Sabtu, 01 Juni 2024

Senja di Pelabuhan Perahu, Lagu Seriosa Favorit Pelukis Bambang Thelo di Sidoarjo

Dulu di Indonesia ada lagu seriosa. Genre musik ini cukup populer di era 50-an hingga 80-an. Saban tahun ada lomba bintang radio dan televisi (BRTV) jenis seriosa, hiburan, keroncong. Seriosa tergolong berat karena harus bisa baca not balok dan teknik vokal ala opera Barat.

Pelukis Sidoarjo Bambang Thelo (alm) dari Sidokare, Sidoarjo, sangat senang seriosa. Saat mancing di tambak Sedati, Banjar Kemuning, hingga Kepetingan Mbah Thelo selalu menyanyi seriosa - meski suaranya kurang enak dan ketukannya sering kacau.

Lagu seriosa yang sering dibawakan Bambang Thelo adalah Senja di Pelabuhan Perahu ciptaan Mochtar Embut. "Dulu waktu saya di Jogja lagu seriosa, keroncong, hiburan sangat populer," kata pelukis yang doyan gambar tokek itu.

Saya dulu juga sering nyambangi dan ngobrol dengan Mas Sugianto (almarhum juga). Sugianto ini arranger dan pembuat orkestrasi lagu-lagu seriosa untuk BRTV di Surabaya sekian tahun lalu.

Saya pun sedikit-sedikit belajar nyanyi seriosa di Mas Gianto yang rumahnya di kawasan Waru Sidoarjo. Malah dapat buku partitur lagu seriosa not balik.

"Kamu belajar baca not balok lah. Gampang kalau ditekuni. Kamu bisa nyanyi pakai not angka dan itu tidak cukup," kata Mas Gianto.

Buku nyanyian seriosa karya Binsar Sitompul, Mochtar Embut, dan FX Sutopo itu sudah lama "hilang". Pagi ini ketemu di dalam tas usang saat bongkar gudang.

Sampai sekarang pun saya belum mampu membaca not balok. Kecuali pakai nada dasar C (natural) karena paling mudah diketahui posisi nada-nadanya. 

Jumat, 31 Mei 2024

Kelembaban vs Kelembapan dan Merubah vs Mengubah

Saban hari BMKG Tanjung Perak mengirim rilis prakiraan cuaca. Namanya juga ramalan, kadang tepat kadang meleset. Diramalkan hujan ternyata terang. Beda dengan ramalan cuaca di Jepang atau USA yang katanya sangat akurat.

Aku perhatikan sejak dulu BMKG Perak Surabaya dan BMKG Juanda Sidoarjo menyebut "kelembaban, lembab" untuk humidity dan humid. Kelembaban Surabaya besok 80 persen, tulis BMKG.

Kata bahasa Indonesia yang baku itu lembab atau lembap?

"Lembab," kata Fulan sarjana sospol.
"Lembab," kata Ana sarjana hukum.
"Lembab," kata Wawan lulusan SMK.
"Sama saja," kata Mamat DO karena terlalu sering unjuk rasa.

"Saya cek kamus dulu," kata Anis sarjana bahasa.

Setelah mengecek kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) dan kamus daring, dipastikan kata baku adalah "lembap", bukan "lembab". 

kelembapan, bukan kelembaban.
pelembap, bukan pelembab. 
melembapkan, bukan melembabkan.

Begitu banyak orang Indonesia yang berpendidikan tinggi tidak pernah buka kamus. Termasuk para pegawai BMKG yang saban hari mengukur kelembapan udara. Mereka tidak sadar bahwa "lembab" dan "kelembaban" itu kata yang tidak baku.

Pagi ini Susan teman SMA membagi tulisan di WAG Alumni Grafiti Smansa Ngalam alias A1 (Fisika). Kalimat pertama ada kata "merubah". 

Rupanya masih banyak orang Indonesia yang lupa atau tertidur saat pelajaran bahasa Indonesia di SMP dulu. Ilmu dasar pembentukan kata berimbuhan, morfologi, tidak dikuasai dengan baik. Termasuk kawan yang sudah bergelar doktor (S-3).

me + ubah  jadi mengubah ✅
me + ulang jadi mengulang ✅

me + ubah jadi merubah ❌
me + rubah jadi merubah ✅ (menjadi rubah, sejenis binatang buas)

Uklam Tahes Edisi 112 Ikamisa Malang, Nostalgia SKJ hingga Ruth Sahanaya

Makin tua makin senang reuni. Karena itu, Uklam Tahes Ikamisa atau Mitreka Satata sudah berjalan 112 edisi. 

