Sabtu, 20 September 2025

Baba Yentji Sunur Bupati Lembata 2 Periode Ternyata Satu Leluhur Hurek

 


Baba Yentji Sunur, Bupati Lembata NTT, dua periode sudah lama meninggal dunia. Tepatnya 2021. Baba Tionghoa yang aktif di politik itu jadi korban penyakit aneh yang disebut Covid-19.

Saya cuma sekali bertemu Baba Yance sapaan akrabnya. Itu pun karena kebetulan sama-sama naik Susi Air dari Lembata ke Kupang. Bupati Yance didampingi dr Kandou, istrinya yang asli Manado.

Tak banyak informasi yang saya ketahui tentang Eliaser Yentji Sunur alias Baba Yentji. Cuma info sumir bahwa baba Tionghoa itu sebetulnya "tite hena". Artinya, bukan orang lain, tapi masih punya hubungan darah dengan suku (fam, marga) Hurek Making. 

Hanya saja, leluhur wanitanya kawin dengan baba Tionghoa di Kedang. Karena itu, keluarga besar Suku Hurek kurang mengenal dekat cucu cicit yang di Kedang itu. Apalagi dari jalur perempuan macam leluhurnya Baba Yentji Sunur.

Saya baru dapat cerita yang lebih detail dari Om Cornelis Kalu Hurek di Kotalama Malang, dekat kelenteng, seputar leluhur Suku Hurek "biko tou". 

Artinya satu rumah adat. Karena Suku Hurek Making punya 5 biko.

Singkat cerita: kakeknya bapak saya (Gega Hurek), kakeknya Om Cornelis (Ire Hurek), dan kakeknya Yentji Sunur (Uba Hurek) itu saudara kandung. Nama kakeknya bapak saya itu Nuho Hurek.

Bapak saya juga pakai nama Nuho Hurek. Lengkapnya Nikolaus Nuho Hurek. "Jadi, tite tou hena, ata ahan hala. Tite mei tou," kata Om Cornelis yang sudah tinggal di Malang sejak awal 1970-an.

Omongan Om Cornelis itu artinya: Kita (dengan Baba Yentji) itu satu leluhur, bukan orang lain. Kita satu darah.

Baba Yentji sendiri lahir dan masa kecilnya di Kedang. Lalu merantau ke Jakarta untuk kuliah, kerja dan sebagainya. Baru pulang kampung ketika berniat maju dalam Pilkada Lembata.

 Calon bupati mau tidak mau mencari suku adat, jaringan leluhur, kekerabatan agar bisa menang. Namanya juga pemilihan langsung.

Sejak itulah Baba Yentji jadi sadar bahwa dirinya ternyata punya hubungan kekerabatan dengan Suku Hurek Making di Pulau Lembata bagian utara. Ada dua kecamatan yang potensi suaranya besar.

Saya pun baru sadar sekarang mengapa bapakku (almarhum Niko Nuho Hurek) dulu sangat getol mendukung pasangan Baba Yentji dan Victor Mado Watun. Calon wakil bupati memang Suku Watun yang memang masih keluarga juga.

 Tapi Baba Yentji? Bapa Niko tidak cerita sedetail Om Cornelis Kalu Hurek di Kota Malang.

Om Cornelis menuturkan, Buyut Nuho punya 6 anak. Lima laki-laki dan satu perempuan. Nah, satu-satunya perempuan itu (Mbah Uba) yang jadi kakek baba Tionghoa, Yentji Sunur, yang pernah jadi Bupati Lembata selama 9 tahun itu.

Baba Yentji sudah lama tiada. Seandainya masih hidup tentu saya akan sering mampir, ngobrol, diskusi, belajar ilmu dagang. Sebab, dialah salah satu dari sedikit baba Tionghoa yang pintar dagang + main politik.

Damai di surga, Baba Yentji!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar