Selasa, 11 Juli 2023

Kalimat-kalimat Dahlan Iskan yang sudah pendek makin pendek di era media sosial

Dahlan Iskan sudah 71 tahun. Hari jadinya saban 17 Agustus. Cukup tua. Tapi masih rajin menulis. Saban hari. Menulis kolom untuk Disway. Kemudian dimuat juga di portal-portal dan media-media lain.

Gaya Pak Bos, sapaan akrab Dahlan Iskan di Grup Jawa Pos, belum berubah. Kalimatnya pendek-pendek. Tak ada kalimat majemuk. Macam ini. 

 "Coba kalimat Anda dipotong. Dijadikan 3 kalimat pendek," kata Pak Bos kepada wartawan muda.

Pak Bos sering sidak ke ruang reporter, redaktur, penata letak, desain grafis, dsb. Tapi paling sering muncul tiba-tiba di meja wartawan. Diam-diam Bos membaca tulisan wartawan. Khususnya lead. Alinea pertama jadi kunci.

"Lead Anda jelek. Ganti! Sekarang!" perintah Bos dengan suara khasnya.

Saya selalu ingat "rukun iman" soal kalimat pendek itu. Bos juga masih sering mengulang ajaran lama itu dalam berbagai wawancaranya di YouTube. Kalimat-kalimat panjang membuat pembaca kelelahan. Sulit mengerti. Pusing. 

Dahlan Iskan menulis:

"Saya juga selalu mengajarkan agar dalam menulis kalimat-kalimatnya harus pendek. Kalimat pendek, begitu saya mengajar, akan membuat tulisan menjadi lincah.

Kalimat-kalimat yang panjang membuat dada pembaca sesak. Semakin pendek sebuah kalimat, semakin membuat tulisan itu seperti kucing yang banal. 

Apalagi kalau di sana-sini diselipkan kutipan omongan orang. Kutipan itu — direct quotation — juga harus pendek-pendek.

Mengutip kata seorang sumber berita dalam sebuah kalimat panjang sama saja dengan mengajak pembaca mendengarkan khotbah. Tapi, dengan selingan kutipan-kutipan pendek, tulisan itu bisa membuat pembaca seolah-olah bercakap-cakap sendiri dengan sumber berita."

Itu kutipan tulisan Dahlan Iskan di koran Jawa Pos sekian tahun lalu selepas ganti hati di Tiongkok. Kemudian dijadikan buku Ganti Hati.

Sekian tahun kemudian media sosial (medsos) merajalela. Internet jadi kebutuhan. Semua orang baca berita, cari informasi apa saja di internet. Tinggal buka ponsel.

Gaya penulisan Pak Bos pun kelihatannya berubah. Menyesuaikan dengan gaya medsos. Kalimat-kalimat Pak Bos yang sudah pendek jadi makin pendek. Sering cuma satu kata. Tak ada lagi pola SPO atau SPOK seperti pelajaran bahasa Indonesia di SD dan SMP tempo doeloe.

Berikut contoh tulisan Dahlan Iskan. Judulnya Banjir Tuhan. 

Juli belum lagi tanggal 10. Hujan sudah datang lagi. Lebat. Panjang. Di mana-mana. Sampai heboh di medsos. Lumajang banjir besar. Bali banjir besar. 

Hujan apakah ini?

Harusnya musim hujan 2022/2023 sudah lewat. Berakhir dua bulan lalu. Harusnya, musim hujan yang akan datang belum tiba. Masih jauh. Oktober depan.

Jumat-Sabtu lalu di Lumajang, Jatim, hujan tidak berhenti. Dua hari. Siang-malam. Hanya reda sebentar menjelang tengah hari.

"Habis Jumatan hujan lebat lagi. Sampai Sabtu. Tidak ada redanya. Listrik padam," ujar Imam, sahabat Disway di lereng gunung Semeru.

Minggu, 09 Juli 2023

Ade Armando pertanyakan mengapa orang Tionghoa dilarang memiliki tanah di Jogjakarta

Sentimen ras + agama lagi marak di Malaysia. Itu biasa dikobarkan politisi jelang pilihan raya umum (PRU) dan pilihan raya negeri (PRN). Partai-partai berbasis Melayu sengaja mengangkat sentimen anti Tionghoa untuk meraih dukungan rakyat.

Masalah SARA di Malaysia kian gawat ketika Tun Mahathir Mohamad angkat bicara. Saban hari mantan perdana menteri itu bicara soal terancamnya Melayu, Islam, bumiputra.

Arahnya jelas. Tun M tengah menggoyang pemerintahan PM Anwar Ibrahim. Sebab salah satu partai koalisi Anwar adalah DAP (Democratic Action Party), partai berbasis Tionghoa. DAP ini punya kursi terbanyak di Unity Government pimpinan PM Anwar Ibrahim. Isu ras + agama bisa bikin pecah Malaysia yang memang sudah rentan dari sananya.

Indonesia pun kerap diembuskan isu SARA jelang pemilu. Isu ras + agama paling kencang digoreng saat pilkada Jakarta. Ahok tumbang karena politisasi agama dan ras. Ahok juga masuk penjara selama dua tahun.

Indonesia mulai memasuki tahun politik. Pemilu dilaksanakan bertepatan dengan Hari Valentine 14 Februari 2023. Berbagai pihak sudah ingatkan partai-partai, politisi, caleg-caleg, tim sukses agar tidak goreng isu SARA. Bahaya!

Kasus SARA di DKI Jakarta masih berefek sampai sekarang. Kemudian Cebong vs Kadrun pun tidak habis-habis di media sosial. Padahal Prabowo sudah lama digandeng Jokowi. Jadi salah satu ,,menteri kanan" alias menteri penting di Kabinet Jokowi.

Minggu pagi, 9 Juli 2023. 

Dr Ade Armando, sosiolog, dosen UI, dan sekarang politisi PSI menulis narasi di media sosial. Isu lama bahwa orang Tionghoa tidak boleh punya hak milik tanah di Yogyakarta. Peraturan Sultan Jogjakarta itu diberlakukan sejak awal kemerdekaan sampai sekarang. 

Dr Ade Armando menulis:

"Apa yang terjadi di DI Yogyakarta tak boleh terus didiamkan. Di Daerah Istimewa itu, warga Tionghoa DILARANG MEMILIKI TANAH. Jadi cuma boleh punya Sertifikat Hak Guna Bangunan, tapi tidak boleh punya Sertifikat Hak Milik tanah.

Ini diskriminasi terang-terangan.
Ini sepenuhnya bertentangan konstitusi kita.

Apa beda warga Tionghoa dengan warga Jawa, atau Sunda, atau Minang, atau Arab?
Semua adalah warga Indonesia.
Saya heran bahwa ini bisa terjadi dan dibiarkan di Indonesia.

Semoga warga Yogya mau mendesak pemerintah di sana untuk mengubahnya."

Mengapa Sultan Jogja membuat aturan macam itu? Melarang orang Tionghoa memiliki tanah di Jogja. Sudah terlalu banyak artikel di internet. Intinya, Raja Jogja kecewa karena orang Tionghoa di Jogja dianggap tidak pro kemerdekaan tapi justru ikut bantu pasukan Belanda untuk kembali menjajah Indonesia. 

"Agresi Militer II Belanda, ulan Desember 1948. Saat itu komunitas China yang ada di Yogyakarta justru berpihak dan memberikan sokongan ke Belanda yang sebelumnya sudah menjajah Indonesia selama 350 tahun. Sejak itulah Sultan HB IX kemudian mencabut hak kepemilikan tanah terhadap etnis China di Yogyakarta. Tahun 1950, ketika NKRI kembali tegak dan berhasil dipertahankan dengan keringat dan darah, komunitas China akan eksodus dari Yogyakarta.

Namun Sultan HB IX masih berbaik hati dan menenangkan mereka meskipun nyata-nyata telahberkhianat. "Tinggallah di Jogja. Tapi maaf, saya cabut satu hak Anda, yaituhak untuk memiliki tanah."

Demikian antara lain petikan artikel di Suara Merdeka, koran lama terbitan Semarang. Apakah Ade Armando dkk mampu mengubah aturan Sri Sultan soal kepemilikan tanah di Jogja?

Yang jelas, topik ini sudah sering dibahas di grup-grup media sosial. Bahkan sudah beberapa kali ada gugatan class action. Tapi gagal semua. Sebab Jogja itu daerah istimewa. Jogja punya UU sendiri tentang keistimewaan kuasa sultan, hak atas tanah, bangunan dsb.

Kelihatannya bertentangan dengan konstitusi UUD 45. Tapi titah dan sabda raja sering di atas semua undang-undang. 

Sabtu, 08 Juli 2023

Tebak skor Persebaya vs Barito tidak ada yang menang

Dulu ada kebiasaan main tebak skor bola. Biasanya saat ada kejuaraan besar. Misalnya, Euro atau Piala Dunia. Ayas juga sering diajak ikutan. Kadang kalah, peluang menang 60% saja.

Kebiasaan tebak skor ini ada hubungan dengan nobar (nonton bareng) siaran langsung sepak bola di televisi. Nah, setelah semua orang bisa nonton sendiri-sendiri di ponsel, nobar bola pun tak ada lagi. Itu mulai terasa sejak Piala Dunia di Rusia kalau tidak salah. Acara nobar tidak laku.

Eh, tadi ada kawan lama ajak tebak skor. Ayas pegang Persebaya. Dia pegang Barito. Ayas yakin menang IDR 100 karena Persebaya main di rumahnya GBT. Kualitas Barito lebih bagus, katanya.

Ayas pun nonton Persebaya vs Barito di ponsel. Aplikasi Vidio. Lumayan seru. Sayang, Persebaya ketinggal dulu. Kemudian dibalas. Skor akhir 1-1. Tidak ada yang menang. Harapan dapat uang mudah 100 ribu pun hilang. Sebaliknya, Ayas tidak perlu keluar duit 100.

Apakah tebak skor ini sejenis judi? Bisa ya, bisa tidak. 

Tapi, yang pasti, Persebaya Surabaya harus lebih tajam lagi kalau ingin jadi juara Liga 1 musim ini. Hasil seri atas Barito tidak terlalu buruk. Tapi, ya, kalau bisa sih menang terus saat bermain di GBT.

Perjalanan masih sangat panjang. Baru 2 laga yang dijalani. Total ada 34 laga. Jutaan Bonek tentu sangat berharap Persebaya bisa angkat trofi di akhir musim. Sebab sudah terlalu lama Green Force puasa gelar. 

Kerudung misa marak lagi di Jawa Timur

Tidur awal membuat bangun cepat. Subuh sudah terjaga. Azan Subuh berkumandang dari berbagai penjuru. Manusia diajak sembahyang. 

Ayas cuci muka. Lalu buka telepon genggam. Lihat misa streaming. Meski pandemi sudah dinyatakan selesai, misa online masih banyak diadakan. Khususnya misa harian. 

Gereja Katedral Malang sudah lama melarang misa streaming hari Minggu. Gereja-gereja di Surabaya juga sudah jarang bikin streaming Sunday Mass. Kalau misa bahasa Inggris dari US, Kanada, atau Australia sih gak ada matinya.

Iseng-iseng Ayas buka Facebook. Oh, ada misa streaming dari Gereja Redemptor Mundi, Surabaya. Sudah masuk Tuhan Kasihanilah Kami. Ayas ikut misa di paroki yang digembala imam-imam Ordo Dominikan (OP) itu.

Yang menarik, lektor wanita pakai kerudung. Pakai masker juga. Kerudung misa atau biasa disebut mantila dulu biasa dipakai wanita Katolik yang pigi sembahyang di gereja. Karena itu, dulu di NTT ada Sekolah Kepandaian Putri yang melatih anak-anak wanita untuk merajut kerudung, taplak meja, dsb. Kerudung juga biasa disebut tudung.

Namun, sejak ada reformasi internal dalam Gereja Katolik, Konsili Vatikan II, kerudung misa tak lagi dipakai. Meskipun tidak ada larangan pakai kerudung alias mantila (bukan Mantili pendekar pedang setan). Tahun 80-an masih ada beberapa ibu yang pakai kerudung ke gereja. Tapi lama-lama menghilang.

Setelah hampir tiga dasawarsa, kerudung lawas itu muncul kembali di Gereja Katolik. Bersamaan dengan tumbuhnya komunitas misa bahasa Latin atawa Misa Tridentina di sejumlah kota besar. Model ekaristi lama itu memang mewajibkan para wanita pakai mantila alias kerudung. 

Nah, para praktisi Latin Mass ini kerap memakai kerudung dalam misa-misa biasa bersama umat lainnya. Awalnya terasa aneh tapi lama-lama biasa. Apalagi ada banyak artikel tentang mantila di internet. 

Biasanya wanita yang sudah terbiasa pakai mantila tidak enak kalau tidak pakai tudung kepala itu. Seperti wanita muslim yang bertahun-tahun pakai jilbab atau hijab diminta melepas penutup rambutnya itu. 

