Sabtu, 05 Oktober 2024

Mengenang Romo Antonius Benny Susetyo: Pastor Humanis yang Penuh Kontroversi

Romo Antonius Benny Susetyo, staf khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), meninggal dunia pada Sabtu, 5 Oktober 2024. Pastor yang dikenal dengan gagasan dan komunikasinya yang luwes ini berpulang hanya lima hari sebelum ulang tahunnya yang ke-56. 

Romo Benny meninggal di RS Mitra Medika Pontianak pada pukul 00.15 WIB. Jenazahnya dibawa ke Rumah Duka Gotong Royong, Blimbing, Malang, untuk disemayamkan.

Romo Benny, yang berasal dari Malang, terakhir menjadi pembicara dalam seminar yang diselenggarakan BPIP di Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, pada 3 Oktober 2024. Seminar tersebut mengangkat tema "Kerapuhan Etika Penyelenggara Negara dalam Berbangsa dan Bernegara: Kedaulatan Sumber Daya Alam," yang mencerminkan salah satu perhatian besar Romo Benny terhadap peran moral dalam tata kelola negara.

Bernie Making, seorang teman yang mengenal Romo Benny sejak Oktober 1996, merasa kehilangan besar atas kepergian Romo Benny. Ia mengenang masa awal mereka berkenalan di Situbondo ketika Romo Benny baru saja ditahbiskan sebagai imam praja Keuskupan Malang.

 Pada 10 Oktober 1996, ketika terjadi pembakaran 12 gereja di Situbondo, termasuk Gereja Katolik Bintang Samudera, Romo Benny menjadi figur penting dalam menjalin komunikasi lintas agama.

Salah satu momen penting dalam perjalanan hidup Romo Benny adalah ketika ia, setelah berkonsultasi dengan salah satu idolanya, Romo Mangunwijaya, mulai membangun hubungan dekat dengan Gus Dur, yang saat itu menjabat sebagai Ketua PBNU.

 Keduanya menjalin persahabatan erat yang berbuah pada kunjungan Gus Dur ke Situbondo. Bersama-sama, mereka menyusuri sejumlah pondok pesantren, mengadakan dialog antaragama, dan menyelenggarakan pasar murah di halaman gereja yang terbakar.

Kedekatan Romo Benny dengan Gus Dur tidak berhenti di situ. Saat Gus Dur menjadi Presiden RI, Romo Benny sering mengunjungi Istana Negara untuk berdiskusi dan menikmati guyonan khas Gus Dur. 

"Guyonan Gus Dur seakan tidak pernah habis," kenang Romo Benny dalam salah satu kesempatan. "Gaya Gus Dur tidak pernah berubah meskipun sudah jadi presiden."

Namun, di tengah kiprahnya yang luas di bidang sosial dan politik, Romo Benny juga menjadi figur yang kontroversial. Pernyataan-pernyataan tajamnya di berbagai media massa membuatnya lebih mirip seorang politikus atau aktivis dibandingkan pastor, sesuatu yang mengejutkan banyak umat Katolik.

 Isu bahkan sempat merebak bahwa Romo Benny telah melepaskan jubah imamatnya. Namun Keuskupan Malang kemudian mengklarifikasi bahwa Romo Benny tetap seorang pastor hingga akhir hayatnya.

Meskipun demikian, polemik tetap menghiasi perjalanan hidup Romo Benny. Ia tidak lagi terinkardasi pada Keuskupan Malang sejak 2023, yang berarti tidak dapat memimpin misa atau sakramen hingga ia mendapatkan inkardasi dari keuskupan lain. Namun, hal ini tidak mengurangi semangatnya dalam berkontribusi pada masyarakat luas melalui berbagai aktivitasnya.

Kini, Romo Benny telah pulang ke rumah Bapa. Sosoknya sebagai pastor yang humanis, komunikatif, dan penuh dedikasi dalam membangun persaudaraan antarumat akan selalu dikenang. 

Selamat jalan, Romo Benny!

2 komentar:

  1. Sayang sekali. Masih muda. Sakit apa dia, Bung?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sakit gula sudah lama tapi terkendali. Akhirnya takdir berkata lain. RIP Romo Benny yang unik dan nyeleneh.

      Hapus