Kamis, 18 April 2024

Nostalgia Old School, Old Friends, Osob Kiwalan, Bentoel Rebus di Ngalam

Mitreka Satata (SMAN 1).
Bhawikarsu (SMAN 3).
Studium et Sapientia (SMAN 4)

Ayas mengenang nawak-nawak asal NTT di kompleks sekolahan lawas di Ngalam alias Malang saat libur Lebaran lalu.

 Ivon Lussy dan Ruth Diana dari Kupang. Paulina dan  Yoke dari Sumba Timur. Yohanes Kii dari Sumba Barat. Lambertus dari Lembata.

Kenangan jalan kaki saban pagi dan sore dari Belakang RSSA ke kompleks Tugu. Sarapan bentoel rebus dekat Lapangan Ajendam. Bentoel kukus dulu memang maknyus. Macam talas atau keladi tapi ada rasa manisnya.

Ayas biasa lari sore keliling Alun-Alun Bunder bersama Yohanes. Lihat barang antik di Splendid Inn. Jalan kaki melewati jembatan kecil di pasar bunga dan pasar burung menuju Kayutangan. 

Begitu banyak penjudi, maling, pencopet hingga nolab ada di kawasan itu. Malam hari agak menakutkan karena hanya diterangi lampu ubleg remang-remang. "Hati-hati jaga dompet dan tas!" pesan Hadi, kawan SMAN 3, asli Ngalam.

Saban hari Ayas dikursus Osob Kiwalan. Boso walikan (bahasa terbalik) khas Malang. Kata-kata dibaca dari belakang. Tapi tidak semua kata boleh dibalik.

Ayas kadit nakam oskab: Saya tidak makan bakso.

Sudah bertahun-tahun 6 (mantan) anak muda Flobamora yang dulu menuntut pelajaran di SMAN Tugu itu tidak baku dapa. Tak ada kopi darat (kopdar). 

Haleluya! Saat ini Ruth Diana jadi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT di Kupang. Beta ikut senang dan bahagia. Beta dulu juga belajar bahasa Kupang dari Ruth dan Ivon. 

Bae sonde bae Flobamora lebe bae!
Jangan lupa bentoel rebus dan kacang merah di rumah mendiang S. Boenthalib, bapak kos sekaligus Ketua RT di Belakang RSSA (Rumah Sakit Saiful Anwar).

Rabu, 17 April 2024

Hari Kartini - Tak Ada Lagi Wanita Bersanggul

Pertemuan kemarin membahas edisi khusus Hari Kartini. Beberapa wanita dinominasikan sebagai Kartini masa kini. Kriterianya subjektif pasti.

Saya jadi ingat Hari Kartini tempo doeloe. Ada kebiasaan wanita-wanita pakai kebaya, bersanggul. Hari Kartini pun identik dengan Hari Kebaya atau Hari Sanggul.

Apakah masih ngetren sanggul dan kebaya di tanah air? Jawa Timur khususnya?

Ki Dalang Tee Boen Liong prihatin. Suasana sekarang sudah beda jauh dengan tahun 90-an. Era modern, digital, dibarengi dengan kebangunan rohani. Revivalisme. Maka sanggul ikut menepi.

Tee Boen Liong, dalang Tionghoa Surabaya, menulis:

"Sanggul² usaha persewaanku sudah menjadi kenangan karena jarang dan hampir ga ada yg sewa sanggul di acara hajatan & karnaval².

Bahkan di Hari Kartini sudah jarang ada karyawan bank yg berkebaya bersanggul. Hanya penari, pesinden dan pelestari budaya aja yang bersanggul.

Saya berharap masih tumbuh generasi penerus kita yang mau berkebaya & bersanggul yg melestarikan budaya tradisional Indonesia."

Saya lalu ngobrol agak panjang dengan Ki Boen Liong. Ruwet juga masalah persanggulan ini. Akidah agama, doktrin, kebangunan rohani ikut membuat sanggul-sanggul makin tidak laku di masyarakat.

Wanita dulu menganggap rambut sebagai mahkota. Makin berwibawa jika mahkota itu dikasih sanggul.

Zaman sekarang rambut wanita kudu ditutupi. Tidak boleh memperlihatkan rambut di tempat umum. Rambut istri hanya boleh dilihat suami, kata komentator di media sosial.