"Saya lebih mantap ikut misa kalau pakai kerudung," kata seorang perempuan yang pernah jadi aktivis Misa Tridentina.

Meski Misa Tridentina ini sudah (hampir) tidak ada lagi, sejak Paus Fransiskus berkuasa, wanita setengah tua itu tetap pakai kerudung saat misa. Gaya busananya pun berubah. Kalau dulu biasanya pakai celana jins, celana panjang, baju kasual, bahkan kaos oblong, kini selalu pakai busana wanita saat ke gereja. Misalnya, gaun, rok, kain batik, dan sebagainya.

Ada dalil atau ayatnya di kitab suci. Kalau tidak salah di 1 Korintus soal tutup kepala wanita itu. 

Kamis, 06 Juli 2023

Betapa Sulit Mendengarkan Musik Secara Aktif ala Slamet Abdul Sjukur

Sudah 8 tahun tidak ada lagi PMS: Pertemuan Musik Surabaya. Sejak Slamet Abdul Sjukur meninggal dunia pada 24 Maret 2015. Saya cukup aktif mengikuti PMS dan seminar-seminar musik yang diadakan Mas Slamet.

Mas Slamet bukan musisi kacangan. Dia bapaknya musik kontemporer Indonesia. Guru piano, guru komposisi, orkestrasi, kontrapung, dsb. Mas Slamet selalu bicara dengan nada rendah. Tapi sangat menarik. Selalu ada humor kering di balik kata-katanya yang terkesan selalu serius.

Pagi ini saya dapat pesan dari orang NTT. Biasa, kutipan ayat Alkitab:

"....sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti."

Melihat tapi tidak melihat.
Mendengar tapi tidak mendengar.

Saya langsung ingat Slamet Abdul Sjukur. Dia tidak pernah kutip ayat-ayat kitab suci. Agamanya di KTP Islam. Tapi kalau ditanya apa agamanya, dijawab ,,musik". Mungkin hanya SAS yang mengaku beragama musik di Indonesia.

Dalam sebuah acara PMS di Jalan Ngagel, Wisma Musik Melodia, Mas Slamet bicara tentang ,,mendengarkan musik secara aktif". Active listening! Itu memang salah satu prinsip yang sangat ditekankan Mas Slamet dalam berbagai kesempatan.

Musik harus didengarkan secara aktif, kata Slamet. Tidak boleh dengar musik sambil main catur (olahraga kesukaannya), ngobrol, makan minum, atau kegiatan lainnya. Bahkan membaca buku pun tidak boleh diiringi musik.

 Lebih celaka lagi, memutar musik tapi tidak ada yang mendengarkan. Mendengar musik di YouTube sambil sibuk scrolling baca komen-komen, menjawab komen dsb pun jelas bukan active listening. Berbahagialah orang buta!

Mas Slamet tidak bisa menerima musisi atau kumpulan seniman yang main musik untuk mengiringi orang makan di restoran, ballroom hotel, dan sebagainya. Sebab penonton tidak akan fokus ke musik. Musik hanya didengarkan sambil lalu. Masuk telinga kiri keluar telinga kanan.

Musik itu semacam ,,agama" bagi Slamet Abdul Sjukur. Orkes memainkan musik ibarat liturgi atau ritual. Karena itu, para pemain dan pendengar harus sama-sama menaruh perhatian pada musik itu. 

,,Musik didengarkan dengan telinga. Jangan dengar musik pakai mulut," kata Mas Slamet saat mengkritik penonton sebuah konser musik di Surabaya.

Saat itu penonton di dekat Slamet sibuk omong sendiri, mengomentari musik yang sedang dimainkan di atas panggung. Mulut harus ditutup rapat saat konser berlangsung. Itu prinsip komponis asli Surabaya yang tinggal dan berkarya di Prancis selama 14 tahun itu.

Pagi ini saya baca artikel Slamet Abdul Sjukur di buku Sluman Slumun Slamet. Mas Slamet menulis:

,,Mendengarkan musik secara aktif. Kita tidak cukup hanya mendengar yang sedang terdengar. Kita perlu mempunyai daya ingat auditif untuk bisa menangkap hubungannya dengan yang sudah lewat.

Dan, selain itu, perlu punya inteligensi musikal untuk memperhitungkan arah yang sedang terdengar itu. Persis seperti di dalam permainan catur yang memerlukan ketajaman intuisi untuk melihat ke depan beberapa langkah."

