Orang Indonesia sering mengutip ungkapan: "belajarlah walaupun sampai ke negeri China".
Belajar apa?
Apa saja. Perdagangan, bisnis, obat-obatan tradisional, membangun gedung-gedung bertingkat, mengatasi kemiskinan yang parah, teknologi, dsb.
"Asal jangan belajar politik partai tunggal dan komunisme," pesan Orde Baru. "Jangan belajar ateisme di sana karena kita bangsa yang religius."
Di saat pandemi ini, pesan untuk belajar di China alias Tiongkok makin relevan. Virus korona, kita tahu, berawal dari Wuhan di kawasan utara Tiongkok. Mulai diketahui pada akhir Desember 2019.
Otoritas Tiongkok awalnya panik juga. Tapi kemudian melakukan karantina wilayah yang ketat. Lockdown. Sangat berbeda dengan PSBB di sini yang aslinya tidak terlalu ketat.
Orang Indonesia waktu ramai-ramai mengecam Tiongkok yang melakukan lockdown. Teriak-teriak di media sosial dan media massa agar mahasiswa atau WNI di Wuhan dipulangkan.
Akhirnya pemerintah Indonesia kirim Batik Air ke Wuhan. Warga Indonesia dibawa ke Pulau Natuna untuk isolasi dua pekan. Tiongkok bekerja makin keras untuk menghentikan wabah korona yang belum ada obatnya itu.
Kecaman terhadap Tiongkok mereda setelah Indonesia mulai kemasukan Covid-19 pada awal Maret 2020. Dalam waktu singkat persebarannya meluas ke mana-mana. Sementara di Tiongkok pandemi terbesar sejagat itu makin terkendali.
Rabu 21 Oktober 2020. Pandemi korono di Indonesia masih parah. Kasus baru 3.602. Kematian baru 117. Total kasus 368.842.
Bagaimana dengan Tiongkok? Cuma ada 258 kasus aktif. Hanya dua pasien kategori berat. Yang lain cuma gejala ringan.
Statistik Indonesia sudah jauh melampaui Tiongkok. Kasus korona di Indonesia 368.842, sementara Tiongkok stabil di angka 85 ribuan. Pagi ini 85.704. Kasus covid di Indonesia lima kali ganda Tiongkok.
Tumben... Indonesia yang biasanya suka berkiblat ke Amerika Serikat tidak bisa lagi belajar soal penanganan covid ke sana. USA punya 57.640 kasus baru. Angkanya benar-benar super jumbo.
Presiden Donald Trump juga tidak bisa dijadikan rujukan untuk penanganan covid. Bukannya bekerja sama dengan otoritas kesehatan, Trump malah terkesan antisains.
Trump paling tidak suka pakai masker. Sebab dia memang tidak percaya ada penyakit baru yang namanya Covid-19. Sementara angka pasien mati akibat virus korona baru terus saja bertambah.
Meskipun sudah terkena covid, sempat diisolasi, Trump terkesan masih belum percaya 100 persen. Masih anggap enteng. Janganlah korona mendominasi hidupmu, begitu kira-kira kicauannya di Twitter.
Kita lihat saja pemilihan presiden di USA beberapa hari lagi. Rupanya pandemi korona jadi bahan utama kampanye di sana.