda yang Protestan atau Katolik. Tapi sejak kemerdekaan 17 Agustus 1945 kayaknya tidak ada. Baik itu Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, Konfusius, apalagi aliran kepercayaan.
Dominikus Adi alias Mas Awi ini lebih hebat lagi karena lolos dalam pemilihan langsung. Bukan pemilu ala Orde Baru yang tidak pakai dapil dan cukup mencoblos gambar partai. Perolehan suara Mas Awi juga tergolong tertinggi di dapilnya, Rungkut, Gununganyar, dan sekitarnya.
Saya pun iseng-iseng mengirim foto pelantikan 4 pimpinan DPRD Surabaya yang dimuat koran kepada Pater Dominikus Udjan SVD. "Menarik. Pater Dominikus mendampingi Dominikus Adi saat dilantik sebagai ketua DPRD Surabaya. Sama-sama Dominikus," begitu kira-kira teks foto yang saya tulis.
Pater Dominikus pun membalas. Menurut pater yang kakaknya juga pater itu, Mas Awi memang umat Paroki Roh Kudus, Rungkut, Surabaya. Bu Awi atau istrinya Awi juga pengurus harian dewan paroki. Karena itulah, Pater Dominikus sebagai pastor paroki yang mendampingi Awi untuk pengucapan sumpah dan janji.
Tugas dan tanggung jawab yang berat pun diemban Mas Awi dan semua anggota dewan. Harus bisa menjawab kepercayaan rakyat saat pemilu legislatif lalu. Apalagi citra parlemen yang sangat buruk sejak zaman Orde Baru (masih ingat 5D?) belum hilang sepenuhnya di era reformasi. Bahkan, makin banyak saja anggota dewan yang masuk penjara gara-gara korupsi.
Saat pelantikan anggota DPRD Surabaya bulan lalu, ada anggota dewan ditangkap lantaran korupsi jasmas periode lalu. Pimpinan dewan yang lama juga sudah pernah merasakan nikmatnya hidup di penjara. Anggota DPRD Sidoarjo (hampir semuanya) dulu pernah dijebloskan ke penjara gara-gara bancakan uang rakyat.
Semoga kasus-kasus memalukan ini bisa jadi cermin untuk Mas Awi dan semua anggota dewan di Surabaya. Selamat bekerja!