Pagebluk Covid-19 ini ternyata tak membuat bangsa kita bersatu padu. Malah tambah nyinyir di media sosial. Perang kembang kampret vs cebong masih panas. Meskipun Prabowo sudah lama jadi menteri pertahanan.
Angka-angka pasien corona selalu naik dan naik. Bahkan sudah jauh melampau Tiongkok. Negara asal virus corona yang bikin kacau tatanan dunia itu. Nah, orang Indonesia malah ribut bahas klepon yang katanya haram. Bukannya cari jalan untuk menemukan obat atau vaksin.
Syukurlah, di tengah pandemi virus kadrun itu, muncul seberkas sinar harapan. Rupanya orang-orang Tiongkok sudah kirim jutaan jamu tradisional bernama Lianhua Qingwen Jiaonang.
Pekan lalu jamu cungkuo ini dibagikan polisi-polisi di Surabaya. Kapolda Jawa Timur Inspektur Jenderal M Fadil Imran yang pimpin langsung pembagian Lianhua kepada anggotanya dan masyarakat. Khususnya yang positif corona.
Obat yang diproduksi Shijiazhuang Yiling Pharmaceutical itu dibagikan ke pasien positif Covid-19 yang punya gejala ringan hingga sedang. "Alhamdulillah, pasien-pasien itu sembuh," kata Kapolda.
Kemarin, saya lihat Kapolrestabes Surabaya Kombes Johnny Isir yang asli Papua juga membagi-bagikan Lianhua kepada masyarakat dan anggotanya. Buat menambah kekebalan tubuh.
Dunia memang sudah empat bulan menunggu vaksin resmi Covid-19. Jutaan dokter, pakar farmasi di seluruh dunia, para peneliti sedunia sedang berjuang bersama untuk mengeroyok corona. Tapi hasilnya belum kelihatan.
Tiongkok yang jago TCM sejak jutaan tahun pun belum terlihat kehebatannya dalam membuat vaksin dan obat corona. Sejauh ini ya cuma Lianhua itu.
"Lianhua itu bukan vaksin tapi jamu herbal. Bagus dikonsumsi sebelum ada vaksin," kata Andrean, alumnus Taiwan yang sangat getol mempromosikan Lianhua.
"Korban corona sudah terlalu banyak di Indonesia. Sudah berapa orang yang meninggal? Belum lagi jutaan orang yang di-PHK atau dirumahkan," katanya.
Andrean yang guru bahasa Mandarin itu juga menulis khasiat dan kehebatan Lianhua di salah satu media. Tak lupa dicantumkan data pasien sembuh berkat Lianhua. Katanya, obat ini sudah lama beredar di Surabaya.
"Di toko-toko obat cina pasti ada. Sudah lama sejak SARS. Ada legalisasi dari BPOM," kata Andrean.
Masalahnya, gugus tugas atau satgas Covid-19 di pusat sampai daerah dikendalikan oleh para dokter. Biasanya kepala dinas kesehatan provinsi hingga kabupaten dan kota. Dokter-dokter Indonesia yang beraliran Barat sejak dulu tidak percaya dengan jamu-jamu tradisional Nusantara, Tiongkok, India, dsb.
"Temanku di farmasi malah dibuli dan diancam pecat karena share informasi tentang Lianhua dari saya. Payah," kata Andrean.
Yang pasti, virus corona tidak bida diusir dengan makan camilan klepon atau kontol kambing.