Dalam setahun bisa tujuh atau delapan kali Uklam Tahes = Mlaku Sehat. Lokasinya bisa di dalam Kota Malang, di kompleks SMAN 1 Malang, Batu, hingga dekat Gunung Kawi nun jauh di sana. Terserah panitianya.

Minggu 26 Mei 2024, Ikatan Alumni Mitreka Satata (Ikamisa) mengadakan Uklam Tahes edisi 112. Lokasinya di Lapangan Basket Smansa yang sangat terkenal itu. Sekaligus mengenang masa muda menuntut ilmu di gedung sekolah tua peninggalan Belanda itu.

Uklam Tahes ini ibarat reuni tipis. Khususnya bagi angkatan yang ketiban pulung jadi host. Kali ini Ikamisa 91 jadi panitia. Nawak-nawak 91 sekaligus reuni 33 tahun tidak kopi darat setelah tamat SMAN 1 Malang di depan Alun-Alun Bunder dan Balai Kota Malang itu.

Ada yang ngangeni pada uklam tahes ini. Senam kesegaran jasmani (SKJ). Senam pagi khas Orba yang dulu wajib dihayati dan diamalkan oleh pelajar di Indonesia. Mulai SD sampai SMA. Anak kuliahan jarang senam pagi.

Nawak-nawak 91 juga menyiapkan band lagu-lagu lawas. Semut Hitam dari Godbless, Heaven Knows - Rick Price, Jump - van Halen, Memori - Ruth Sahanaya.

Ayas perhatikan dulu saat sekolah di kompleks Tugu Ngalam ini musik rock sangat dominan. Dangdut atau koplo jadi bahan guyonan. Pop cengeng ala Pance atau Obbie Messakh jadi bahan tertawaan. Jazz ala Karimata dan Krakatau atau Dian Pramana Poetra dikasih jempol.

Ayas punya nawak, Ratno, sangat jago mukul drum. Spesialis musik rock progresif ala Genesis. Ratno sudah pulang ke rahmatullah saat musim covid lalu. Melihat nawak-nawak main lagu-lagu rock ayas jadi ingat Ratno ini. 

Uklam Tahes membuat sam-sam, nawak-nawak, kida-kida serasa kembali muda 20 atau 30 tahun. Ketika masih kuat uklam jauh menyusuri Ngalam City yang waktu itu masih sejuk.

Sekarang nawak-nawak Ikamisa makin kewut. Senam SKJ yang tidak seberapa lama pun bikin ngos-ngosan. Kecuali Ikamisa generasi Z yang masih full energi.

Rabu, 29 Mei 2024

Blog Pribadi Makin Tidak Populer - 100 PV Sudah Bagus

Masa jaya blog atau website sudah lama berlalu. Orang beralih ke media sosial. Khususnya Instagram dan X. YouTube juga populer. Facebook masih bagus untuk yang agak berumur.

Statistik bicara. Kemarin blog ini dikunjungi 111 orang. Mungkin cuma klik. Belum tentu dibaca. Hari ini cuma 63 pengunjung. Angkanya terus bergerak hingga update hari pada pukul 07:00 WIB.

Tidak mudah mendapat 100 PV saban hari. Kecuali blog atau website yang benar-benar bermutu. Atau si blogger sengaja mengundang kawan-kawannya lewat medsos untuk mengklik artikel-artikelnya. 

Praktik macam ini sangat umum di era digital yang mendewakan PV atau algoritma. Tidak perlu membaca. Cukup klik banyak kali artikel tertentu terindeks google. Dianggap populer dan bermutu.

Amahurek ini tidak main akal-akalan algoritma, SEO, dan sebagainya. Biasa saja. Main generik. Pengunjung yang cuma 111, sering di bawah 100, semuanya ditanggung generik. Asli tanpa rekayasa SEO. 

Karena itu, sulit bagi amahurek.blogspot.com masuk di peringkat atas google index. Bisa masuk halaman 3 atau 7 saja sudah bagus. Apalagi ternyata banyak sekali artikel di blog ini tidak terindeks google. Ada saja alasan mbah gugel itu.

Beta perhatikan artikel populer dalam dua pekan ini masih terkait Lamaholot atau Flores Timur dan Lembata. Pantun Dolo-Dolo Lamaholot masih nomor 1. Barangkali banyak anak muda di NTT, suku Lamaholot, yang ingin belajar pantun berbahasa daerah Lamaholot.

Nomor 2 dan 3 doa Bapa Kami dalam bahasa Lamaholot. Sembahyang Ama Dewa Lera Wulan sebenarnya tulisan iseng saja. Tapi rupanya sangat langka dan sering dicari orang NTT asal Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata.

