Makin banyak orang penting yang meninggal dunia akhir-akhir ini. Ada yang sakit biasa, usia sepuh, ada yang kena corona. Ada penyakit penyerta plus Covid-19.
Plt Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin berpulang pada Sabtu lalu, 22 Agustus 2020. Selama ini Cak Nur sehat walafiat. Bahkan sempat mengambil alih kerja tukang kubur dengan memakamkan jenazah pasien covid di Sidoarjo.
Eh, setelah tiga bulan, Cak Nur kena covid. Lalu meninggal dunia. Tak lama setelah masuk rumah sakit dan kembali ke pangkuan Beliau. Ajal memang datang kepan saja. Hanya Beliau yang tahu.
Pagi ini, Selasa 25 Agustus 2020, saya dapat kabar dukacita. Pengusaha Suwadji Widjaja meninggal dunia. Usianya 77 tahun.
Jenazah Pak Suwadji akan dikremasi di Kembang Kuning, Surabaya, Kamis 27 Agustus 2020. RIP!
Cukup lama saya mengenal Bapak Suwadji Widjaja sebagai pendiri Surabaya Symphony Orchestra (SSO). Orkes simfoni ini dibentuk bersama Solomon Tong, dirigen dan guru musik terkenal di Surabaya.
Suwadji yang mengurus logistik bersama para pengusaha Tionghoa. Sedangkan Solomon Tong, 81, yang menangani sektor musik, artis, aransemen, paduan suara dsb. Itu yang membuat SSO mampu bertahan sejak akhir Desember 1996.
Suwadji sendiri bukan musisi. Bukan penyanyi. Tapi sangat hobi menikmati musik. Karena itu, dia bersama temannya Solomon Tong bikin SSO.
"Agar Surabaya punya symphony orchestra. Kota sebesar Surabaya harus punya symphony orchestra," katanya.
Sudah lama saya tak bertemu Pak Suwadji untuk ngobrol atau wawancara. Terakhi Desember 2012. Jelang Konser Natal SSO di Hotel Shangri-La Surabaya. Bertepatan dengan perayaan 16 tahun SSO.
SSO resmi diluncurkan pada konser pertama di Hotel Westin (sekarang JW Marriot), Jalan Embong Malang, Surabaya, pada 11 Desember 1996. Saat itu banyak orang skeptis akan masa depan SSO.
"Ada yang meramal paling-paling hanya bertahan satu dua tahun saja. Ada yang bilang konser lima kali saja sudah bagus," tutur Suwadji.
Singkatnya, hampir tidak ada seorang pengusaha pun yang optimistis dengan SSO. Maklum, di Indonesia ini sangat sulit mempertahankan keberadaan sebuah orkestra simfoni yang memang sangat sepi dukungan sponsor. Padahal, biaya produksi dan biaya operasional sangat besar.
Mengapa SSO bisa bertahan?
"Semua ini karena pimpinan dan berkat Tuhan semata-mata. Yah, bila kita menoleh ke belakang, jalan yang ditempuh SSO ini tidak rata dan berliku-liku," katanya saat itu.
Suwadji dan Solomon memang sangat ingin agar SSO atau orkes simfoni bisa bertahan di Surabaya. Karena itu, dukungan pengusaha, donatur, pemerintah, hingga media massa sangat dibutuhkan.
Rupanya keinginan Suwadji dan Tong tidak akan mudah terwujud di sini. Apalagi di era masker ini. Ekonomi sedang limbung. Masyarakat lebih fokus ke sembako. Musik bukanlah kebutuhan pokok. Apalagi musik klasik.
Kepergian Suwadji Widjaja membuat SSO seakan kehilangan salah satu sayapnya. Tinggal sayap satunya lagi: Solomon Tong. Itu pun bukan lagi Solomon Tong yang energetik seperti 20 atau 15 tahun lalu.
Namun, seperti yang sering disampaikan Suwadji dalam pidato-pidato pengantar konser SSO, bagi Tuhan tak ada yang mustahil.
Selamat jalan Bapak Suwadji Widjaja!