Cukup berat ternyata tuntutan Mas Slamet untuk mendengarkan musik secara aktif. Apalagi kita di Indonesia. Boleh dikata 99 persen orang Indonesia mendengarkan musik secara sambil lalu alias tidak aktif. Orang lebih terpesona dengan penampilan biduan-biduan seksi, goyang ngebor, goyang gergaji, goyang kayang... buka titik josss!!

Mahathir Mohamad Khawatir Melayu Bakal Hilang Kuasa dan Segalanya di Malaysia

Usia Tun Mahathir Mohamad sebentar lagi 98 tahun. Usia harapan hidup orang Indonesia masih di bawah 70 tahun. Artinya, Mahathir ini cukup tua. Dia pernah jadi perdana menteri tertua di Indonesia selepas koalisi Pakatan Harapan menang Pemilu 2018.

Kakek-kakek di atas 80 tahun biasanya rehat, ngemong cucu, nonton ketoprak, wayang kulit, angon manuk, senam taichi, dsb. Mahathir tidak begitu. Dia aktif terus. Saban hari Tun M bikin pernyataan atau gerakan politik.

Manuver terbarunya adalah Proklamasi Melayu. Mahathir mengingatkan orang Melayu di Malaysia untuk bersatu padu. Agar Melayu tidak hilang. Alasannya, pemerintahan PM Anwar Ibrahim saat ini bukan Kerajaan Melayu, melainkan dominan Tionghoa. Partai Aksi Demokrasi (DAP) memang punya kursi terbanyak dalam Unity Government yang dipimpin PM Anwar Ibrahim.

PM Anwar Ibrahim ketua Partai Keadilan Rakyat. Kursinya tidak sebanyak DAP. Karena itu, Mahathir menuduh DAP mendikte PM Anwar Ibrahim. Termasuk bakal menjadikan Malaysia sebagai negara berbilang kaum. 

Tun Mahathir memang pakar dan praktisi politik paling berpengaruh di Malaysia. Selama 22 tahun ia jadi perdana menteri. Dia tahu betul kartu-kartu apa saja yang bisa dimainkan untuk menjatuhkan seorang PM Malaysia. Terakhir ia sukses menjatuhkan PM Najib Razak dengan isu korupsi 1MDB.

Kemarin, Mahathir bertemu Muhyiddin Yasin. Pimpinan koalisi Perikatan Nasional ini musuh besar PM Anwar Ibrahim. Muhyiddin ngebet banget jadi perdana menteri. Berbagai manuver dilakukan agar PM Anwar segera tumbang. Seru banget!

Saya aktif membaca tulisan-tulisan Dr Mahathir. Bahkan, dulu saya membeli buku karyanya berjudul Dilema Melayu yang diterbitkan PT Sinar Harapan, Jakarta. Isu-isu kaum Melayu, ketakutan dominasi Tionghoa, Islam sebagai agama persekutuan dsb dibahas panjang lebar. Isu-isu lama itu masih diulang Mahathir di era media sosial.

Tulisan-tulisan Dr Mahathir di laman media sosialnya selalu ringkas, padat, langsung ke sasaran. Tidak banyak basa-basi. Kita orang yang bukan Malaysia pun bisa mengikuti jalan pikirannya dengan mudah. Termasuk agenda di balik kata-katanya yang tersurat.


APA DIANYA MULTIRACIALISM, NEGARA BERBAGAI KAUM

Oleh Dr MAHATHIR BIN MOHAMAD

1. Tidak pernah terjadi pendatang asing atau keturunan mereka yang diberi suaka di sesuatu negara menuntut supaya negara yang memberi kerakyatan kepada mereka ditukar supaya dijadikan negara kaum pendatang, iaitu negara berbilang kaum.

2. Itulah maksud Malaysian Malaysia. Negara Melayu hendaklah ditukar menjadi negara berbilang kaum Malaysian Malaysia. Tanah Melayu dihapuskan dan diganti dengan negara berbilang kaum Malaysian Malaysia.

3. Percubaan ini diperkenal kali pertama oleh Malayan Union British. Ia ditolak. Tetapi parti PAP pimpinan Lee Kuan Yew mencadang Malaysian Malaysia juga dengan tujuan yang sama. Ia ditolak dalam PRU 1964.