Apa boleh buat, Boen Liong kudu banting setir. Tidak bisa lagi usaha persewaan sanggul. Boen Liong pasti lebih tahu apa yang sedang ngetren di pasar yang berubah.

Nyambangi Senior Mitreka Satata, Dukut Imam Widodo, di Wiguna Surabaya


Ayas pagi ini nggowes ke kawasan Juanda, Tambak Sumur, Wisma Gunung Anyar (Wiguna). 

Mampir ke Wiguna Tengah IX. Nyambangi Sam Dukut Imam Widodo. Silaturahmi Lebaran.

Ayas sudah sering mampir ke rumah Sam Dukut. Beliau ini senior sesama alumnus Mitreka Satata alias SMAN 1 Malang. 

Karena itu, Dukut biasa cerita tentang gedung old school di kawasan Tugu Malang yang eks AMS/HBS pada masa Hindia Belanda. Lengkap dengan misteri-misteri noni Londo nan rupawan.

"Ayas alumnus Mitreka Satata tahun 1973. Wis kewut," kata Sam Dukut.

Mantan manajer di PT Smelting Gresik ini jago Osob Kiwalan Ngalaman - bahasa walikan khas Malang. Dukut bahkan membuat kamus kecil bahasa walikan.

Sambil menikmati jajan sisa riraya, Ayas bertanya tentang manuk bence di Ngalam saat Dukut cilik. Manuk bence sering muncul di Lowokwaru 40, rumahnya Dukut. Manuk bence itu pertanda bahaya.

Suatu ketika burung misterius itu nongol di Lowokwaru. Warga waswas. Ada perasaan tidak enak. Ternyata benar. "Ada pencurian di lingkungan kami," katanya.

Dukut Imam Widodo spesialis menulis buku-buku tempo doeloe. Diawali Soerabaia Tempo Doeloe, lanjut Hikajat Soerabaja Tempo Doeloe, Grisee Tempo Doeloe, Sidoardjo Tempo Doeloe, Malang Tempo Doeloe, Djember Tempo Doeloe.... 

Masih banyaaak lagi buku-buku tempo doeloe lahir dari tangan Kera Ngalam van Lowokwaru ini. Ayas dapat hadiah khusus buku Malang Tempo Doeloe.

Bagi Sam Dukut, frase "tempo doeloe" itu ada batasan waktunya hingga 1942. Ketika Jepang masuk ke Hindia Belanda. "Kalau gedung yang dibikin tahun 1970 ya bukan bangunan tempo doeloe," katanya.

Ngobrol dengan Sam Dukut selalu menarik dan panjang. Kadang kepanjangan. Ayas pun tahu diri. Pamit!

Sam Dukut menulis statusnya pagi ini:

"Lebaran telah usai
Liburan sudah selesai
Kembali kerja, kerja, kerja lagi!
Nggarap buku-buku yang masih tertunda.
Deadline tak bisa ditawar-tawar lagi"

Minggu, 14 April 2024

Villa Iboe di Prigen Dibangun Sentra Kuliner dan SPBU

 Mampir di Prigen, Sabtu 14 April 2024.

Nyambangi Ama Tuan John Lado SVD. Pater senior asal Pulau Lembata, NTT, itu bertugas di Graha Wacana dan Rumah Retret SVD di Ledug, Prigen.

Oh, ya, semua romo atau pastor katolik di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata, NTT, disapa Ama Tuan. Orang lawas di Lembata juga biasa bilang Tuan Pater.

Dari dulu saya tertarik melihat Villa Iboe di pinggir jalan raya Desa Plembon. Mangkrak bertahun-tahun. Jadi tempat uji nyali dan pembuatan konten horor di media sosial.

Rupanya Villa Iboe era Hindia Belanda sedang direnovasi. Dibuat langgar bagus di sebelahnya. Bakal ada SPBU di sentra kuliner di situ.

Catherine Eva Aza pernah bikin konten medsos tentang Villa Iboe. Maklum, Catherine masih punya pertalian darah dengan pendiri Djamoe Iboe di Soerabaia. Panjang sekali dan rumit ceritanya Christine!