Padahal, sembahyang Ama Dewa Lera Wulan atau Bapa Kami bahasa Lamaholot itu bukan doa resmi Katolik di Keuskupan Larantuka. Tidak pernah ada naskah doa bahasa daerah di beta punya daerah 

Ama Dewa Lera Wulan itu dikarang sendiri oleh seorang mantan frater asal Pulau Lembata. Ada lagi doa Bapa Kami bahasa daerah karangan orang Adonara, Solor, Larantuka pakai bahasa Lamaholot versi kampungnya. Sebab bahasa Lamaholot itu ada banyak versi atau dialek.

Sejarah pabrik paku di Waru Sidoarjo juga masuk daftar pencarian tertinggi. Kemudian Doris Sunardi mantan penyanyi Twin Sisters yang kini jadi pendeta Gereja Allah Baik (GAB) di Sidoarjo.

 Rupanya banyak orang penasaran dengan istri musisi dan penyanyi Deddy Dores. Kembarannya Doris bernama Dagmar memang pernah jadi istri Deddy Dores. Gara-gara Dagmar sering masuk infotainmen, artikel tentang Doris pun ikut populer.

Beta jadi teringat Pramoedya Ananta Tour. Saat dibuang di Pulau Buru Pram saban hari menulis di atas kertas bekas bungkus semen. Atau kertas apa saja. Tidak ada buku tulis. Tidak ada mesin ketik. Masih serba kekurangan dan primiti.

Tapi Pram tetap bergairah menulis, menulis, menulis... pakai tulisan tangan. Dia tidak pernah berpikir tulisan-tulisannya itu kelak jadi novel paling terkenal di Indonesia. Tetralogi dari Pulau Buru. 

Sabtu, 25 Mei 2024

RESMI! Pater Budi Kleden SVD Ditunjuk Jadi Uskup Agung Ende

Di akhir pekan ini, Sabtu 25 Mei 2024,  ada kabar menarik. Paus Fransiskus akhirnya memilih Pater Paulus Budi Kleden SVD sebagai Uskup Agung Ende. 

Dengan demikian, takhta lowong di Keuskupan Agung Ende terisi. Pater Budi Kleden menggantikan Uskup Agung Ende Mgr Vincentius Sensi Potokota yang meninggal dunia pada 19 November 2023 di Jakarta pada usia 72 tahun.

Saat ini Pater Budi Kleden yang asli Waibalun, Flores Timur, menjabat  Superior General SVD di Vatikan, Roma. Dialah orang Indonesia pertama yang menjabat superior general kongregasi di Vatikan.

Pater Budi telah menjabat sebagai Superior  General SVD satu periode (enam tahun). 

"Karena sudah terpilih sebagai Uskup Agung Ende, maka tentu di akhir jabatannya sebagai Superior SVD nanti bulan Juli 2024, ia akan kembali ke Indonesia dan mengemban tugas baru sebagai Uskup Agung Ende," kata Pater Fritz Meko SVD di Surabaya.

Selamat untuk Pater Budi Kleden SVD sebagai Uskup Agung Ende yang baru.

Sembahyang Ama Dewa Lera Wulan - Bapa Kami Bahasa Lamaholot

Tite ata Lamaholot toi sembahyang Pater Noster bahasa Latin, Bapa Kami bahasa Indonesia, Rama Kawula bahasa Jawa, Our Father Who Art In Heaven bahasa Inggris.

Bapa Kami bahasa Lamaholot? 

Go hapal hala. Go koi hala. 

Tuan-tuan pater, katekis rae lewo nolo ajar ribu ratu sembahyang bahasa Melayu (Indonesia). 

Koda kiring sembahyang lohumen pe take. Ata Jawa Katolik nong misa bahasa Jawa. Ata Batak misa bahasa Batak. 

Ata kiwanen Lamaholot misa bahasa Lamaholot? Ehhh... take paera.

Versi Bahasa Indonesia:

Kita orang Lamaholot (Flores Timur dan Lembata) saban hari sembahyang Bapa Kami pakai bahasa Indonesia. Dulu biasa disebut bahasa Melayu oleh orang-orang tua di kampung.

Selain bahasa Indonesia, orang Katolik di seluruh dunia hafal Pater Noster bahasa Latin. Kalau tidak hafal bisa baca di buku Puji Syukur atau Madah Bakti. Di internet lebih gampang menemukan teks Pater Noster.