4. Sekarang DAP dengan disokong oleh Parti Keadilan dan Amanah sekali lagi memperkenal matlamat yang sama iaitu Malaysia bukan negara yang asalnya tanah Melayu tetapi Malaysia adalah negara berbilang bangsa.

5. Dalam negara berbilang kaum tidak ada taraf yang berlainan antara orang Melayu sebagai indigenous (pemastautin asal) dengan pendatang asing dan keturunan mereka. Dengan ini semua kaum mempunyai taraf sama.

6. Sejak sebelum merdeka jentera pentadbiran, polis dan tentera dipimpin dan dipenuhi dengan orang Melayu.

7. Sebagai negara berbilang bangsa pentadbiran kerajaan, polis dan tentera tentulah dipimpin dan dipenuhi dengan berbagai kaum.

8. Di masa yang sama bidang ekonomi (perniagaan dan perusahaan) akan kekal sebagai bidang yang orang Melayu tidak mendapat tempat.

9. Terpulanglah kepada orang Melayu memikir samada keadaan dalam negara berbilang kaum ini menguntung orang Melayu atau tidak.

10. Pihak Proklamasi Orang Melayu bukanlah berhajat untuk rampas hak dan milik orang lain. Pihak Proklamasi hanya ingin mendapat keadilan – iaitu pengiktirafan Semenanjung ini sebagai Tanah Melayu, menerima pendatang dan keturunan mereka sebagai bangsa yang diserap seperti orang keturunan Arab, India, Pakistan, Indonesia dan lain-lain diserap menjadi bangsa Melayu. Menerima bahasa Melayu sebagai bahasa kebangsaan.

11. Bagi pendatang dan keturunan mereka yang ingin kekal identiti mereka dengan negara asal mereka, layanan terhadap mereka tentulah berbeza dengan layanan terhadap penduduk asal serta mereka yang menerima penuh bahasa dan budaya kebangsaan.

12. Perlembagaan Malaysia menyetujui bahawa agama rasmi Malaysia ialah agama Islam. Agama-agama lain boleh dianuti oleh pengikut agama asal mereka.

13. Tetapi desakan dibuat supaya Malaysia tidak lagi dikenali sebagai negara Islam. Malaysia hendaklah dijadikan negara sekular iaitu negara yang tidak ada agama rasmi iaitu tidak Islam.

14. Semua ini akan berlaku semasa tanah orang Melayu terjual kepada kaum lain. Rata-rata orang Melayu miskin. Mereka menjual tanah milik mereka kepada orang yang kaya yang hampir semua terdiri dari keturunan kaum pendatang.

15. Di masa yang sama semua estet besar milik penjajah sudah dibeli oleh orang yang kaya. Estet yang dimiliki oleh Kerajaan dari lain-lain tanah Kerajaan juga dijual kepada pihak yang kaya yang hampir kesemuanya bukan Melayu.    

16. Akhirnya pemerintah Malaysia juga tidak dapat dipengaruhi oleh orang Melayu. Kita sedang lihat di dalam wilayah yang sudah tidak lagi dikuasai oleh orang Melayu nasib orang Melayu amatlah buruk. Biasiswa untuk pelajaran tinggi hampir tidak ada bagi orang Melayu. Bahasa Melayu, walaupun diiktiraf sebagai bahasa rasmi tidak diguna sama sekali. Sebahagian anak Melayu pun tidak lagi faham Bahasa Melayu.

17. Ramai dari orang Melayu yang melihat negara berbilang kaum sebagai agihan sama rata antara semua kaum dalam bidang politik sahaja. Mereka tidak terfikir berkenaan perubahan-perubahan lain.

18. Rencana ini bukan bertujuan menakutkan orang Melayu terhadap desakan supaya Malaysia menjadi negara berbilang bangsa.

19. Kita sudah lihat dan boleh teliti apa yang sudah jadi kepada wilayah tanah Melayu yang sekarang dimiliki oleh bukan Melayu.

20. Lihat dan ambil iktibar.

21. Mereka yang tidak hendak lihat akan jadi mangsa yang sudah pupus.

22. Kata Hang Tuah Melayu tak akan hilang di dunia.

23. Tetapi Melayu sudah hilang banyak wilayah. Aliran sekarang menunjuk Melayu tidak akan kekal sebagai satu bangsa.

24. Melayu akan hilang negara mereka dan akan hilang di dunia.

Rabu, 05 Juli 2023

Lian Gouw: Jangan menggunakan kata serapan!

Dulu benci Indonesia, sekarang cinta setengah mati. Dulu hanya mau berbahasa Belanda, bahasa Inggris, sedikit bahasa Tionghoa. Sekarang cinta mati bahasa Indonesia.

 Saking cintanya sampai mengharamkan kata-kata serapan dari bahasa asing. Khususnya bahasa Inggris.

Itulan Lian Gouw, 85 tahun. Wanita Tionghoa yang puluhan tahun tinggal di Amerika Serikat. Selalu berpikir, bermimpi, melantur... semuanya dalam bahasa Inggris. Kefasihannya berbahasa Inggris mendekati atau sama dengan penutur asli macam Obama, Bush, Clinton, Trump, atau Biden.

Jangan pernah gunakan kata-kata serapan macam transformasi, irigasi, reformasi, ereksi, banalitas, restriksi, produksi, komunikasi, literasi, transmigrasi, ejakulasi, konstruksi, posting, dsb. Lian Gouw bakal marah. 

Lian Gouw bakal tidak bisa tidur bila yang dipakai bukan sekadar kata serapan, tapi kata asing utuh. Misalnya, frontage road, give away, stunting, roof top, topping off, soft launching, grand opening, great sale, open house, slimming....

"Kita punya banyak kata-kata asli. Mengapa harus pinjam dan menyerap kata-kata bahasa Inggris?" kata Lian Gouw dalam berbagai kesempatan.

Lian Gouw pusing saat melintas di jalan raya. Begitu banyak iklan yang menggunakan kata-kata bahasa Inggris. Ada yang bahasa Inggris utuh. Ada yang serapan. Banyak yang kombinasi, eh campuran.

 "Kombinasi" itu contoh kata serapan dari combination yang harus dihindari. Carilah padanannya dalam bahasa Indonesia, kata Lian Gouw.

Lian Gouw bikin penerbitan buku novel, cerita pendek, sastra. Dia membuat panduan untuk para penulis yang ingin karyanya diterbitkan di Penerbit Dalang. Salah satunya, "Jangan menggunakan kata serapan!"

Menurut Lian Gouw, peraturan itu harus diikuti secara tertib. "Pengajuan naskah yang tidak mengikuti  ketentuan tidak akan kami baca," Lian menegaskan prinsipnya, eh keyakinannya.

Tidak mudah memang menulis atau berbicara tanpa kata serapan di Indonesia hari ini. Bukankah bahasa Indonesia itu memang penuh dengan kata-kata serapan? 

Tapi Lian Gouw tidak menyerah. Dia yang puluhan tahun tinggal di Amerika Serikat, bahasa Inggris fasih, lancar, mengalir, tanpa mikir macam Donald Trump sudah membuktikan. Bahwa tanpa kata-kata serapan pun orang bisa berkomunikasi, eh, bertukar pikiran di media sosial.

"Saat kirim WA ke saya pun, Lian tidak mau menggunakan bahasa Indonesia serapan. Bahasa Indonesia Lian murni. Terus terang, inilah untuk kali pertama saya membaca novel yang 100 persen bahasa Indonesianya asli," tulis Dahlan Iskan, wartawan senior.

 Widjati Hartiningtyas dipercaya untuk menerjemahkan novel Only A Girl karya Lian Gouw ke dalam bahasa Indonesia. Saya pernah baca novel berbahasa Inggris itu. Tidak mudah karena kata-kata yang dipakai sama dengan penutur asli. Bukan bahasa Inggris taraf orang Indonesia atau Malaysia atau India yang belepotan itu.

"Beliau sangat keras menentang kata serapan," ujar Widjati.

Tidak boleh ada kata "problem", "solusi", "provokasi", dan sebangsanya. Semua itu disebut kata serapan dari bahasa asing.

 Widjati harus berpikir keras. Kadang memerlukan waktu lama untuk menemukan kata asli dalam bahasa Indonesia. Kadang dia berhasil menemukan kata-kata asli di kamus tapi sudah lama tidak digunakan dalam percakapan sehari-hari di Indonesia saat ini. Hasilnya novel terjemahan berjudul Mengadang Pusaran.

"Sepanjang novel itu saya menemukan banyak kata asli Indonesia, tapi justru terasa sangat "asing" di telinga saya," kata Dahlan Iskan.

Saya pun sudah berusaha tidak menggunakan kata-kata serapan dalam tulisan ini.