Selamat menikmati simfoni yang indah di surga!
Plt Bupati Sidoarjo Nur Ahmad Syaifuddin berpulang pada Sabtu lalu, 22 Agustus 2020. Selama ini Cak Nur sehat walafiat. Bahkan sempat mengambil alih kerja tukang kubur dengan memakamkan jenazah pasien covid di Sidoarjo.
Eh, setelah tiga bulan, Cak Nur kena covid. Lalu meninggal dunia. Tak lama setelah masuk rumah sakit dan kembali ke pangkuan Beliau. Ajal memang datang kepan saja. Hanya Beliau yang tahu.
Pagi ini, Selasa 25 Agustus 2020, saya dapat kabar dukacita. Pengusaha Suwadji Widjaja meninggal dunia. Usianya 77 tahun.
Jenazah Pak Suwadji akan dikremasi di Kembang Kuning, Surabaya, Kamis 27 Agustus 2020. RIP!
Cukup lama saya mengenal Bapak Suwadji Widjaja sebagai pendiri Surabaya Symphony Orchestra (SSO). Orkes simfoni ini dibentuk bersama Solomon Tong, dirigen dan guru musik terkenal di Surabaya.
Suwadji yang mengurus logistik bersama para pengusaha Tionghoa. Sedangkan Solomon Tong, 81, yang menangani sektor musik, artis, aransemen, paduan suara dsb. Itu yang membuat SSO mampu bertahan sejak akhir Desember 1996.
Suwadji sendiri bukan musisi. Bukan penyanyi. Tapi sangat hobi menikmati musik. Karena itu, dia bersama temannya Solomon Tong bikin SSO.
"Agar Surabaya punya symphony orchestra. Kota sebesar Surabaya harus punya symphony orchestra," katanya.
Sudah lama saya tak bertemu Pak Suwadji untuk ngobrol atau wawancara. Terakhi Desember 2012. Jelang Konser Natal SSO di Hotel Shangri-La Surabaya. Bertepatan dengan perayaan 16 tahun SSO.
SSO resmi diluncurkan pada konser pertama di Hotel Westin (sekarang JW Marriot), Jalan Embong Malang, Surabaya, pada 11 Desember 1996. Saat itu banyak orang skeptis akan masa depan SSO.
"Ada yang meramal paling-paling hanya bertahan satu dua tahun saja. Ada yang bilang konser lima kali saja sudah bagus," tutur Suwadji.
Singkatnya, hampir tidak ada seorang pengusaha pun yang optimistis dengan SSO. Maklum, di Indonesia ini sangat sulit mempertahankan keberadaan sebuah orkestra simfoni yang memang sangat sepi dukungan sponsor. Padahal, biaya produksi dan biaya operasional sangat besar.
Mengapa SSO bisa bertahan?
"Semua ini karena pimpinan dan berkat Tuhan semata-mata. Yah, bila kita menoleh ke belakang, jalan yang ditempuh SSO ini tidak rata dan berliku-liku," katanya saat itu.
Suwadji dan Solomon memang sangat ingin agar SSO atau orkes simfoni bisa bertahan di Surabaya. Karena itu, dukungan pengusaha, donatur, pemerintah, hingga media massa sangat dibutuhkan.
Rupanya keinginan Suwadji dan Tong tidak akan mudah terwujud di sini. Apalagi di era masker ini. Ekonomi sedang limbung. Masyarakat lebih fokus ke sembako. Musik bukanlah kebutuhan pokok. Apalagi musik klasik.
Kepergian Suwadji Widjaja membuat SSO seakan kehilangan salah satu sayapnya. Tinggal sayap satunya lagi: Solomon Tong. Itu pun bukan lagi Solomon Tong yang energetik seperti 20 atau 15 tahun lalu.
Namun, seperti yang sering disampaikan Suwadji dalam pidato-pidato pengantar konser SSO, bagi Tuhan tak ada yang mustahil.
Selamat jalan Bapak Suwadji Widjaja!
Selamat menikmati simfoni yang indah di surga!