Saya yang sudah lama di Jawa pun sudah biasa berdoa Rama Kawula di misa bahasa Jawa. Our Father Who Art in Heaven - Bapa Kami bahasa Inggris - pun saya hafal. 

Tapi Bapa Kami bahasa Lamaholot?

Saya tidak hafal. Bahkan saya tidak pernah tahu ada Bapa Kami dalam bahasa Lamaholot. Di buku-buku pun tidak ada. Angkatan bapak dan kakek saya pun tidak tahu sembahyang pakai bahasa daerah.

Belakangan baru ada beberapa orang Lamaholot yang mengarang sendiri sembahyang Bapa Kami dalam bahasa Lamaholot. Ada Lamaholot versi Ile Boleng (Adonara), Ile Mandiri (Larantuka), Ile Ape (Lembata), Solor dan sebagainya.

Tidak ada Bapa Kami versi resmi dalam bahasa Lamaholot. Misa dalam bahasa daerah Lamaholot pun tidak ada. Semuanya dalam bahasa Melayu, kemudian bahasa Indonesia.

 Tempo doeloe semua misa pakai bahasa Latin.

Karena itu, saya kagum dengan orang Katolik di Jawa yang ada liturgi dalam bahasa Jawa. Semua doa-doa resmi Katolik ada versi bahasa Jawa. 

Bulan Mei ini bulan Maria. Sebulan penuh ada sembahyang rosario. Saya jadi teringat sembahyang Bapa Kami dalam bahasa Lamaholot.

Saya sendiri tidak hafal meski pernah berusaha mengulang-ulang Bapa Kami ratusan kali. Selain faktor usia yang kian menua, daya ingat berkurang, kata-kata Lamaholot yang dipakai dalam doa Ama Dewa Lera Wulan bukan bahasa sehari-hari tapi bahasa sastra kelas tinggi. Semacam krama inggil di Jawa.

Yang jelas, doa Bapa Kami versi Latin, Indonesia, Inggris, Jawa, Batak, Lamaholot dsb sebenarnya sama saja. Yesus dan murid-muridnya dulu pun tidak berdoa dan berkomunikasi dalam bahasa Latin atau Inggris.

Anehnya, kita tidak pernah diajari teks doa asli Bapa Kami dalam bahasa asli yang diucapkan Yesus Kristus saat mengajarkan doa itu kepada para muridnya. Makanya dulu waktu masih usia SMP saya mengira Yesus berbahasa Latin.


Selasa, 21 Mei 2024

Nostalgia Surabaya: Viaduk Pengampon, Stasiun Semut, Pasar Turi

Cukup banyak viaduk warisan Hindia Belanda di Surabaya. Salah satunya di Jalan Pengampon. Persis di perlintasan kereta api ke Jalan Bunguran.

Sejumlah sumber menyebut Viaduk Pengampon dibangun pada 1926. Resmi beroperasi pada 28 Oktober 1926 - dua tahun sebelum Soempah Pemoeda.

Viaduk atau jembatan di atas jalan ini merupakan proyek dari perusahaan Staatssporweegen (SS), perusahaan kereta api pada masa Hindia Belanda.

Viaduk Pengampon dibangun untuk menghubungkan Sidotopo dengan Kalimas. Pada 1920-an juga dibangun viaduk-viaduk lain di Surabaya.

Meski sudah sangat tua, hampir satu abad, Viaduk Pengampon masih kuat. Bangunannya juga masih original. Karena itu, ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya berdasar SK Wali Kota Surabaya No.188.45/505/436.1.2/2013.

Tak jauh dari Viaduk Pengampon terdapat Stasiun Kereta Api Surabaya Kota. Biasa disebut Stasiun Semut. Sayang, stasiun itu sudah lama digunakan oleh PT Kereta Api Indonesia.

Bangunan Stasiun Semut juga ditetapkan sebagai cagar budaya. Namun sampai sekarang mangkrak. Bahkan, ada yang bilang sudah dijual ke pihak ketiga.

Penutupan Stasiun Semut berdampak luar biasa pada bisnis perhotelan dan wisata di kawasan Surabaya Utara. Puluhan losmen, hotel kelas melati, bintang dua atau tiga jadi lesu dan akhirnya gulung tikar.

Padahal, dulu ketika Stasiun Semut masih aktif ada banyak hotel di dekat stasiun, Pasar Turi, Kapasan, Cantian, Bongkaran, hingga Ampel dan Nyamplungan.

Bangunan Hotel Slamet di Jalan Bongkaran sedang dibongkar. Hotel-hotel lain di kawasan itu pun kelihatan merana. Masih lumayan ada hotel baru di Slompretan yang lumayan berhasil bisnisnya.