Christine malah tidak tahu kalau Villa Iboe sedang dipercantik. Sebab kepemilikan properti itu sudah di tangan orang lain. Bukan lagi garis leluhurnya.

Paus di Kampung Lamalera Lembata vs Paus di Vatikan


Sudah lama paus tidak muncul di Laut Sawu. Pekan ini kelihatannya nelayan Lamalera di Pulau Lembata, NTT, panen beberapa paus. 

Onchu Namang bagi gambar ikan paus dari pantai Lamalera. Paus ini akan dipotong-potong dan dibagi untuk semua penduduk.

Saya sendiri meski asli Lembata tidak pernah melihat langsung paus di Lamalera. Maklum, kampungku di jauh di utara, pinggir Laut Flores, dan Lamalera di selatan, pinggir Laut Sawu. Kemunculan paus pun sulit diduga.

Saya cuma sekali lihat bangkai paus di Kenjeran, Surabaya.

Paus di Lamalera kerap dicocok-cocokkan dengan Paus di Vatikan. Kok bisa?

Agama Katolik kali pertama masuk Pulau Lembata ya lewat kampung Lamalera ini. Pater Bode SVD misionaris perintis itu. 

Pastor pribumi pertama Pater Alex Beding SVD asli Lamalera. 

Pater Alex Beding juga menerima penghargaan sebagai pendiri surat kabar pertama di NTT saat Hari Pers Nasional di Kupang beberapa tahun lalu.

Penyusun buku liturgi dan nyanyian Katolik pasca Konsili Vatikan II juga orang Lamalera: Marcel Beding (sempat jadi wartawan Kompas). Bukunya Syukur Kepada Bapa yang sangat populer di NTT (Indonesia) sebelum ada buku Madah Bakti (PML Jogja) dan Puji Syukur (KWI).

Penghasil pastor, bruder, suster terbanyak di Lembata, bahkan bisa jadi di NTT atau Indonesia, ya Lamalera ini.

Profesor pertama dari Lembata juga asal Lamalera: Prof Dr Gorys Keraf, pakar linguistik.

Menteri pertama dari Lembata juga asli Lamalera: Dr Sonny Keraf - Kabinet Megawati.

Orang Lamalera sudah terbiasa sembahyang malaikat tiga kali sehari. Bisa sembahyang sendiri atau bersama. Meskipun berada di pantai atau kebun, begitu mendengar lonceng angelus berbunyi, mereka langsung sembahyang "Maria diberi kabar oleh Malaikat Gabriel..."

Beda dengan di Jawa. Lonceng Angelus juga dibunyikan di gereja-gereja setiap pukul 06.00, 09.00, dan 18.00. Tapi saya lihat tidak ada yang sembahyang malaikat meskipun berada di lingkungan gereja.

Nelayan-nelayan Lamalera juga sembahyang misa dulu sebelum pergi jauh memburu koteklema alias ikan paus. Ada gereja bagus di pinggir pantai. 

Boleh jadi daging paus mengandung unsur kimia tertentu yang membuat kecerdasan orang Lamalera di atas rata-rata. Haleluya!

Rabu, 10 April 2024

Blog mangkrak lama, makin sulit dapat pengunjung




Blog ini agak lama telantar. Postingan selama Maret dan April 2024 sangat kurang. 

Akibatnya jelas. Artikel-artikel di blog ini tidak direkomendasikan Google. Kalah SEO, kata anak Surabaya. Saat orang mencari artikel atau informasi tertentu, maka yang muncul blog atau laman lain.

Makin banyak postingan makin bagus, kata Cak Man pakar SEO dan algoritma.

Media online di Surabaya, yang kurang terkenal, rata-rata mengunggah 40 artikel sehari. Kalau libur panjang macam Lebaran kemarin biasanya turun separo. Tapi tetap di atas 20 naskah.

Karena itu, blog-blog pribadi akan sulit bersaing dengan laman-laman media daring yang profesional. Hampir semua isu sudah dihabisi media besar.

Bikinlah artikel atau postingan yang unik. Jangan sama dengan media mainstream, nasihat Cak Man.

Paling bagus bikin postingan yang bisa viral di media sosial. Postingan tidak harus banyak. Sedikit tapi viral. Gak perlu bermutu tinggi. Sekarang era medsos, digital, kata Cak Man.

Tidak mudah memang bermain blog di era virus medsos. Beda dengan main blog dulu sebelum ada medsos Instagram, YouTube, TikTok, Facebook dan sebagainya.

Dulu blog lamaku biasa diklik seribu orang per hari. Kadang bisa lebih. Sekarang dapat 100 klik aja susah. Pagi ini saya lihat ada 165 kunjungan.

 Alhamdulillah! Padahal blog ini sudah lama mangkrak.

Kalau tidak mangkrak bisa tinggi PV-nya?

Belum tentu, kata Cak Man. 

Jumat, 15 Maret 2024

Meatless Friday, Pantang Makan Daging Saban Jumat Sama Aja Bohong

Sekarang lagi masa puasa dan pantang bagi umat Katolik. Dimulai Rabu Abu dan berakhir pada Jumat Agung.

 Lalu perayaan Paskah yang meriah. Potong babi, potong sapi, potong kambing, makan bersama - kalau di NTT. Khususnya di Flores dan Lembata yang warga Katoliknya mayoritas.

Saban Jumat ada saja narasi Meatless Friday yang muncul di laman media sosial. Biasanya dari umat Katolik di USA. Meski dikenal sebagai negara sekuler, banyak juga orang Amerika yang taat beragama. Bahkan agak fanatik. Malah ingin tata perayaan ekaristi atau misa dikembalikan ke bahasa Latin. Misa Tridentina alias Tridentine Mass.

Jumat pagi ini, 15 Maret 2024, muncul lagi video, gambar, dan narasi tentang Meatless Friday. Pantang makan daging pada hari Jumat saat Prapaskah.

Ayas akhirnya jadi ingat pelajaran katekismus di sekolah dasar di pelosok Pulau Lembata. Semua anak harus hafal Lima Perintah Gereja sebagai syarat sambut baru alias komuni pertama. Sepuluh Perintah Allah juga wajib hafal.

Perintah gereja butir ketiga:

 "Jangan makan daging pada hari pantang dan berpuasalah pada hari puasa!"

Oh, pantas ada istilah Meatless Friday. Tidak makan daging pada hari Jumat saat Prapaskah. Jelas tertulis di buku-buku katekismus lama. Ayas masih hafal sampai sekarang.

Apakah Meatless Friday relevan di Indonesia?

Pater Ranto Lumban Tobing SVD pekan lalu membuat video khusus soal ini. Judulnya, "Relevankah Pantang Makan Daging Di Masa Prapaskah Untuk Orang Katolik Di Indonesia?"

Intinya, pantang makan daging tidak relevan di Indonesia. Sebab orang Indonesia sangat jarang makan daging. Jangankan daging, beras saja sangat mahal. Orang NTT dulu sangat jarang makan nasi. Lebih banyak makan jagung, ubi kayu, ubi jalar, dan ubi-ubian lain.

Kalaupun ada beras biasanya dicampur jagung. Ikan laut banyak di Lembata dan Flores Timur. Orang kampung biasa makan ikan laut saban hari. Kalau rajin bisa cari sendiri kerang, siput, kepiting, bekut dsb.

Daging benar-benar makanan langka di Lembata meski hampir setiap rumah memelihara kambing, babi, ayam, bebek. Sapi ada tapi tidak banyak. Tapi hewan-hewan itu tidak pernah disembelih kalau tidak ada pesta.

Warga baru menyembelih babi, kambing, sapi kalau ada pesta pernikahan, kematian, sambut baru. Ditambah Natal, Tahun Baru, Paskah. Karena itu, boleh dikata orang Lembata sangat meatless sepanjang tahun. Makan daging 10 kali (hari) setahun saja sudah bagus.

Karena itu, sejak 80-an para katekis dan guru agama di kampung biasanya memodifikasi aturan pantang dan puasa ini. Lupakan si daging. Biasanya pantang garam, pantang rokok, pantang minum tuak (dan arak) - ini yang berat.

Setiap orang punya pantangan sendiri-sendiri. Orang yang doyan rokok pantang  merokok. Doyan kopi pantang kopi. Doyan arak atau bir pantang miras.

Di era digital ini yang paling sulit itu pantang media sosial (medsos), game, ponsel. Jauh lebih mudah pantang daging alias meatless ala Amerika atau Eropa.